Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan

Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-27
Oleh:  TrianaROn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.7
26 Peringkat. 26 Ulasan-ulasan
119Bab
212.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Hana tiba-tiba dipulangkan oleh suaminya tanpa sebab yang jelas. Ia tidak tahu menahu apa alasan sang suami menceraikannya. Hana berusaha bangkit dari luka, ia merantau ke kota dan melamar pekerjaan menjadi pengasuh anak orang kaya. Di sana, ia dipertemukan dengan seorang majikan duda yang tampan dan di saat yang bersamaan, dia juga dipertemukan lagi dengan mantan suaminya dengan kondisi berbeda. Bagaimana cerita selanjutnya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Part 1. Dipulangkan ke rumah orang tua

Part 1

"Udah siap, Dek?" tanya Mas Bambang seraya memperhatikan penampilanku.

Aku mengangguk lalu tersenyum manis ke arahnya. Tumben sekali hari ini Mas Bambang mengajakku pergi berlibur bahkan menginap selama beberapa hari ke depan. Biasanya dia akan sibuk dengan pekerjaannya.

"Baju-bajumu udah siap?"

"Udah, Mas, itu di koper."

Mas Bambang mengangguk lagi. Entah kenapa sedari tadi dia kehilangan senyum. Wajahnya tampak tegang, bahkan pikirannya tak fokus.

"Mas, emangnya kita mau liburan kemana sih? Kok bawa baju banyak banget?"

"Kejutan, Dek, nanti juga kamu tahu," ujarnya lagi.

Tiap ditanya pasti jawabannya begitu saja, ya sudah, aku takkan bertanya lagi. Aku percaya pada suamiku yang paling tampan dan juga baik hati, dia pasti memilihkan tempat terbaik untuk kami liburan.

Mobil mulai melaju meninggalkan rumah yang sudah tiga tahun aku huni bersama Mas Bambang. Rumah minimalis bergaya eropa, tampak mewah dan elegan. Rumah yang menjadi saksi bisu, kulewati malam-malam manis bersamanya.

Tiga tahun bagiku terasa begitu singkat, apalagi sikap Mas Bambang yang lembut dan juga baik akhirnya mengalahkan keraguanku. Pernikahan kami tanpa restu orang tua Mas Bambang, hanya paman dan bibinya saja yang datang dan menjadi saksi pernikahan kami dari pihak keluarganya. Tapi tak apa, asalkan bersama suami, kami saling menguatkan satu sama lain.

Selama tiga tahun ini juga, kami belum diberi amanah untuk mendapatkan keturunan. Padahal semuanya normal, baik aku juga Mas Bambang. Ya memang belum dikasih aja.

Tanpa terasa aku tertidur di mobil, entah berapa lama. Aku terkesiap kaget mendapat usapan lembut di pipi.

"Kita udah sampai, Dek!" ujar Mas Bambang.

Aku mengedarkan pandangan, seketika memicingkan mata melihat samping kiri jalan adalah rumah orang tuaku.

"Mas, jadi liburan kita ke rumah orang tuaku? Kok kamu gak ngomong dari awal?" tanyaku.

Mas Bambang tak menanggapi ucapanku.

"Ayo turun, Dek!" ajaknya. Ia langsung keluar dari mobilnya lalu membuka bagasi dan mengambil koperku.

Dengan hati dan pikiran yang bertanya-tanya, akupun turun dari mobil. Sekali lagi memandang wajah rupawan Mas Bambang dengan tatapan menyelidik.

"Mas, ada apa sih sebenarnya?"

"Nanti juga kamu tahu, Dek," sahutnya singkat.

"Eh, anak dan menantu ibu rupanya dateng!" sambut suara dari dalam rumah.

Aku menoleh, melihat ibuku datang tergopoh-gopoh.

"Ibu?" Aku langsung memeluknya dan menciumi punggung tangannya dengan takdzim. Mas Bambang pun segera menyalami tangan ibu.

"Dari sana jam berapa, Nak?" tanya ibu.

"Jam delapan, Bu," sahut Mas Bambang.

Perjalanan dari rumah ke rumah orang tuaku menghabiskan waktu dua jam perjalanan.

Aku menatap bangunan rumah sangat sederhana di hadapanku. Dinding tembok sepotong dan ke atasnya terbuat dari anyaman bambu. Ya, memang semiskin itu hidup oranh tuaku di desa, bapakku hanyalah seorang petani kecil dan ibu hanya ibu rumah tangga, mengasuh adik-adik yang masih kecil.

