Share

Part 7. Fitnah

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2023-05-10 20:08:27

Part 7

"Mama kenal?" tanya Mariana lagi. Ia melangkah mendekat, membuat Bu Samira tampak tergagap lantas tersenyum.

"Emhh ya, Mama kenal dia," jawab Bu Samira. "Dia pembantu di rumah Mama dulu," sambungnya lagi sambil tertawa kecil.

Aku menoleh ke arahnya, hatiku seakan tercubit dengan perkataannya itu. Jadi dia hanya menganggapku sebagai pembantu.

“Kamu harus hati-hati, Sayang. Dia pembantu tapi tidak jujur. Maka dari itu dulu mama memecatnya. Makanya mama sangat terkejut, saat dia ada di sini. Awas saja, barang-barang kalian, takutnya ada yang hilang. Terlebih kamu, kamu harus lebih hati-hati.”

“Oh ya? Jadi dia pencuri?” Mata Mariana membulat lalu menatapku tajam. “Kau pencuri?” tanyanya lagi penuh selidik.

“Tidak, Nyonya. Saya berani bersumpah, saya bukan pencuri. Bu Samira berbohong, saya itu is—“

“Sekalinya pencuri tetaplah pencuri, pasti dia tidak akan mau ngaku ‘kan? Kamu pasti lebih percaya Mama kan dari pada si pembantu ini?” sela Bu Samira. Ah, dia tega sekali memfitnahku dengan kebohongannya.

“Tentu dong, aku lebih percaya sama Mama dari pada dia.”

“Makanya lebih baik dia dipecat saja, dari pada bikin masalah. Mama sih hanya memperingatkan ini saja sih, sebelum semuanya terjadi.”

Mereka berdua menatapku tajam.

“Sekarang sih mungkin masih belom ketahuan belangnya, tapi lihat deh ke depannya, pasti akan ada barang yang hilang satu per satu,” ujar Bu Samira lagi memojokkanku.

“Aku akan bilang ini ke Om Putra biar dia dipecat.”

“Kenapa harus bilang ke Om kamu? Tinggal pecat aja sekarang sebelum terlambat—“

“Soalnya dia pengasuh Alvaro, Ma. Aku gak ada hak untuk memecatnya, Mama tau sendiri Om Putra seperti apa. Tapi, aku gak nyangka loh penampilannya polos tapi ternyata maling.”

“Tentu saja biar gak ketahuan.”

“Pantas saja, Ma, dia lihat Mas Jaya kayak orang yang sudah kenal lama, jadi ternyata—“

Aku menunduk, tak kuasa menahan hinaan mereka. Kenapa rasanya sakit sekali.

“Sudah saya bilang, Nyonya, saya bukan pencuri. Saya melamar kerja di sini sebagai pembantu. Hanya itu saja, tidak ada niatan lain.”

“Ehem! Ada apa ini?”

Kami semua menoleh ke sumber suara. Tampak Tuan Besar Mahesa memandangi kami dengan tatapan penuh tanya.

“Kakek, kebetulan kakek datang. Kata Mama, dia ini bekas pembantu di rumahnya,” tutur Mariana dengan nada suara yang manja.

“Ya, terus apa yang salah dengan itu?”

“Dia kedapatan mencuri, Kek. Makanya dia dipecat sama Mama. Jadi Ana rasa, pecat saja dia, Kek. Lagi pula dia kan baru beberapa hari di sini. Dari pada barang-barang kita ada yang hilang ‘kan?”

Tuan besar Mahesa terdiam beberapa saat.

“Maaf Tuan besar, saya berani bersumpah, saya bukan pencuri. Yang dikatakan Bu Samira hanya kebohongan belaka. Saya, saya—“

“Kakek, jangan percaya sama dia! Dia pandai sekali bersilat lidah.”

Tuan Mahesa mengangkat tangannya agar Mariana berhenti bicara. Lalu dia menatapku. “Kamu tadi ingin bicara apa?”

