Share

Jujurlah

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 14:09:41

Alina diam dengan segala pikiran yang berkutat di kepala. Dia menatap pada Gabriel, tidak tahu apa sebenarnya maksud pria itu mengatakan itu semua padanya.

“Aku tidak tahu apa yang sebenarnya hendak Anda sampaikan. Terlepas dari ingatanku yang belum kembali, aku bersyukur bisa kembali pada keluargaku. Dan, aku memang tidak berniat mencari tahu tentang masa laluku.”

Alina mencoba menanggapi perkataan Gabriel dengan tenang, meskipun kepalanya menolak mengabaikan maksud Gabriel, masalah apa yang sebenarnya dibicarakan oleh pria itu.

“Aku hanya ingin kamu bahagia,” balas Gabriel.

Alina menatap bingung, kenapa dengan pria ini? Saling kenal sejak dua tahun lalu, tetapi kenapa sekarang pria ini bicara aneh?

“Aku sudah bahagia, Anda tidak perlu mencemaskanku,” balas Alina.

Gabriel tersenyum tipis. Dia menghela napas kasar.

“Jika pria itu menyakitimu lagi, hubungi aku. Aku akan selalu ada untukmu.” Setelah mengatakan itu, Gabriel berdiri dari posisi duduknya.

Alina diam meremas lutut saat menc
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Wida
waduh kasian bams
goodnovel comment avatar
Adeena
di bikin jungkir balik ini kalo tau yg sebenar'y apa Alina akan ninggalin Aksa dan Arlo lg...
goodnovel comment avatar
eva nindia
haduhh moga gda konflik lagii kalo alina tau semua.a.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ingin Tahu

    “Bams, aku janji akan tenang asal kamu menceritakan yang sebenarnya!” Alina memaksa. Dia selalu merasa ada yang mengganjal di pikiran dan hatinya saat bersama Aksa, mungkinkah jawabannya memang karena masa lalu?Bams benar-benar panik, tetapi melihat Alina yang menatapnya penuh harap, Bams akhirnya meminta maaf dalam hati pada Aksa, lalu mengembuskan napas kasar untuk mendapatkan keberanian bercerita.“Janji, Bu. Apa pun yang akan saya ceritakan, Anda harus berpikir seribu kali sebelum mengambil keputusan. Ya, misal Anda tidak bisa memikirkan Pak Aksa, tapi saya mohon pikirkan Arlo.”Jantung Alina berdegup cepat. Rasa panik dan takutnya semakin membuncah tak terkendali. Dia mengangguk-angguk pelan meski tidak yakin.“Saya tidak tahu kenapa Anda bisa amnesia dan memalsukan kematian, yang jelas masalahnya adalah Pak Aksa mengurung Anda saat hamil karena Anda mau kabur setelah mengetahui kalau darah yang seharusnya diberikan pada ibu Anda, tapi malah diberikan untuk Pak Aksa,” ujar Bams

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Cerita Masa Lalu

    Tiga tahun lalu.Restu masuk ke ruang operasi dengan pakaian khusus. Dia mendekat pada Alina yang saat itu siap melahirkan.“Semua akan baik-baik saja, kamu harus bertahan,” ucap Restu berbisik di telinga Alina.Pria itu melihat Alina menoleh dengan tatapan nanar, apalagi bola mata Alina terlihat berkaca-kaca.“Kamu yakin ingin melakukan ini? Kamu ingin pergi jauh dari suamimu?” tanya Restu memastikan lagi.Alina mengangguk.“Biarkan dia merasakan apa itu kehilangan,” lirih Alina.“Bagaimana dengan bayimu?” tanya Restu lagi.Restu menatap Alina yang diam, lalu Alina berkata, “Bisa usahakan agar bayiku bisa bersamaku?”Restu diam. Ini mungkin akan sulit. “Akan kuusahakan, tapi aku tidak janji.”Alina mengangguk-angguk.Setelah bicara dengan Alina, Restu bicara dengan dokter yang membantu persalinan keponakannya itu.“Dia bisa melakukan persalinan secara normal, tapi saya sudah memberitahu keluarganya jika Bu Alina akan melakukan tindakan cesar, hanya untuk memperkuat alibi saja,” ujar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ingin Berpikir