"Ayo masuk, Nak. Ayo Nak Bambang!" ajak ibu lagi.

Kami masuk ke dalam rumah dan duduj di kursi kayu di ruang tamu. Alhamdulillahnya sekarang, lantai sudah berganti ubin, bukan lantai tanah lagi.

"Bapak mana, Bu?" tanya Mas Bambang.

"Bapak ada di sawah, Nak. Nanti ya, ibu panggilkan dulu," ujar ibu. Raut wajahnya tampak begitu antusias melihat kedatangan kami.

Ibu masuk ke dalam, aku mengikutinya.

"Neng, kamu kok gak bilang-bilang mau kesini? Jadi ibu gak ada persiapan apa-apa ini. Belum masak belum apa, ini suamimu mau dimasakin apa? Ibu sekalian mau belanja lagi ke warung, kali masih ada lauk pauk."

Aku tersenyum mendengar ucapan ibu. "Tidak usah repot-repot, Bu. Seadanya aja. Kami kesini juga tanpa persiapan apapun."

Ibu tersenyum lagi, tangannya sibuk membuatkan teh manis untuk kami. "Tapi ibu senang banget dengan kedatangan kalian, terakhir kan enam bulan yang lalu. Gimana Neng, udah isi?" tanya ibu

Aku tersenyum miris, bahkan orang tuaku pun merindukan seorang cucu. "Belum, Bu. Doain aja ya."

"Iya, Neng, pasti. Ya sudah nih tehnya antar ke suami kamu, biar ibu ke sawah nyusulin bapak, lalu langsung mampir ke warung Yu Darmi."

"Iya, Bu."

Aku membawa dua gelas berisi teh manis itu ke depan.

"Mas, minum dulu tehnya."

"Iya makasih, Dek."

"Atau mau istirahat dulu di kamar, Mas? Sebentar aku beresin dulu."

Diam, tak ada jawaban apapun dari Mas Bambang.

Aku beranjak seraya membawa koper menuju deretan kamar paling belakang, kamar yang aku tempati selagi gadis. Pintunya tak dikunci, kondisinya pun masih sama seperti dulu. Rapi dan bersih sudah otomatis ibu membersihkannya tiap hari. Mungkin ibu juga melarang adik-adik main di kamarku.

Aku tersenyum sejenak membayangkan masa-masa sebelum menikah dulu. Seru. Semua terlintas bagaikan potongan film.

"Assalamu'alaikum ..." Terdengar suara berat dari luar. Suara yang teramat kurindukan.

"Bapak!" Aku langsung berjalan keluar dan menghampirinya. Bapak yang paling kuhormati.

Aku menyalami tangan bapak yang hitam dan keriput karena kebanyakan kerja di sawah. Panas terik mentari tak ia hiraukan demi anak-anaknya tak kelaparan.

Tak lama, ibupun kembali pulang menjinjing kantung kresek berisi belanjaan.

Bapak berlalu ke dalam untuk bebersih diri, begitu juga dengan ibu.

Aku masih menemani Mas Bambang yang kini tampak sibuk dengan ponselnya.

"Mas, kita nginep berapa hari di sini?" tanyaku.

"Sesukamu."

"Hah? Maksudnya? Emang kamu libur berapa hari?" Keningku mengernyit mendengar jawabannya. Sesukaku? Apa maksudnya coba?

"Dua hari."

"Jadi kita di sini cuma dua hari? Kenapa pake bawa baju-baju banyak banget?" tanyaku lagi.

Ehem! Terdengar suara bapak berdehem, ia sudah kembali dan duduk di hadapan Mas Bambang.

"Gimana kabar kalian, Nak?" tanya bapak.

"Alhamdulillah baik, Pak."

"Kerjaanmu lancar, Nak?"

"Alhamdulillah semua lancar, Pak."

Mereka mengobrol ngalor ngidul sedangkan aku berlalu ke dapur membantu ibu agar cepat selesai.

Sayur bening, tempe plus tahu goreng, ikan asin, sambal terasi dan lalapan menemani makan siang kami hari ini. Menu yang sangat sederhana jauh dari kata mewah.

"Ayo, ayo, kita makan dulu Nak Bambang."

Ibu dan bapak benar-benar menyambut suamiku dengan hangat. Kami makan siang bersama kebetulan adik-adik juga sudah pulang dari sekolahnya.