“Maaf Tuan, sebenarnya saya—“

“Papa! Walaah, ternyata kalian berkumpul di sini,” seru Nyonya Reni yang tida-tiba datang. “Ya sudah, ayo kita makan malam bersama, yang lain udah pada nunggu tuh! Ayo Pa,” tukas Nyonya Reni.

Wanita itu langsung menggamit lengan Tuan Mahesa dan beranjak pergi, disusul Mariana.

“Ma, ayo!” seru Mariana pada sang ibu mertua.

“Iya, duluan saja, Sayang. Mama mau ke toilet sebentar,” jawab Bu Samira.

Dia mendekat ke arahku. “Jangan katakan apapun, tentang siapa dirimu sebenarnya, atau keluargamu tidak akan selamat. Aku tidak main-main dengan ucapanku, Hana,” bisiknya mengancamku.

Secepat kilat wanita kaya dan sombong itu pergi meninggalkanku. Aku membuang napas gusar. Dari dulu ia memang tak pernah menyukaiku. Kenapa aku tak sadar diri dari awal. Harusnya aku tak perlu masuk ke dalam hidup Mas Bambang.

“Hana, kamu malah bengong di sini! Ayo kamu antarkan makanan ke kamar Tuan Putra!”

Aku terkesiap mendengar suaranya. Rupanya Bik Rasni datang dengan wajah masam. “Maaf, Mbak. Tuan Putra sudah pulang?”

“Iya, dan dia minta kamu untuk mengantarkan makanan ke kamarnya.”

Aku mengangguk, mengekori langkah Bik Rasni menuju ke dapur. Baki berisi piring nasi, lauk serta sayurnya sudah ada di atasnya beserta sendok garpu juga tissue, lalu segelas air putih hangat.

“Antarkan ini ke kamar Tuan Putra, dan pastikan dia makan lebih dulu karena dia punya asam lambung, jadi makan harus teratur.”

“Baik, Mbak.”

“Ingat jangan lama-lama di sana. Tuan Putra tidak senang ada orang asing yang masuk kamarnya terlalu lama.”

“Baik, Mbak.”

Aku bergegas menuju ke kamar Tuan Putra di lantai dua, tentu saja melewati meja makan. Keluarga besar itu tengah makan bersama dengan lahapnya.

Kuketuk pintu kamar Tuan Putra berkali-kali. Tapi tak ada sahutan apapun dari dalam. “Permisi, Tuan Putra, saya Hana ingin mengantarkan makanan,” ujarku dengan nada setengah berteriak.

Hening, tak ada sahutan. Apa Tuan Putra gak ada di dalam?

“Permisi, Tuan. Saya Hana, ingin mengantarkan makan malam,” teriakku lagi. Menunggu satu menit dua menit, tapi tak ada sahutan dari dalam. Apakah Tuan Putra sudah tidur?

Aku mencoba memutar handle pintu ternyata tidak dikunci. Melangkah masuk dengan pelan, memperhatikan kamar Tuan Putra yang luas dan tampak begitu rapi. Aku mencari sosoknya tapi tak ada, hanya terdengar suara gemericik di kamar mandi.

Kuletakkan makanan itu di atas meja. Aku terkesiap kaget saat pria itu tiba-tiba ada di sampingku. Ia hanya memakai celana training panjang dan bertelanjang dada. Rambutnya basah, masih terdapat bulir-bulir air, sisanya mandi. Aku tertegun sejenak saat mata kami bersirobok.

Aku langsung menunduk dan mundur perlahan. Degup jantung terasa tak beraturan.

“Maaf Tuan kalau saya lancang, saya hanya ingin mengantarkan makanan ini dan memastikan Tuan makan malam,” ucapku sedikit gugup.

“Ya, terima kasih. Kamu boleh pergi, Hana.”

“Ba-baik, Tuan.” Aku berbalik dan melangkah meninggalkan kamar. Sebelum sampai di pintu, dia justru mencegahku.

“Tunggu, Hana.”

“Ya, Tuan?” Aku berbalik, lelaki itu justru mendekat.

“Bagaimana dengan Alvaro hari ini?”

