Semua Bab 30 Hari Mengejar Sang Milyarder: Bab 1 - Bab 5

5 Bab

Bab 1 : Kejadian Malam Itu

Musik yang berdentum keras, para manusia yang menari-nari di atas dance floor mengikuti alunan musik, aroma alkohol, aroma parfum mahal yang menyebar kemana-mana, dan pemandangan percumbuan yang terlihat di beberapa sudut. Semuanya terlihat normal, termasuk seorang perempuan yang telah berada di ambang batas kesadarannya, hanyut dalam efek alkohol yang ia teguk secara berlebihan di depan meja bartender. “Berengsek, bajingan. Aku mengutukmu!” “Kau benar-benar pria bajingan! Dasar sialan!” Mulutnya terus meracau dengan nada yang mulai terdengar tidak jelas. Satu tangannya masih menggenggam gelas yang kemudian kembali ia teguk isinya. Di depannya, sudah ada beberapa botol alkohol kosong yang benar-benar ia habiskan sendirian. Keadaannya tampak sangat kacau. Mata hinga wajahnya memerah. Rambutnya tak lagi bisa disebut rapi. Untungnya, dress hitam masih membungkus tubuhnya dengan baik. Belum ada pria hidung belang yang mencoba mendekati dan menggerayangi wanita mabuk sepertinya.
Baca selengkapnya

Bab 2 : Sebuah Kecelakaan Kecil

“Oh, Astaga! Sial!” Berbagai umpatan keluar dari bibir manis Joanna, terburu-buru mengenakan heels tujuh senti yang tadi ia pilih secara asal. Persetan. Ia sudah tidak ada waktu lagi. Berlari keluar dari apartemen dan memesan taksi secepat mungkin, memilih merias diri di dalam mobil. Kakinya mulai terasa sakit dan nyeri. Berlari dengan mengenakan heels memang ide yang buruk. “Pak, lebih cepat, ya.” Bodoh. Joanna bodoh. Perempuan itu hanya bisa berdoa agar dirinya tidak dipecat di hari pertama bekerja. Salahnya sendiri karena menonton film berjam-jam semalam hingga ia tidur larut. Suara alarm yang nyaring bahkan tidak kuasa membangunkannya. Joanna tidak berhenti merutuki dirinya sendiri. Mood-nya juga buruk karena ia tidak menata rambut panjang nan indahnya dengan benar. Double sial. Setelah memberi supir taksi tip, Joanna langsung keluar dengan terburu-buru. William Company Building, at the lobby. Joanna tidak punya waktu untuk sekadar mengagumi gedung pencakar langit
Baca selengkapnya

Bab 3 : Permintaan Maaf

“Suruh dia keluar, David.” Suara berat itu berhasil menambah kesan mencekam di ruangan itu. David yang tengah berdiri di sisi Aiden pun berdehem kecil, melirik ke arah Joanna yang sedari dua puluh menit yang lalu terus berdiri empat langkah di depan meja Aiden, menundukkan kepala dengan kedua kakinya yang gemetar. Keringatnya menetes di tengah ruangan yang dingin dan jantungnya tidak berhenti berdetak kencang. Telapak tangannya juga berkeringat, merematnya kuat di sisi tubuh. Tenggorokannya juga terasa kering. Situasi ini mengingatkan Joanna bertahun-tahun lalu saat ia lupa mengerjakan tugas dari dosen. Tapi, ini versi yang lebih parah. Joanna merasa ingin buang air kecil saking takutnya. Joanna ingin menertawakan nasibnya sendiri. Siapa dirinya? Cinderella abad ini yang baru beberapa saat lalu salah melempar sepatu kacanya? “Joanna, kau bisa keluar. Aku akan memanggilmu jika ada hal yang harus kau kerjakan,” ucap David akhirnya ketika Joanna sama sekali tidak mengangkat kepal
Baca selengkapnya

Bab 4 : Hukuman

Kehausan, kelaparan, kelahan, dan kesialan yang menimpanya bertubi-tubi—termasuk kejadian dimana kakinya terjerembab ke dalam lubang lumpur, membuat kaki, celana, dan sepatunya kotor. Entah yang keberapa kali Joanna mengelap peluh yang mengucur di pelipisnya karena cuaca yang sangat terik.“Joanna! Cepatlah, nanti kita tertinggal!”Sialan.Joanna tidak tahu harus melampiaskan kemana rasa kesalnya yang tersimpan selama dua hari ini karena ia tahu ini disebabkan oleh kecerobohannya sendiri. Joanna menatap punggung Aiden dan David yang sudah beberapa langkah di depannya, ditemani oleh pengelola proyek yang dan satu orang lelaki yang senantiasa memegang payung untuk Aiden. Joanna mencebikkan bibir. Perempuan itu seratus persen yakin bahwa Aiden sengaja melakukan ini. Sebagai hukuman untuknya, Aiden sengaja memberinya penderitaan beruntun selama ia ikut meninjau proyek selama dua hari di tempat antah berantah ini. Tidak tahu pastinya dimana, tetapi tempat ini seolah tidak punya peradaba
Baca selengkapnya

Bab 5 : Target Joanna

Aiden memang harus melewati satu-satunya jalan yang ada di tepi hutan untuk bisa keluar dari area proyek dan memenuhu urusannya. Namun, siapa sangka jika sekarang ia malah menemukan sesuatu yang tidak diduga.Joanna.Sekretaris ceroboh dan menyebalkannya itu ada di depan matanya. Tidak, bukan itu yang membuat Aiden nyaris melompat keluar dari mobil begitu melihatnya, melainkan karena beberapa orang bersenjata yang ada di sekeliling perempuan itu. Tidak perlu penasaran mengapa Aiden tidak melangsungkan niatnya untuk keluar dari mobil—malah diam di dalam dengan jarak beberapa meter, mengamati keadaan di depannya.Sepertinya justru para begal itu yang tengah membutuhkan bantuan.Aiden menajamkan mata, yakin betul bahwa yang tengah bertarung di depan sana benar-benar Joanna. Perempuan itu dengan tangan kosong berhasil menumbangkan tiga dari lima orang begal. Ah, tidak. Sekarang perempuan itu bahkan mencuri senjata mereka sebagai alat perlindungannya. Tidak ada yang menyangka bahwa Joa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status