    Restu melihat Alina diam, mungkin karena syok. Dia menggenggam telapak tangan Alina untuk menenangkan, bagaimanapun ceritanya mungkin akan membuat Alina tertekan.“Alina.” Restu mencoba memanggil, menunggu Alina merespon.Bams masih ada di sana. Dia panik dan cemas jika sampai terjadi sesuatu pada Alina. Dia berharap, ini tak mengubah apa pun pada diri Alina akan pandangan terhadap Aksa.Alina tiba-tiba bernapas pendek dan terputus, dia sangat tertekan hingga dadanya naik turun tak beraturan.“Al, tarik napas panjang lalu embuskan perlahan. Rileks, ingat janjimu tidak akan memaksa mengingat dan aku hanya memberitahumu fakta. Tenangkan pikiranmu, lepaskan semua yang menyakitkan.” Restu mencoba untuk mensugesti.Alina masih kesusahan bernapas, berulang kali dia mencoba menarik napas panjang tetapi gagal.“Alina, tenang.” Restu terus mencoba meyakinkan Alina.Setelah beberapa saat dirundung kepanikan, akhirnya Alina bisa mulai sedikit tenang. Dia bisa bernapas dengan normal lagi, tetapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Biar Seperti Ini

    Aksa memperhatikan Bams yang diam dan terlihat panik. Alisnya berkerut saling bertautan, penasaran kenapa sikap Bams tampak aneh. “Ada apa? Kenapa kamu tidak menjawab?” tanya Aksa curiga. Bams benar-benar kebingungan. Dia sampai menunduk merasa bersalah karena sudah jujur pada Alina. Aksa semakin curiga, saat akan kembali bicara, terdengar suara pintu terbuka. Aksa dan Bams sama-sama menoleh ke arah pintu. “Ada apa? Kamu sedang memarahi Bams?” Bams terkesiap, tetapi juga lega karena Alina kembali. Aksa langsung memulas senyum. “Kamu dari mana? Kenapa lama sekali?” tanya Aksa. Alina melirik Bams yang sedikit menurunkan pandangan. Dia lalu tersenyum pada Aksa sambil mendekat. “Tadi bicara sebentar dengan Paman. Dia tahu kamu sakit tapi belum bisa menjenguk, jadi dia menitipkan ini.” Alina memperlihatkan kotak kue yang dibawanya. Bams mengedipkan mata dengan cepat. Apa Alina baik-baik saja? Kenapa dia menjadi waswas dan seperti merasa bersalah? Bams akhirnya pamit keluar dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ada Yang Berbeda

    Hari berikutnya. Aksa akhirnya diperbolehkan pulang, Ilham dan Bams yang menjemput Aksa di rumah sakit. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Bams sesekali melirik kaca spion tengah untuk memastikan kalau Alina dan Aksa memang baik-baik saja.“Fokus ke jalan.” Ilham menegur karena Bams terus melirik ke kaca spion.Bams terkejut sampai menoleh pada Ilham yang duduk di kursi samping kemudi.“Ini sudah fokus, kalau tidak fokus pasti nabrak,” balas Bams karena takut jika ketahuan sedang mengawasi sikap Alina dan Aksa.“Mengelak, kamu pikir aku tidak melihat apa yang kamu lakukan?” Bams mencebik. Dia memilih fokus ke jalanan.Aksa dan Alina melirik pada Bams juga Ilham secara bergantian, ada apa dengan dua pria itu sampai berdebat.“Kalian mendebatkan apa lagi?” tanya Aksa dengan tatapan curiga.Ilham hendak menjawab, tetapi Bams langsung mengulurkan tangan untuk membungkam mulut Ilham.“Apaan?” Ilham menepis tangan Bams.“Jangan ember!” balas Bams.Aksa dan Alina sampai keheranan dengan tin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ingat

    Alina turun ke lantai bawah setelah memastikan Aksa istirahat. Dia bertemu dengan Kaira yang masih di sana.“Aksa sudah tidur?” tanya Kaira.“Iya,” jawab Alina.Alina melihat Kaira yang mengangguk-angguk, lalu dia tiba-tiba saja memeluk Kaira.Kaira terkejut. Dia bergeming sesaat, tetapi kemudian membalas pelukan Alina.“Tiba-tiba sekali memelukku, ada apa?” tanya Kaira.Alina melepas pelukan, lalu menatap pada Kaira.“Hanya ingin,” jawab Alina dengan senyum hangatnya.Kaira tidak bertanya lagi. Melihat Alina terus tersenyum seperti ini membuat hatinya begitu lega.“Kamu mau ke mana? Butuh sesuatu?” tanya Kaira kemudian.“Iya, aku mau ke dapur. Mau memasak untuk Aksa.” Alina berjalan menuju dapur setelah menjawab.Kaira mengerutkan alis. Bukannya Alina tidak bisa memasak setelah hilang ingatan? Kaira cemas, dia segera menyusul Alina ke dapur.Para pelayan di sana juga terkejut melihat Alina masuk dapur, apalagi Alina langsung membuka lemari pendingin.“Nyonya, Anda membutuhkan sesuatu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Perhatian Berbeda