Aku tersenyum lalu menceritakan kebersamaanku dengan anak itu. Lelaki itu menyimak ucapanku.

“ ... sekarang Alvaro sudah tidur, Tuan. Alvaro itu anak yang lucu dan menggemaskan. Sebenarnya dia tidak nakal, hanya butuh perhatian saja.”

Tuan Putra tersenyum. Eh tunggu, baru kali ini kulihat dia tersenyum. Selama ini dia hanya menampakkan ekspresinya yang datar juga dingin.

“Maaf Om Putra, ada yang ingin saya tanyakan mengenai pekerjaan di kan—“

Lelaki itu nyelonong masuk tanpa permisi. Mulutnya membulat saat melihatku ada di sini. Dia lantas menatapku tajam.

“Hana, kau kenapa ada di sini? Kau berusaha menggoda majikanmu sendiri ya?” pungkasnya dengan tatapan mengintimidasiku.

Astaghfirullah, kenapa aku selalu dalam posisi tak mengenakan seperti ini. Tadi ibunya membeberkan fitnah kebohongan, dan sekarang anaknya?

“Maaf Tuan, saya permisi dulu.” Tak ingin terjebak lebih lama, aku segera keluar dari kamar majikanku. Namun entah kenapa Mas Bambang justru mengejarku.

“Hana, kuperingatkan kau, jangan cari muka di sini apalagi berusaha menggoda majikanmu sendiri atau—“

Comments (52)
goodnovel comment avatar
Ratih Rohaeni
dasr pecundanf
goodnovel comment avatar
Thiya Yusrina
GK bisa buka kunci
goodnovel comment avatar
Nunung Nurhayati
deuh.. baru part 8 udah minta koin banyak...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 8. Perkara Guci pecah

    Part 8“Hana, kuperingatkan kau, jangan cari muka di sini apalagi berusaha menggoda majikanmu sendiri atau—“"Atau apa, Mas? Lebih baik kamu tidak usah pedulikan aku lagi. Anggap saja kita tidak saling mengenal satu sama lain di sini. Apa kau tidak takut sikapmu ini ketahuan istri barumu?" Kukibaskan cekalan tangannya dengan kasar.Dia terhenyak dan menatapku beberapa jeda. Sorot matanya sangat berbeda, tak nampak kehangatan seperti dulu lagi. Dia bukanlah Bambang Wijaya yang pernah kukenal dulu.Aku tersenyum masam, lantas melirik ke arah kamar Tuan Putra. Rupanya pria itu tengah memperhatikan kami dengan tatapan bertanya-tanya.Gegas aku pergi dari sana, tak ingin terjadi salah paham apapun lagi. Terlalu sakit hati ini bila terus mendapatkan penghinaan oleh orang-orang kaya.Aku kembali melewati mereka semua. Tatapan Bu Samira padaku begitu tajam hingga membuatku bergidik.***Rutinitasku sehari-hari seperti biasanya, mengasuh Alvaro, dari mulai memandikan, menyuapinya makan, lalu

    Last Updated : 2023-05-10
  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 9. Duo Racun

    Part 9"Hah?""Kenapa bengong?""Eh, i-iya, Tuan. Saya akan buatkan kopi.""Kopi hitam ya, jangan terlalu manis.""Baik, Tuan."Aku segera beranjak keluar dari ruang kerja majikanku. Aneh sekali, katanya mau dihukum, ternyata cuma disuruh bikin kopi?Gegas aku menuju ke dapur, menyiapkan cangkir dan tatakannya. Dua sendok kopi, dan satu sendok gula pasir lalu kutuangkan air panas dari termos. Tidak terlalu manis sesuai permintaannya."Hana, kamu buat kopi buat siapa?" tanya Isna."Tuan Putra.""Tumben Tuan Putra minta dibikinin kopi."Aku hanya mengendikkan bahu. "Tapi kata Mbak Rasni, Tuan Putra gak boleh kebanyakan minum kopi, karena punya sakit lambung."Aku mengangguk. "Isna, kamu tahu gak kenapa semua anak-anak Tuan Mahesa pada kumpul di sini? Padahal sudah pada berkeluarga. Kenapa gak misah gitu?" tanyaku penasaran. Ya memang sih, rumah ini sangat besar jadi muat menampung mereka."Kenapa nanya gitu?""Ya cuma pengin tau aja, Isna. Biasanya kan orang udah berkeluarga pada misah