***

"Maaf Pak, Bu, kedatangan saya kesinu karena ingin memulangkan Hana pada kalian," ujar Mas Bambang dengab nada bergetar.

"Tunggu, tunggu, apa maksudnya, Mas?" tanyaku bingung. Jantung mulai berpacu dengan cepat menerka apa yang terjadi. Ibu dan bapak pun ikut terkejut.

"Ada apa ini, Nak?"

"Pak, Bu, dulu saya menikahi Hana dengan baik-baik, jadi sekarang saya juga ingin memulangkan Hana secara baik-baik. Kami akan bercerai, Pak."

Bagaikan disambar petir di siang bolong mendengar ucapan Mas Bambang.

"Selagi bapak dan ibu ada di sini, akan menjadi saksi ucapanku. Sebelumnya mohon maafkan saya ya, Pak, Bu, saya harus mengambil keputusan ini."

"Bismillah, Hana Aisyah binti Rusman, mulai hari ini juga, detik ini, saya ceraikan kamu. Kamu bukan istriku lagi. Dengan ini saya lepas tanggung jawab terhadapmu, kupulangkan lagi kamu ke orang tuamu, Hana."

Kata-kata yang terucap dari mulut lelaki tercintaku sudah layaknya sembilu yang menyayat hati. Sakit dan perih sekali. Tanpa terasa butiran bening menitik dari sudut mata, tak tertahankan lagi.

"Mas, apa salahku? Kenapa bisa? Bukankah selama ini hubungan kita baik-baik saja?" Aku bertanya dengan nada bergetar.

"Maafkan aku, Hana. Kamu tidak bersalah, tapi kita harus berpisah. Ini uang sepuluh juta untuk bekalmu. Aku pamit pulang ya, jaga dirimu baik-baik."

Mas Bambang bangkit, lalu mengecup keningku dengan lembut. Lelaki itu pergi tanpa menoleh lagi.