    Alina kembali ke kamar setelah cukup lama di dapur membuat menu masakan untuk Aksa. Saat baru saja masuk kamar, dia melihat Aksa yang ternyata baru saja bangun.“Kamu sudah bangun?” tanya Alina sambil berjalan menghampiri.Aksa mengangguk pelan. Dia hendak bangun, lalu Alina buru-buru membantu karena Aksa agak kesusahan.“Kamu mau makan?” tanya Alina saat Aksa sudah duduk bersandar headboard.Aksa menatap pada Alina, lalu berkata, “Sepertinya aku butuh mandi, rasanya tidak nyaman sejak kemarin sama sekali belum menjamah air.”Alina tersenyum.“Akan kusiapkan,” balas Alina lalu berdiri.Aksa memperhatikan. Dia melihat Alina masuk kamar mandi. Dia benar-benar merasakan perbedaan sikap Alina atau mungkin hanya perasaannya saja?Alina keluar setelah beberapa saat di dalam kamar mandi. Dia datang menghampiri Aksa.“Ayo!” ajak Alina.Aksa malah bergeming menatap pada Alina, bingung.“Kenapa? Katanya mau mandi?” tanya Alina keheranan sebab Aksa hanya diam.“Kamu mau memandikanku?” tanya Aksa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Berharap Lain

    Aksa terlihat tenang, tetapi sebenarnya dalam hatinya begitu terkejut mendengar pertanyaan Alina. Dia memang takut kehilangan Alina, tetapi tidak ingin egois yang bisa membuat Alina semakin membencinya.“Jika itu yang kamu inginkan, aku akan melepas,” ujar Aksa.“Kenapa?” tanya Alina cukup terkejut mendengar jawaban Aksa.“Karena aku tidak ingin semakin membuatmu terluka, jika di sampingku kamu menderita,” balas Aksa.Alina melihat senyum getir di wajah Aksa. Dia masih menggenggam erat telapak tangan pria itu.“Padahal aku berharap kamu memberikan jawaban lain,” ucap Alina lalu tersenyum kecil. Dia mencoba mencairkan ketegangan yang terjadi.“Contohnya?” tanya Aksa dengan satu sudut alis tertarik ke atas.“Ya, contohnya mungkin. Jangan pergi, tolong pikirkan aku dan Arlo. Atau, jangan pergi, aku tidak bisa hidup tanpamu. Mungkin bisa juga, aku sangat mencintaimu jadi tetaplah tinggal. Ya, semacam itu.” Alina bicara sambil menatap ke langit-langit kamar, lalu kembali menatap pada Aksa.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Tanda Terima Kasih

    Akhirnya kisah Alina dan Aksa berakhir. Jika ada kekurangan dalam kisah ini, aku mohon maaf sebesar-besarnya buat pembaca sekalian karena aku hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Next aku bakal rilis buku baru, jadi tunggu karyaku yang lain, ya. Terima kasih banyak atas semua dukungan kalian selama ini. Drop komen sebagai penyemangat buat aku, ya. Kalian yang terbaik.(⁠ʘ⁠ᴗ⁠ʘ⁠✿⁠)

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 5

    Semua berjalan dengan baik. Setiap orang dengan kebaikan kini hidup dengan damai.Ini sudah lima bulan setelah Jia melahirkan. Sore itu semua orang berkumpul di rumah Alina hanya untuk bercengkrama bersama sebagai satu keluarga.Alina memandang putranya dan yang lain bermain. Dia menghela napas pelan, lalu menoleh pada suaminya.“Sepertinya kita bisa membuka sekolah khusus karena punya anak-anak sebanyak ini,” ujar Alina dengan nada candaan.Semua orang langsung menoleh saat mendengar ucapan Alina.“Sepertinya itu ide bagus. Apa mau direalisasikan?” Kaira menanggapi serius ucapan Alina.Alina tertawa, lalu membalas, “Siapa yang mau jadi gurunya? Bisa-bisa tekanan darahnya naik duluan lihat keaktifan mereka. Belum lagi ini.”Alina memandang anak Jia yang ada di stroller.“Sudah benar di sekolahkan, jangan memberi ide membuat sekolah sendiri,” balas Jia.Semua yang di sana tertawa bersama.Alina melihat Aksa yang hanya diam. Dia menggenggam telapak tangan suaminya itu.“Memikirkan apa?”