    Last Updated : 2023-05-10
  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 10. Pergi ke Mall

    Part 10Aku mengangguk dan masuk ke ruang kerja Tuan Putra. Sebelumnya kudengar Mariana melangkah pergi dengan menghentakkan kakinya seraya menggerutu.“Ya, Tuan?”“Saya ingin memasukkan Alvaro ke PAUD tahun ini, apa kau bersedia mengantar dan menungguinya selama jam pelajaran berlangsung?”“I-iya, Tuan.”“Bagus. Kalau begitu kau list semua kebutuhannya untuk sekolah nanti, lalu berikan pada saya.”“Baik, Tuan.”“Jangan sampai seperti tahun kemarin, saya tidak ingin kegagalan terulang lagi.”“Maaf, maksudnya gimana, Tuan?”“Alvaro gagal bersekolah tahun lalu.” “Baik, Tuan, saya akan berusaha dengan sebaik mungkin untuk menjaga Den Alvaro.”“Ya, sudah, kau boleh pergi.”Aku mengangguk.“Maaf Tuan ...”“Ya, ada apa, Hana?”“Soal guci yang pecah itu apa nantinya akan dipotong dari gaji?”“Oh, kamu masih memikirkan hal itu?”“I-iya, Tuan. Saya merasa bersalah."“Tidak. Kau jangan khawatir, gajimu tetap utuh.”"Alhamdulillah, terima kasih banyak, Tuan."Senyumku mengembang mendengar jawab

    Last Updated : 2023-05-10
  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 11. Terasa lebih manis

    Part 11“Aku akan laporkan hal ini ke kakek. Beliau pasti shock, ada wanita yang dekat dengan anaknya tapi cuma seorang pembantu!”Setelah mengatakan hal itu, Mariana langsung pergi. Aku segera bangkit. “Tuan maafkan saya, gara-gara saya, Tuan jadi kena masalah.”Aku langsung mengejar Mariana. “Nyonya, tolong jangan laporkan hal ini pada Tuan Besar. Saya yang salah.”“Ya, memang kamu yang salah, harusnya kamu tahu diri!” tandas Mariana seraya tersenyum sinis.“Nyonya--"“Sudah, biarkan saja, Hana. Terserah kamu mau laporkan ini ke siapapun, aku tak peduli!” Tuan Putra datang menghampiri. Mata lentik Mariana makin melebar mendengar ucapan pamannya. Ia lantas pergi seraya menarik tangan Mas Bambang.“Tapi, Tuan—““Duduklah kembali dan habiskan makananmu.”Aku tertunduk dan hanya menunduk. Alvaro menatapku bingung. “Mommy kenapa?”“Gak apa-apa, Sayang,” jawabku seraya tersenyum.Tuan Putra kembali duduk di hadapanku. “Kenapa diam saja? Ayo dimakan, jangan cuma dilihatin terus.”“Tuan—“

    Last Updated : 2023-05-11
  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 12. Cemburu

    Part 12Tanpa sengaja, Bambang melihat kedakatan mereka berdua di dapur. Putra dan Hana, semakin hari semakin akrab saja. Ditambah si Alvaro yang memanggil Hana mommy. Memang benar-benar aneh. Putra, paman istrinya sekaligus bosnya di kantor terlihat lebih santai ketika bersama mantan istrinya itu. Tak seperti perangainya di kantor yang kaku dan dingin, serta keras kepala.Dadanya bergemuruh, terasa panas dan cemburu. Meski Hana hanya mantan istrinya tapi perasaan cinta itu belum pudar. Ia terpaksa menceraikan Hana karena permintaan orang tua. Ia pun terpaksa menikahi Mariana atas perjodohan itu, pernikahan bisnis agar bisnis ayahnya makin berkembang.Beberapa bulan yang lalu ...“Pulanglah dulu, Bambang, Papamu sakit,” ucap Bu Samira di seberang telepon. Bambang melirik arloji yang melingkar di tangan, waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB. “Tapi aku masih bekerja, Ma,” jawab Bambang.“Jadi kau lebih memilih pekerjaan dari pada papamu? Kau sudah lama tidak berkunjung kesini sejak men