Sakit sekali rasanya. Sakiiiiit.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
92%(24)
9
0%(0)
8
4%(1)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
4%(1)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.7 / 10.0
26 Peringkat · 26 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
user avatar
Mala Abdul
ceritanya bagus
2023-11-04 12:40:20
2
user avatar
Asih N
gimana caranya agar bisa kebuka lebih banyak lagi babnya tor...
2023-10-24 14:22:48
0
user avatar
Euis Sri
knp bab nya hilang ya
2023-09-30 18:48:59
0
user avatar
Irvana Nurmawati
lanjut dong Thor....minimal Sampek part tamat Pi yang happy ending ThorđŸ«°...
2023-09-26 15:56:37
0
user avatar
Irvana Nurmawati
lanjut dong Thor makin nggak sabar nunggu lanjutannya đŸ«¶đŸ«°...
2023-09-26 11:22:03
1
user avatar
Melda Atisya
cerita'y aq suka bngt
2023-09-25 14:37:45
0
user avatar
Kelepon Efendi
lanjut kak đŸ«°......
2023-09-11 11:00:49
0
user avatar
Kelepon Efendi
ditunggu2 ceritaxa yg seruđŸ«°
2023-09-06 17:30:17
0
user avatar
Lisnadia
saya suka cerita nya
2023-09-03 20:23:50
0
user avatar
RIKA ENDAH NURHIDAYAH
keren ceritanya walau agak.mirip.dg kebanyakan tapi ada yang bedanya
2023-07-23 23:42:29
0
user avatar
Tutitu Tutitu
bagus banget cerita nya
2023-07-16 05:50:20
0
user avatar
Ziean ZabĂŹan Zanaya
ini yg aku cari2 akhir ea ku menemukan mu .........
2023-07-14 15:37:27
0
user avatar
Stevi
cerita yg sangat bagus aku suka bangat dengan cerita ini...
2023-07-05 03:02:58
0
user avatar
Yosi Amelia
mantap sekali ceritanya
2023-06-27 14:47:43
0
user avatar
Luluk Latem
thor abiyya kok blm up ya...??
2023-06-21 19:43:58
0
  • 1
  • 2
119 Bab
Part 1. Dipulangkan ke rumah orang tua
Part 1"Udah siap, Dek?" tanya Mas Bambang seraya memperhatikan penampilanku.Aku mengangguk lalu tersenyum manis ke arahnya. Tumben sekali hari ini Mas Bambang mengajakku pergi berlibur bahkan menginap selama beberapa hari ke depan. Biasanya dia akan sibuk dengan pekerjaannya."Baju-bajumu udah siap?""Udah, Mas, itu di koper."Mas Bambang mengangguk lagi. Entah kenapa sedari tadi dia kehilangan senyum. Wajahnya tampak tegang, bahkan pikirannya tak fokus."Mas, emangnya kita mau liburan kemana sih? Kok bawa baju banyak banget?""Kejutan, Dek, nanti juga kamu tahu," ujarnya lagi.Tiap ditanya pasti jawabannya begitu saja, ya sudah, aku takkan bertanya lagi. Aku percaya pada suamiku yang paling tampan dan juga baik hati, dia pasti memilihkan tempat terbaik untuk kami liburan.Mobil mulai melaju meninggalkan rumah yang sudah tiga tahun aku huni bersama Mas Bambang. Rumah minimalis bergaya eropa, tampak mewah dan elegan. Rumah yang menjadi saksi bisu, kulewati malam-malam manis bersamany
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-07
Baca selengkapnya
Part 2. Ayo bangkit, Hana!
Part 2"Mas, tunggu, Maaas,!!" teriakku. Aku mengejarnya sampai ke mobil. "Mas, aku salah apa, Mas? Kasih tahu aku, apa salahku?""Sudahlah Hana, jangan seperti ini. Aku akan mengantar barang-barangmu yang lain nanti."Seketika hatiku mencelos. Ah, kenapa rasanya perih sekali, diceraikan tanpa sebab?Mas Bambang hampir saja masuk ke dalam mobil."Tunggu, Nak!" Suara bapak menghentikannya pergi. Mas Bambang kembali turun dan menatap bapak, hendak menyalami tangannya, tapi tiba-tiba ...Buuugghhhtt ... sebuah pukulan melayang di perut Mas Bambang hingga ia terhuyung ke belakang. "Neng, ayo masuk!" sergah bapak."Tapi, Pak--""Neng, masuk! Si Bambang sudah gak mau lagi sama kamu, Neng. Jadi buat apa dikejar lagi. Masuk, Neng!" sergah bapak."Pergi kau!! Jangan pernah datang kesini lagi! Mentang-mentang kaya, bisa seenaknya sendiri!" seru bapak. Terdengar emosi dalam nada suaranya. "Maaf, Pak, saya permisi!" ujar Mas Bambang seraya meringis kesakitan. Ia masuk ke dalam mobilnya dan mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-07
Baca selengkapnya
Part 3. Pertemuan Tak Terduga