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 4

    Saat siang hari. Daniel dan Jia menjemput Anya di sekolah.Anya sangat senang melihat Daniel dan Jia menjemputnya secara bersamaan. Anya sampai berlari kecil agar bisa segera menghampiri kedua orang tuanya itu.“Kok Mama dan Papa jemputnya barengan?” tanya Anya.“Ya, biar Anya senang,” jawab Daniel, “Anya senang?” tanyanya kemudian.Anya mengangguk-angguk.Jia dan Daniel saling pandang, lalu mengajak Anya segera masuk mobil.“Tadi Anya dapat nilai seratus waktu ulangan,” ucap Anya menceritakan kegiatannya seharian ini di sekolah.“Benarkah?” Jia menoleh pada Anya dengan senyum semringah. “Sepertinya Anya harus diberi apresiasi, benar tidak?” Jia kini menatap pada Daniel.“Tentu saja,” jawab Daniel, “Anya mau apa?” tanya Daniel seraya memandang pada bayangan Anya melalui pantulan kaca spion tengah.“Anya mau makan es krim,” jawab Anya penuh semangat.Jia dan Daniel mengangguk bersamaan. Mereka pergi ke kedai es krim.Mereka sudah duduk di kedai menikmati es krim yang dipesan. Jia dan D

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 3

    Jia dan Daniel melakukan inseminasi buatan setelah melakukan beberapa prosedur yang dokter jadwalkan.Hari ini, tepat dua minggu setelah inseminasi buatan dilakukan. Jia berada di kamar mandi seraya memegang testpack yang baru saja dicelupkan pada urine. Jia duduk di atas closet dengan perasaan cemas, hingga samar-samar garis merah mulai muncul di testpack.Satu, dua. Akhirnya dua garis merah muncul di alat itu. Jia sampai membungkam mulut karena terkejut dan masih tak percaya. Bahkan bola matanya kini terlihat berkaca-kaca.“Jia, bagaimana?”Jia mendengar suara Daniel di luar kamar mandi. Suaminya itu pasti tidak sabar dan cemas dengan hasilnya. Jia segera keluar dari kamar mandi. Dia melihat Daniel yang terlihat panik.“Bagaimana?” tanya Daniel karena melihat bola mata Jia berkaca-kaca.Jia awalnya memasang ekspresi biasa, tetapi setelahnya tersenyum lebar.“Berhasil, aku hamil.” Jia memperlihatkan testpack pada Daniel.Daniel memandang dua garis di alat itu. Dia benar-benar tak m

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 2

    Keesokan harinya. Daniel dan Jia menemui dokter untuk berkonsultasi. Mereka mendengarkan penjelasan dokter soal inseminasi buatan yang ingin Jia lakukan.“Jika kalian memang yakin untuk melakukan ini. Kita harus melakukan beberapa proses termasuk mengecek kondisi rahim dan kesehatan kalian masing-masing. Akan banyak tes yang harus dilakukan sebelum inseminasi, untuk memastikan prosesnya berjalan dengan lancar,” ujar dokter menjelaskan.Daniel dan Jia sudah mendengarkan tahapan yang harus mereka lakukan. Selain mengecek kondisi rahim, sperma pun harus dites, baru kemudian menentukan waktu ovulasi yang tepat.“Iya, Dok. Kami siap melakukannya,” ucap Jia penuh semangat. Dia berharap cara ini bisa mengobati kekecewaan Daniel.Daniel menatap pada Jia yang sangat antusias. Bukankah sudah seharusnya dia pun harus bersemangat karena yang mereka lakukan demi kebahagiaan mereka juga.“Baiklah. Saya akan menjadwalkan waktu tesnya. Saya sangat berharap kalian bisa mendapatkan apa yang kalian hara

