หน้าหลัก / Romansa / Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan / บทที่ 391 - บทที่ 400

บททั้งหมดของ Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan: บทที่ 391 - บทที่ 400

482

Rencana Jahat

Alina sangat terkejut dan panik, apalagi pengawal yang bersamanya jatuh karena dipukul dengan balok begitu keras.“Mau apa lagi kamu?” Alina waspada. Dia merasa tidak aman, Alina hendak berteriak, tetapi mulutnya langsung dibungkam.Alina memberontak saat Raffan berusaha membawanya ke mobil yang sudah siap di dekat mobil Alina.“Cepat buka pintunya!” perintah Raffan pada orang suruhannya.Alina masih memberontak saat Raffan menariknya untuk masuk mobil. Dia begitu panik dan ketakutan karena tidak tahu apa yang akan dilakukan Raffan padanya.Saat Alina terus dipaksa masuk mobil, tiba-tiba ada yang datang lalu menghajar orang suruhan Raffan.Raffan sangat terkejut karena orang suruhannya dihajar, lalu dia melepas Alina karena menghindari orang itu.Alina langsung menjauh dari Raffan. Dia begitu syok dan panik dengan yang terjadi.“Sialan!” Raffan kabur karena tidak ingin tertangkap.Saat itu pria yang menolong Alina mengejar Raffan, sedangkan Alina masih sangat panik hingga jantungnya b
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-23
อ่านเพิ่มเติม

Aksa Cemburu

Alina melihat tatapan dingin Aksa pada Gabriel, membuatnya kembali memperkenalkan pria itu.“Aksa, kalau tidak ada Tuan Gabriel mungkin Raffan sudah membawaku tadi,” ucap Alina.Aksa menoleh pada Alina, tatapan matanya berubah menghangat saat memandang pada istrinya itu. Dia lantas kembali menatap pada Gabriel dan berkata, “Terima kasih sudah menolong istriku. Aku sudah bersamanya, jadi sepertinya Anda tidak ada keperluan lagi di sini.”Alina terkejut karena Aksa mengusir secara halus, tetapi dia juga tidak bisa membantah karena Gabriel memang sudah tak ada lagi urusan di sana.Gabriel tak merespon berlebih ucapan Aksa. Tatapan mata pria itu beralih ke Alina.“Baiklah, Mira. Kalau begitu aku pamit pergi dulu,” ucap Gabriel sambil memberikan senyum hangat pada Alina.Aksa menatap tak senang karena Gabriel melempar senyuman pada Alina. Dia melihat pria itu melirik padanya, lantas mengangguk dan pergi dari sana.Alina masih memperhatikan Gabriel sampai pergi, lalu saat menoleh pada Aksa,
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-23
อ่านเพิ่มเติม

Tidak Apa-apa

Waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Alina masih menunggu Aksa pulang. Dia duduk di kamar sambil menggambar desain. Namun, Alina tidak bisa tenang, ada kegelisahan yang tersirat dalam tatapan matanya karena Aksa juga belum pulang.Sesekali Alina menoleh ke pintu. Dia berperang dengan pikirannya sendiri, bertanya dengan kecemasan tetapi menepisnya dengan pikiran positif.“Mungkin masih banyak yang harus dia kerjakan.”Saat Alina masih menunggu. Dia mendengar gagang pintu diputar dengan pelan. Alina segera berdiri untuk melihat siapa yang masuk.Aksa baru saja pulang. Dia mengendap-endap seperti pencuri di rumah itu. Bahkan Aksa melangkah tanpa suara, sayangnya gagang pintu tidak bersahabat dengannya. Terdengar suara klik saat dia memutarnya, membuat Aksa meringis sejenak sebelum masuk lalu menutup kembali pintu dengan perlahan.Aksa memutar tubuh perlahan untuk melangkah masuk, tetapi dia dikejutkan dengan keberadaan Alina yang sampai membuatnya mundur membentur pintu.“Kenapa mengen
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-24
อ่านเพิ่มเติม