Part 3“Permisi Bu, ini ada surat dari Jakarta untuk Bu Hana Aisyah,” ujar seorang kurir. Aku yang saat itu tengah menyapu lantai, segera menerimanya. Tanganku sedikit dingin dan gemetar saat membuka amplop putih itu ternyata isinya sebuah undangan. Aku mengejanya dengan seksama, undangan pernikahan “Bambang Wijaya dan Mariana.”Deg! Hatiku seperti diremas-remas kembali. Perasaan luka yang kemarin mulai mengering kini terkoyak lagi. Jadi ... ini alasannya Mas Bambang menceraikanku? Dia akan menikah lagi? Dan dia tega sekali mengirimkan undangan pernikahannya padaku padahal akta cerai belum kuterima.Jadi semudah itu Mas Bambang melupakanku? Sakit dan kecewa itu pasti. “Han, ini kesempatan bagus loh! Ada lowongan jadi ART di tempat orang kaya, gajinya 5 juta perbulan. Lima juta, Han, banyak banget kan?”“Masa sih ada gaji ART 5 juta?”“Udah deh gak usah kebanyakan mikir, Han. Kita langsung aja berangkat. Pasti diterima, Han, kita ini sama-sama rekomendasi dari Bu Haji Siti Sadiyah, b
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-07
Baca selengkapnya
Part 4. Si cantik Mariana
Part 4'Mas Bambang?' Tampak keterkejutan dalam tatapannya. Hampir aja aku keceplosan ingin memanggil namanya dan membicarakan masalah kami. Dia yang pergi tiba-tiba, jadi inikah alasan yang sebenarnya?"Hei Mbak, tolong barang-barang kami dibawa masuk ya!" sergah seorang wanita di samping Mas Bambang. Apakah dia yang bernama Mariana? Seorang wanita muda yang tampak begitu cantik dan menawan. Dengan bibir merah merona dan rambut bergelombang berwarna pirang. Sungguh teramat cantik, bahkan aku yang seorang wanita pun turut mengagumi kecantikannya."Tunggu, tunggu, kamu pembantu baru di sini ya? Aku kok baru lihat kamu?""Eh i-iya, Nyonya, saya baru bekerja hari ini," sahutku, kali ini aku mengalihkan pandangan.Wanita itu manggut-manggut tapi pandangannya mengulitiku. "Lain kali jangan lihatin suamiku seperti itu. Aku tahu suamiku ini tampan. Tapi jangan lancang ya!" serunya lagi. Deg! Ah, rasanya sungguh tak karuan ..."Maaf, Nyonya." Aku menunduk dengan debar jantung yang tak me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-07
Baca selengkapnya
Part 5. Menyebalkan?
Part 5“Dia pengasuh Alvaro, jadi aku yang lebih berhak menggunakan jasa tenaganya, bukan kamu. Ayo, kau ikut aku, Hana!”Aku terdiam untuk beberapa saat.“Kenapa masih diam? Ayo ikut saya, ada yang ingin saya bicarakan mengenai Alvaro!” tegasnya lagi. “Ba-baik, Tuan,” jawabku gugup. Duh rasanya tidak nyaman sekali apalagi saat kulirik dari ekor mataku, Mariana tampak menghentakkan kakinya kesal.Sampai di ruangan kerja Tuan Putra, aku masih berdiri menunggunya berbicara. Tapi lelaki itu justru asyik membaca buku.Sepuluh menit berlalu hingga lima belas menit berlalu, tak ada yang dia ucapkan, padahal kakiku mulai kesemutan.“Maaf Tuan, kalau saya lancang, ada tugas apa tuan memanggil saya? Den Alvaro sudah tidur dan--"Lelaki itu justru melayangkan tangannya, agar aku berhenti bicara. Aku menelan ludah, lalu menunduk. Sebenarnya orang yang seperti apa sih majikanku ini?Hingga waktu berlalu, detik berganti menit dan sampai lima belas menit tanpa suara.“Alvaro sepertinya cocok den
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-07
Baca selengkapnya
Part 6. Mantan ibu mertua
Part 6“Mommy!” teriak Alvaro. Dia langsung menghambur ke arahku. Entah kenapa bocah kecil imut ini memanggilku Mommy. Ia baru saja bangun tidur, tapi matanya sungguh indah. Rambutnya agak panjang untuk anak kecil seukuran dia, karena katanya dia susah untuk dibujuk.Aku tersenyum lantas menggendongnya. “Sayang, ayo kita mandi dulu. Air hangat sudah disiapkan loh,” sahutku sambil tersenyum. Aku senang sekali, di sini ada Alvaro, anak yang sangat lucu dan menggemaskan, jadi aku tak terlalu jenuh mengerjakan pekerjaan rumah yang melelahkan untuk ukuran rumah sebesar dan semewah ini. Ada pelipur lara hati saat melihat tingkahnya yang polos.Tapi, entah kenapa rasanya para keluarga mengucilkan anak ini, hanya ayahnya saja yang sangat protektif. Katanya sih, dia nakal banget hingga susah diatur. Barang apa saja yang dipegangnya akan dirusaknya, membuat para anggota keluarga gemas. Bocah kecil itupun sering kabur keluar rumah membuat para pengasuhnya kewalahan karena sikapnya yang sang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-10
Baca selengkapnya
Part 7. Fitnah