    Last Updated : 2023-05-12
  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 13. Kabar buruk dari kampung

    Part 13"Asalkan apa, Tuan?" Tok tok tok ... Tetiba terdengar suara ketukan pintu. Tak lama Mariana masuk ke dalam."Om Putra?! Masih belum selesai juga? Itu ada Tante Sasya nungguin di ruang tamu!" seru Mariana. Ia melirik ke arahku dengan tatapan sinis."Mau apa dia datang? Bilang saja aku sedang sibuk.""Itu tidak mungkin, Om. Kayak gak tahu tante aja.""Oh iya, Hana, kamu boleh pergi!" pungkas Tuan Putra lagi. "Baik, Tuan, saya permisi."Aku keluar dari ruang kerja Tuan Putra. Terdengar suara langkah kaki mendekat."Eh, eh tunggu Hana! Buatkan minuman untuk tamu spesial yang datang hari ini!" "Baik, Nyonya." "Dia adalah mamanya Alvaro. Di sini biar kamu sadar diri, kamu itu tidak selevel dengan Om Putra!" bisiknya penuh penekanan, lalu pergi begitu saja.Aku menghela napas. Segera menuju ke dapur, membuatkan minuman untuk tamu. Di ruang tamu kulihat wanita cantik yang tempo hari bertemu di mall. Ia sedang berbincang dan tertawa dengan Mariana."Silakan diminum tehnya, Nyonya.

    Last Updated : 2023-05-12
  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 14A. Diantar Tuan

    Part 14"I-iya, baik, Tuan. Den Alvaro bagaimana?""Kamu berapa hari di kampung?""Maaf Tuan, kalau saya izin dua hari apakah boleh?""Ya, tentu."Aku merasa sangat senang, ternyata majikanku yang satu ini sangatlah baik, berbeda dengan yang lainnya, mereka tak menyukaiku di sini. Entahlah ..."Kalau begitu, Alvaro diajak. Saya gak percaya dengan orang rumah.""Baik, saya akan siapkan Den Alvaro juga.""Saya akan menginap juga dua hari.""Hah? Menginap?" Sungguh aku tak percaya ucapannya. Masa sih Tuan Putra ingin menginap? "Ya, kenapa? Ada yang salah?""Ti-tidak, tapi--""Hal yang wajar bukan, seorang majikan silaturahmi pada pembantunya? Apalagi keluargamu sedang terkena musibah.""I-iya sih, tapi saya takut mengecewakan Tuan.""Kenapa?""Rumah saya kecil dan jelek, Tuan. Saya takut Tuan dan Den Alvaro tidak kerasan di sana. Karena gak ada springbed ataupun AC.""Kau tenang saja, saya bisa pesan hotel.""Tapi--""Hana, saya ini bermaksud baik lho, tapi secara halus kamu menolak say

    Last Updated : 2023-05-13
  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 14B. Calon Mantu

    Terlihat Tuan Putra dan Nyonya Reni berdebat sejenak."Mbak gak habis pikir, kok bisa-bisanya kamu mau nganterin pembantu pulang kampung. Dia itu digaji buat bekerja sama kita, bukan malah sebaliknya. Kamu sudah gak punya otak ya, Putra?!""Sudahlah, Mbak, jangan ikut campur dengan urusanku.""Tapi dia kan cuma pembantu, kita itu tidak boleh seperti ini nanti lama-lama pembantu itu ngelunjak.""Mbak, jangan nilai seseorang hanya dengan strata sosialnya. Sudah cukup, saya tidak ingin mendengar sanggahan apapun lagi!" Tuan Putra menoleh ke arahku yang tak sengaja mencuri dengar perdebatan dengan Nyonya Reni."Hana, cepat masuk mobil."Aku mengangguk ragu. "Maaf, permisi dulu, Nyonya.""Oh ya, Mbak, bilang ke ayah, aku gak pulang tiga hari. Tidak usah dicari," ujar Tuan Putra penuh penekanan."Hah? Kamu?"Aku masuk ke dalam mobil, duduk memangku Alvaro. Secepat kilat kaca jendela mobil ditutup oleh Tuan Putra. Nyonya Reni tampak kesal sekali, terutama mungkin padaku. Ia pun segera mela