Saling Mencemaskan

Aksa masih memeluk untuk menenangkan Alina yang masih menangis. Dia tidak menyangka kalau reaksi Alina bisa sampai seperti ini.“Maaf, aku benar-benar minta maaf, Al.” Aksa kembali menenangkan.Alina sudah agak tenang. Dia menghapus air matanya meski masih ada rasa kesal bercokol di dada. Aksa tidak tahu seberapa cemasnya Alina pada mental Aksa seharian ini, tapi pria itu malah dengan entengnya ingin menyembunyikan kejadian kecelakaan itu.“Aku lapar, ayo makan,” ajak Aksa untuk mengalihkan perhatian Alina.Aksa menurunkan sedikit pandangan, membuat tatapannya bertemu dengan Alina.Alina masih memasang wajah cemberut meski akhirnya mau duduk kembali bersama Aksa.Keduanya sudah duduk bersama, tetapi Aksa masih belum juga makan.“Makan, katanya lapar,” ucap Alina.Aksa malah melebarkan senyum, lalu membalas, “Lebih enak kalau kamu yang menyuapi.”Dahi Alina berkerut. Itu roti isi, bagaimana cara menyuapinya?“Itu tinggal makan, bagaimana cara menyuapinya?” Alina merasa Aksa ada-ada saj
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-24
อ่านเพิ่มเติม

Menciptakan Saingan Sendiri

Keesokan harinya. Aksa sudah bersiap ke kantor lebih awal karena masih harus mengurus masalah kebakaran di Radja Mall.Alina mengantar Aksa sampai mobil untuk memastikan jika pria itu tidak menyetir sendiri. Bams dan sopir ternyata sudah menunggu, Alina lega melihat hal itu.“Kalau ada apa-apa segera kabari aku,” ucap Alina.“Iya,” balas Aksa.Aksa hendak masuk mobil, tetapi terhenti dan kembali menoleh pada Alina.“Ada apa?” tanya Alina.“Ada yang ketinggalan,” jawab Aksa.Dahi Alina berkerut, lalu bertanya, “Apa yang ketinggalan?’Aksa tersenyum kecil. Dia kemudian menunjuk ke pipi.Alina terkejut. Manja sekali sekarang?Alina menggeleng. Dia malu karena di sana ada Bams dan sopir.Aksa melirik pada Bams, memberi isyarat agar anak buahnya itu mengalihkan pandangan. Begitu Bams menoleh ke arah lain, Aksa kembali menatap pada Alina sambil menunjuk pipi.Alina mencebik, tetapi sebenarnya sedang malu-malu. Dia akhirnya mendekat lalu mencium pipi Aksa dengan sangat cepat.“Sudah,” lirih
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-24
อ่านเพิ่มเติม

Puber Kedua

Di rumah. Nenek Agni berkunjung ke rumah karena mencemaskan Aksa dan Alina. Dia lega saat melihat Alina terlihat ceria.“Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Nenek Agni.“Tentu saja baik, Nek. Kenapa tidak baik?” tanya balik Alina.“Ya, karena Radja Mall kebakaran sampai kamu dan Aksa harus pulang liburan lebih awal. Aksa juga pasti lelah memikirkan kondisi dan akibat dari kebakaran yang terjadi,” ujar Nenek Agni.Alina mengangguk-angguk pelan.“Iya, Aksa memang tampak lelah. Tapi dia baik-baik saja, Nek.” Alina mencoba menenangkan nenek Agni.Nenek Agni menggenggam telapak tangan Alina. Dia memulas senyum lalu berkata, “Aksa bisa tenang meski mengalami masalah karena ada kamu di sisinya. Jika saja kamu tidak mendukungnya, nenek yakin dia pasti akan sangat terpuruk dan frustasi menghadapi masalah ini.”Alina mengangguk-angguk mendengar ucapan Nenek Agni.Alina masih melihat Nenek Agni yang terus tersenyum sambil menatapnya, membuat Alina salah tingkah.“Ada apa, Nek?” tanya Alina.Nenek A
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-24
อ่านเพิ่มเติม

Perhatian Manis Alina

Aksa sudah mengabari Alina jika pulang larut. Hari itu Aksa baru saja sampai rumah di jam sepuluh malam, suasana rumah sudah sangat sepi. Dia mengayunkan langkah lambat karena begitu berat menjalani hari dengan banyaknya beban pekerjaan dan masalah yang terjadi.Aksa berjalan sambil mengusap tengkuk saat sampai di lantai atas. Dia sempat berhenti di depan kamar Alina, tetapi Aksa tidak membukanya karena takut kalau mengganggu Alina tidur. Akhirnya Aksa memilih langsung masuk kamarnya.Namun, saat tiba di kamar, Aksa terkejut karena ternyata Alina berada di kamarnya dan masih belum beristirahat.“Kenapa kamu belum tidur?” tanya Aksa.“Aku menunggumu pulang,” jawab Alina sambil mendekat untuk menghampiri Aksa.Tak hanya itu. Alina juga memeluk pria itu untuk menyalurkan sedikit energi karena melihat Aksa yang tampak lelah..Aksa tersenyum kecil. Dia memeluk erat Alina dengan helaan napas begitu lega.“Kamu pasti capek. Apa begini bisa membuatmu lebih baik?” tanya Alina masih memeluk Aks
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-24
อ่านเพิ่มเติม