Part 7"Mama kenal?" tanya Mariana lagi. Ia melangkah mendekat, membuat Bu Samira tampak tergagap lantas tersenyum."Emhh ya, Mama kenal dia," jawab Bu Samira. "Dia pembantu di rumah Mama dulu," sambungnya lagi sambil tertawa kecil.Aku menoleh ke arahnya, hatiku seakan tercubit dengan perkataannya itu. Jadi dia hanya menganggapku sebagai pembantu.“Kamu harus hati-hati, Sayang. Dia pembantu tapi tidak jujur. Maka dari itu dulu mama memecatnya. Makanya mama sangat terkejut, saat dia ada di sini. Awas saja, barang-barang kalian, takutnya ada yang hilang. Terlebih kamu, kamu harus lebih hati-hati.”“Oh ya? Jadi dia pencuri?” Mata Mariana membulat lalu menatapku tajam. “Kau pencuri?” tanyanya lagi penuh selidik.“Tidak, Nyonya. Saya berani bersumpah, saya bukan pencuri. Bu Samira berbohong, saya itu is—““Sekalinya pencuri tetaplah pencuri, pasti dia tidak akan mau ngaku ‘kan? Kamu pasti lebih percaya Mama kan dari pada si pembantu ini?” sela Bu Samira. Ah, dia tega sekali memfitnahku de
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-10
Baca selengkapnya
Part 8. Perkara Guci pecah
Part 8“Hana, kuperingatkan kau, jangan cari muka di sini apalagi berusaha menggoda majikanmu sendiri atau—“"Atau apa, Mas? Lebih baik kamu tidak usah pedulikan aku lagi. Anggap saja kita tidak saling mengenal satu sama lain di sini. Apa kau tidak takut sikapmu ini ketahuan istri barumu?" Kukibaskan cekalan tangannya dengan kasar.Dia terhenyak dan menatapku beberapa jeda. Sorot matanya sangat berbeda, tak nampak kehangatan seperti dulu lagi. Dia bukanlah Bambang Wijaya yang pernah kukenal dulu.Aku tersenyum masam, lantas melirik ke arah kamar Tuan Putra. Rupanya pria itu tengah memperhatikan kami dengan tatapan bertanya-tanya.Gegas aku pergi dari sana, tak ingin terjadi salah paham apapun lagi. Terlalu sakit hati ini bila terus mendapatkan penghinaan oleh orang-orang kaya.Aku kembali melewati mereka semua. Tatapan Bu Samira padaku begitu tajam hingga membuatku bergidik.***Rutinitasku sehari-hari seperti biasanya, mengasuh Alvaro, dari mulai memandikan, menyuapinya makan, lalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-10
Baca selengkapnya
Part 9. Duo Racun
Part 9"Hah?""Kenapa bengong?""Eh, i-iya, Tuan. Saya akan buatkan kopi.""Kopi hitam ya, jangan terlalu manis.""Baik, Tuan."Aku segera beranjak keluar dari ruang kerja majikanku. Aneh sekali, katanya mau dihukum, ternyata cuma disuruh bikin kopi?Gegas aku menuju ke dapur, menyiapkan cangkir dan tatakannya. Dua sendok kopi, dan satu sendok gula pasir lalu kutuangkan air panas dari termos. Tidak terlalu manis sesuai permintaannya."Hana, kamu buat kopi buat siapa?" tanya Isna."Tuan Putra.""Tumben Tuan Putra minta dibikinin kopi."Aku hanya mengendikkan bahu. "Tapi kata Mbak Rasni, Tuan Putra gak boleh kebanyakan minum kopi, karena punya sakit lambung."Aku mengangguk. "Isna, kamu tahu gak kenapa semua anak-anak Tuan Mahesa pada kumpul di sini? Padahal sudah pada berkeluarga. Kenapa gak misah gitu?" tanyaku penasaran. Ya memang sih, rumah ini sangat besar jadi muat menampung mereka."Kenapa nanya gitu?""Ya cuma pengin tau aja, Isna. Biasanya kan orang udah berkeluarga pada misah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-10
Baca selengkapnya
Part 10. Pergi ke Mall
Part 10Aku mengangguk dan masuk ke ruang kerja Tuan Putra. Sebelumnya kudengar Mariana melangkah pergi dengan menghentakkan kakinya seraya menggerutu.“Ya, Tuan?”“Saya ingin memasukkan Alvaro ke PAUD tahun ini, apa kau bersedia mengantar dan menungguinya selama jam pelajaran berlangsung?”“I-iya, Tuan.”“Bagus. Kalau begitu kau list semua kebutuhannya untuk sekolah nanti, lalu berikan pada saya.”“Baik, Tuan.”“Jangan sampai seperti tahun kemarin, saya tidak ingin kegagalan terulang lagi.”“Maaf, maksudnya gimana, Tuan?”“Alvaro gagal bersekolah tahun lalu.” “Baik, Tuan, saya akan berusaha dengan sebaik mungkin untuk menjaga Den Alvaro.”“Ya, sudah, kau boleh pergi.”Aku mengangguk.“Maaf Tuan ...”“Ya, ada apa, Hana?”“Soal guci yang pecah itu apa nantinya akan dipotong dari gaji?”“Oh, kamu masih memikirkan hal itu?”“I-iya, Tuan. Saya merasa bersalah."“Tidak. Kau jangan khawatir, gajimu tetap utuh.”"Alhamdulillah, terima kasih banyak, Tuan."Senyumku mengembang mendengar jawab
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-10
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status