    Last Updated : 2023-05-13

Latest chapter

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 115

    Part 115 "Bagaimana aku melanjutkan hidup, Tante? Aku kehilangan semuanya! Aku kehilangan semuanya!!" teriak Mariana saat Reni masuk ke kamarnya. Ia berusaha menenangkan sang keponakannya itu."Tenang sayang, kamu gak sendirian. Kamu masih punya Tante di sini."Mariana masih menangis histeris. "Tapi, aku merasa dunia ini gak adil buat aku, Tante. Ini gak adil! Bukankah lebih baik aku mati saja, Tante? Hiks hiks!"Reni memeluk Mariana penuh kasih, mengusap punggungnya dengan lembut."Tante tau, ini pasti berat bagi kamu. Tapi kamu harus kuat, hidup akan terus berjalan. Kamu masih muda, Sayang. Perjalanan hidupmu masih panjang. Semua yang berlalu biarlah berlalu, semua yang pergi takkan mungkin kembali. Ayo kita perbaiki semuanya. Ayo kita mulai lembaran baru lagi! Jangan menyerah, Nak. Tante yakin, akan ada kebahagiaan setelah ujian bertubi-tubi ini."Mariana terdiam, pikirannya terus berkecamuk. Sedih, marah, rasa sesak dan ingin menyerah semua bercampur padu jadi satu. Sementara it

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 114

    Part 114Mariana duduk di kamarnya dengan di bawah cahaya lampu temaram, menatap televisi tanpa benar-benar memperhatikannya. Malam itu terasa sepi, lebih sepi dari biasanya. Ia merasa khawatir saat menerima pesan sang suami bahwa ia tak bisa pulang, situasinya sedang gawat. Memangnya apa yang sedang terjadi?Kekhawatirannya semakin menjadi-jadi ketika ponselnya berdering.Mariana melirik jam dinding, menunjukkan pukul sebelas malam. "Siapa yang menelepon malam-malam begini?" gumamnya. Dengan tangan gemetar, dia mengangkat gagang telepon."Halo?" suaranya terdengar lemah dan penuh kecemasan."Apakah ini dengan Ibu Mariana?" suara di seberang terdengar serius dan resmi."Ya, saya sendiri. Siapa ini?""Ibu Mariana, ini dari Kepolisian. Saya harus memberitahukan sesuatu yang sangat penting. Suami Anda, Bapak Wijaya, mengalami kecelakaan. Mobilnya jatuh dan terbakar."Deg! Jantung Mariana berdebar dengan kencang. Sejenak, dunia terasa seperti berhenti berputar. Suara dari telepon seperti

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 113. Musibah

    Part 113"Aaarrghh! SIAAALL!"'Hari apesku sepertinya mulai datang, ck!' gumam Wijaya. Belum sempat turun dari mobil, Wijaya segera berputar arah sebelum petugas polisi menyadarinya. Tapi sayang, salah seorang polisi memergoki mobilnya. "Ada mobil lain yang datang, tapi dia langsung pergi lagi!" "Kejar dia! Itu pasti komplotannya!"Di bawah langit yang gelap dan sebentar lagi turun huhan, pohon-pohon di samping kiri dan kanan jalan menjadi satu-satunya saksi dari kecepatan mobil hitam yang melaju dengan cepat di jalan raya yang sepi. Di dalam mobil itu, Wijaya duduk dengan tegang di kursi pengemudi. Tatapan cemasnya terpaku pada cermin belakang saat ia menyadari bahwa mobil polisi sedang mengejarnya.Saat ini, ia benar-benar terjerat dalam situasi yang sulit. "Yolanda kabur, lalu Om Heri tertangkap?! Astaga, lalu apa yang akan terjadi padaku?! Ini benar-benar di luar dugaan!" rutuknya sendiri.Wijaya mengambil ponseknya di dashboard lalu mengirimkan pesan suara pada sang istri.