Pengganggu di Pagi Hari

Alina mulai membuka kelopak matanya saat pagi hari. Dia tersenyum saat melihat tangan Aksa ada di depannya, pantas saja lehernya terasa ada yang mengganjal, ternyata dia tidur berbantal lengan pria itu.Saat akan bangun, Aksa malah merengkuhnya sambil menautkan jemarinya ke tangan Alina, membuat Alina akhirnya berhenti bergerak dan diam karena dekapan pria itu.“Kamu tidak bangun?” tanya Alina.“Sangat malas,” jawab Aksa dengan suara parau.Alina memulas senyum. Dia ingin menggeser posisi berbaring, tetapi Aksa memeluknya erat, membuat Alina hanya bisa pasrah dan diam membiarkan Aksa mendekapnya.“Ini sudah pagi, apa kamu tidak mau ke kantor?” tanya Alina tak bergerak karena Aksa memeluknya erat.“Kalau bisa, aku ingin di rumah saja,” lirih Aksa.Alina diam. Aksa pasti sangat lelah, kan? Saat Alina masih diam, terdengar suara ketukan pintu kamar.“Biar aku buka dulu,” ucap Alina.“Tidak usah, lagi pula siapa yang berani mengetuk-ngetuk pintu sepagi ini.” Aksa tetap tidak mau melepas
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-25
อ่านเพิ่มเติม

Mengejar Pelaku

Aksa pergi bersama Bams menuju lokasi pelaku pembakaran akan ditangkap, setelah berhasil meyakinkan Alina.“Apa anak buahmu sudah sampai lokasi?” tanya Aksa.“Sudah, mereka sedang memantau sekitar,” jawab Bams sambil menyetir.“Bagaimana perkembangannya? Kenapa tidak langsung ditangkap?” tanya Aksa sambil menoleh pada Bams.“Karena saya belum memastikan dengan jelas, apa benar pelakunya di sana atau tidak. Terlebih lokasinya di pemukiman padat penduduk, takutnya ini akan jadi masalah jika kita salah tangkap,” ujar Bams menjelaskan dengan begitu tegas.Aksa diam. Dia tahu jika Bams memang bukan tipe orang yang suka melakukan sesuatu dengan gegabah. Selama bekerja dengannya, Bams selalu hati-hati dalam bertindak.Mobil mereka akhirnya sampai tak jauh dari lokasi pelaku tinggal. Salah satu anak buah Bams langsung masuk mobil untuk memberikan laporan.“Bagaimana?” tanya Bams.“Kami memantau rumah itu sejak tadi dan tidak ada pergerakan. Ada seorang wanita tua datang membawa seperti bungku
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-25
อ่านเพิ่มเติม

Ancaman Aksa

Beberapa pemilik kios yang berada di sekitar trotoar itu melihat apa yang dilakukan Aksa, apalagi pemilik toko yang bagian depan temboknya tertabrak mobil Aksa.“Apa yang--” Pemilik toko itu ingin protes, tetapi Bams langsung menyodorkan kartu nama.“Klaim kerusakan ke sini.” Bams bicara dengan tatapan tajam.Pemilik toko itu diam.Aksa masih mencengkram erat kerah jaket pelaku. Dia sampai mendorong dan membenturkan punggung pria itu ke mobil karena tidak mau buka suara.“Katakan, siapa yang sudah menyuruhmu membakar Radja Mall!” Aksa bicara dengan penuh penekanan.“Kamu pikir aku akan bicara? Bahkan jika kamu memenjarakanku, aku tidak akan buka suara.” Pria itu bicara dengan suara tertahan karena lehernya seperti tercekik akibat tekanan tangan Aksa.Aksa tersenyum miring. Dia mendekatkan wajah hingga mengikis jarak dengan pelaku lalu berkata, “Penjara? Siapa yang mau mengirimmu ke penjara? Bahkan neraka pun masih lebih baik dari apa yang bisa kulakukan padamu. Katakan siapa yang menyu
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-25
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
3839404142
...
49
DMCA.com Protection Status