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 1

    Tak terasa waktu cepat berlalu. Usia Elvano sudah menginjak satu tahun. Alina dan Aksa menjaga buah hati mereka dengan sangat baik, termasuk Arlo. Tidak ada satu pun yang mereka bedakan.“Sudah tidur?” tanya Alina ketika melihat Aksa keluar dari kamar Elvano.Aksa menyentuhkan telunjuk di permukaan bibir, memberi isyarat agar Alina tidak bicara atau Elvano akan bangun. Dia menghampiri sang istri, lalu menggandeng tangan Alina dan mengajaknya naik ke lantai atas.Alina menahan senyum. Dia mengikuti langkah Aksa menuju ke kamar.“Akhirnya.” Aksa tiba-tiba menghela napas lega. Dia kemudian memeluk Alina dari belakang.Alina tersenyum sambil mengusap lengan Aksa.“Dulu merawat Arlo sendiri tidak secapek ini, kenapa sekarang capek?” tanya Alina seraya melirik pada Aksa yang bergelayut manja di pundaknya.Aksa menghela napas pelan, lalu mempererat pelukan.“Dulu aku merawat sendiri, harus kuat dan tidak boleh mengeluh. Jadi, karena sekarang ada kamu, aku ingin mengeluhkan semua lelahku pada

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Kebahagiaan

    Semua orang datang ke rumah sakit untuk menjenguk Alina.Sasmita dan Nenek Agni begitu antusias menyambut kelahiran anak kedua Alina, setelah sebelumnya mereka harus menyambut dengan tangis, tetapi sekarang semuanya berbalut kebahagiaan.“Di mana bayinya?” tanya Sasmita saat masuk ruang inap Alina.“Itu.” Aksa menunjuk ke baby box yang berada tak jauh dari ranjang Alina.Aksa menemani Alina di ranjang, sedangkan Sasmita dan Nenek Agni langsung menghampiri bayi mungil anggota baru keluarga Radjasa.“Tampannya dia.” Sasmita mengambil bayi Alina dari baby box. “Benar laki-laki, kan?” tanya Sasmita memastikan karena bayi itu tampan meski sedikit terlihat cantik.“Iya, Ma.” Alina yang menjawab.“Kita punya dua cucu laki-laki, ya.” Mirza ikut senang karena setidaknya Aksa memiliki dua putra, bukan satu seperti dirinya.Aksa dan Alina memulas senyum. Aksa tak beranjak dari sisi Alina karena fokusnya sekarang memperhatikan kondisi sang istri.Sasmita menimang bayi tampan itu. Dia memandangi ba

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Melahirkan

    Aksa begitu cemas ketika membawa Alina ke rumah sakit. Bahkan dia tidak melepas genggaman saat Alina dibawa ke IGD. “Istriku mau melahirkan, Sus.” Aksa berdiri di samping ranjang pesakitan seraya menggenggam erat telapak tangan Alina. Suster yang ada di sana langsung mengecek kondisi Alina, lalu beberapa saat kemudian memanggil dokter untuk memeriksa. “Aku baik-baik saja, ini hal wajar,” ucap Alina seraya menahan rasa sakitnya karena kontraksi. Aksa menatap pada Alina. “Tapi tetap saja, kamu kesakitan,” balas Aksa tidak mau tahu. Aksa trauma dengan persalinan Alina yang dulu. Saat itu dia sangat panik dan ketakutan melihat Alina yang akan melahirkan secara prematur, hingga dibuat kehilangan yang benar-benar tak bisa membuatnya melupakan semua kejadian itu. Sekarang Alina kembali merasakan sakit seperti itu. Siapa yang tidak cemas? Alina mencoba memahami kecemasan yang Aksa rasakan. Dia membalas genggaman tangan Aksa. Dia yang kesakitan, tetapi sepertinya suaminya yang ketakut

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Mau Melahirkan?

    Dua bulan berlalu dengan cepat. Usia kandungan Alina sudah masuk sembilan bulan, dia baru saja jalan-jalan pagi bersama Nenek Agni yang memang beberapa hari ini menginap di rumah. “Kapan perkiraan lahirnya?” tanya Nenek Agni saat berjalan bersama Alina menuju rumah. “Harusnya minggu ini, Nek.” Alina berjalan pelan, satu tangannya mengusap perut. “Doakan lahirannya lancar,” ucap Alina kemudian. “Tentu saja, nenek pasti akan selalu mendoakan yang terbaik buatmu dan cicit nenek.” Nenek Agni mengusap lembut perut Alina. Mereka sudah sampai di teras. Alina duduk bersama Nenek Agni untuk beristirahat setelah jalan-jalan pagi. “Lho, kamu tidak ke kantor?” tanya Nenek Agni ketika melihat Aksa keluar dari rumah hanya memakai kaus polos dan celana panjang. “Tidak, aku ambil cuti. Tapi tetap kerja dari rumah,” jawab Aksa lalu duduk di samping Alina. Nenek Agni menatap pada Aksa yang sedang mengusap perut Alina. Dia sangat lega karena akhirnya Aksa bisa merasakan kebahagiaan bersama Alina.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status