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 112

    Part 112"Tu-tuan Putra?""Ya, ini aku," sahut Putra singkat, padat dan jelas. Ia menatap tajam perempuan muda di hadapannya.Yolanda mendekat dan bersimpuh di hadapan pria tampan itu. "Tuan, tolong saya. Lepaskan saya dari sini, Tuan. Saya ingin pulang," rengeknya sambil menangis."Saya ingin pulang, Tuan.""Tidak semudah itu. Apa kau tahu kenapa aku membawamu kesini?"Yolanda menggeleng pelan."Apa kau tidak tahu apa kesalahan yang sudah kamu perbuat?"Seketika perempuan muda itu terdiam. Ia menyeka butiran air matanya sekilas dan tertunduk, tak berani menatap pria di hadapannya.Cukup lama terdiam, tak ada satu patah kata apapun yang keluar dari mulutnya."Ehemm ...! Sampai kapan kamu diam? Mau sampai kapan kamu tutup mulut." tanya Putra penuh penekanan."Ma-ma-af Tuan, a-apa maksud Anda?" Dia bertanya dengan nada gemetar.Pria itu tersenyum sinis, melihat kelakuan Yolanda. Apakah dia memang b0doh, tak tahu kesalahannya sendiri?"Ohooo ...! Haruskah aku mengingatkan semuanya? Bah

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 111

    Part 111"Tuan, kami sudah menemukan keberadaan Yolanda!" ucap sebuah suara di seberang telepon."Oh ya? Dimana dia sekarang?" "Dia tinggal di rumah kerabatnya Tuan Wijaya, Tuan.""Hmmm ...""Tapi sepertinya dia di sini cuma dijadikan pembantu, Tuan. Kami liat dia tengah melakukan pekerjaan rumah tangga," jelasnya lagi."Bawa dia ke tempat biasa, aku ingin dia menghadapku. Tapi ingat, jangan sampai orang-orang tau, bawa dia saat mereka semua lengah!" tukas Putra di ujung telepon."Baik, Tuan, kami mengerti.""Pastikan juga orang-orang yang terlibat dengan Herry untuk segera ditangkap! Aku tidak mau masalah ini makin berlarut-larut!""Baik, Tuan."Putra mematikan panggilan teleponnya. Pria itu menghela napas dalam-dalam sembari menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya.Masalah-masalah besar yang membelitnya sungguh hal itu membuatnya sangat penat. Banyak sekali kejadian rumit, yang tak bisa dicerna oleh akal pikiran.Kenapa musuhnya harus orang-orang terdekatnya sendiri. Untuk apa? Ap

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 110

    Part 110Putra keluar dari ruangan dan mencoba menghubungi orang rumah."Hallo, dengan kediaman keluarga Mahesa, ada yang bisa saya bantu?" ucap sebuah suara di seberang telepon."Hallo, Bi, ini Putra.""Oh, Tuan Putra. Ada apa, Tuan?""Bi, Mbak Reni apakah ada di rumah? Tolong panggilkan saya ingin bicara sebentar dengannya.""Maaf Tuan, tadi pagi Nyonya Reni pergi sama Tuan Heri. Nyonya Mariana sama Tuan Wijaya juga pergi.""Pergi? Kemana?""Saya kurang tau, Tuan. Nyonya Reni diam saja saat pergi. Kalau Nyonya Mariana pergi ke dokter, katanya mau check-up.""Ya sudah, baiklah. Tolong nanti kabari kalau Mbak Reni sudah pulang.""Baik, Tuan."Panggilan itupun berakhir. Pria itu tak kembali masuk ke dalam ruang perawatan ayahnya. Ia justru pergi dan menghubungi Derry.***Sementara itu, sejak pagi ... Mariana dan Wijaya bersiap-siap, akan check up ke dokter. Semalam, Mariana mengalami flek, maka dari itu, ia merasa sangat khawatir."Sayang, sudah tenang saja, aku akan antar kamu ke dok

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 109

    Part 109"Aku senang sekali, sebenarnya aku masih belum percaya kau bisa hamil anakku. Mulai sekarang, jaga kandunganmu baik-baik, semoga lancar sampai persalinan nanti," jawab Wijaya.Mendapatkan kabar gembira ini, Bambang Wijaya pun segera memerintah para pembantu untuk memasak membuat kue dan hidangan lain untuk dimakan bersama-sama sebagai bentuk rasa syukur. "Aku akan jadi ayah, benarkan?" tanya Wijaya pada sang istri. Mariana mengangguk."Untuk lebih pastinya, besok kamu periksa ke dokter.""Iya, Mas."Mereka pun menikmati waktu minum teh dan memakan kudapan bersama. ***Di dalam kamar ...Usai menikmati waktu minum teh, Reni dan Heri berlalu ke kamarnya. Ia merasa senang akan kedatangan keluarga baru. Ia bahkan banyak berbicara pada sang suami dan melupakan insiden yang pernah terjadi.Lagi pula, Reni merasa aman karena sikap Heri sekarang baik-baik saja dan tak mengintimidasinya lagi."Aku mandi dulu ya, Sayang," ujar Heri. Ia meletakkan dompet, handphone dan jaketnya di na

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 108

    Part 108Beberapa waktu sebelumnya ... "Hahaha.... " Suara tawa menggema memenuhi seisi ruangan. Lelaki itu menggelengkan kepalanya sambil membayangkan kejadian yang telah terjadi beberapa waktu terakhir. Tak henti-hentinya, ia terus tertawa seolah baru saja mendapatkan kemenangan."Sebentar lagi kemenangan ada di tanganku. Aku bisa membalaskan dendammu, Ayah. Mahesa sekarang sudah tak berdaya tinggal tunggu waktu saja dan aku akan menguasai semua hartanya."Heri tersenyum simpul saat bermonolog dalam hati."Dia dan keluarganya akan membalas semua sakit hati yang kurasakan selama ini. Ayah, aku akan mengembalikan semuanya dan membersihkan namamu. Ya, meskipun engkau tidak bisa merasakannya, tapi sesuai janji dan tekadku padamu, mereka juga akan hancur pada titik yang terdalam." Batin Heri penuh dengan keyakinan.Tok tok tok terdengar suara ketukan pintu membuyarkannya. Tak lama seorang pria memasuki ruangan. Mereka duduk saling berhadapan saling memberi tahu perkembangan pekerjaan

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 107

    Part 107"Keadaan rumah tidak baik-baik saja, Tuan!" ujar sebuah suara di seberang telepon. Setelah mengatakan hal itu, panggilan terputus begitu saja.'Siapa tadi yang meneleponku? Kenapa suaranya begitu asing? Apakah ada penjaga baru di rumah? Bukankah seharusnya mereka pakai telepon rumah?'' Putra berpikir keras karena ia tak mengenali suaranya."A, ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Hana.Putra terhenyak dan menoleh menatap istrinya, ia mengusap pelan punggung tangan sang istri. "Tidak apa-apa," sahut Putra seraya tersenyum tipis. Putra menghela nafas dalam-dalam. "Kau tunggu di sini saja ya, aku akan pulang dulu untuk cek keadaan di rumah."Kali kali ini Hana mengerutkan keningnya, mencoba menangkap maksud ucapan sang suami."Katanya ada masalah di rumah, kau tunggu di sini saja ya, tungguin ayah dan juga Alvaro."Hana mengangguk ragu. "Apa aku tidak perlu ikut?""Tidak perlu, Sayang. Di Rumah Sakit ini lebih aman untuk kalian.""Kamu berkata seperti ini membuatku ja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status