All Chapters of Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal : Chapter 81 - Chapter 90

193 Chapters

81. Gagal Mesra

Miranda melangkah ringan ke kantor Sean, senyum menggoda tak lepas dari bibirnya. Model cantik itu berharap bisa mencuri sedikit momen hangat di sela kesibukan Sean. Namun, begitu masuk, Miranda mendapati Sean tenggelam di balik tumpukan dokumen, sampai-sampai tidak menyadari kehadirannya.“Hai Sayang.” Miranda melangkah dengan anggun mendekat mencoba menarik perhatian Sean.Sean tersenyum sekilas, lalu kembali fokus ke berkas-berkas di depannya. Miranda cemberut, merasa kesal dengan sikap dingin itu. Dia melangkah semakin mendekat, berencana duduk di pangkuan Sean untuk bisa sejenak bermesraan. Tapi sebelum sempat dia duduk, pintu ruangan terbuka.Bella, sekretaris Sean, masuk dengan ekspresi tenang namun tidak bisa menyembunyikan sedikit keterkejutan melihat Miranda di sana.“Maaf, Pak, ini laporan yang Anda minta,” ucap Bella sembari menyodorkan map.Miranda terpaksa mundur beberapa langkah, wajahnya berubah kaku. Senyum Bella tetap sopan namun ada kilatan yang sulit dimengerti di
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

82. Rahasia Ngidam

Nadya melangkah cepat menuju kubikel Lila. Wajahnya berbinar penuh kegembiraan, dan begitu sampai, dia menunjukkan ponselnya pada sahabatnya itu. “Lihat ini, Lila! Lila tersenyum lebar, ikut antusias melihat layar ponsel Nadya. “Wow! Padahal baru tadi pagi aku publish.” Lila masih membeliakkan matanya seolah tidak percaya dengan pencapaian postingan terbarunya. “Bisa langsung monetise nih, tawaran podcast bakalan ngalir. Rejeki baby nih sepertinya.” Meski dia lebih dahulu terjun menjadi konten kreator, tetapi saat pencapaian Lila lebih baik, tidak terlihat rasa iri pada dirinya. Lila tersenyum lebar, matanya berbinar saat melihat jumlah likes dan komentar yang terus bertambah di layar ponsel Nadya. Sebuah pencapain yang sangat mengembirakan, kontennya akhirnya mulai mendapatkan perhatian yang besar. Lila ingin merayakan kebahagiaan ini bersama sahabat-sahabatnya yang selalu mendukungnya sejak awal, Rina dan Nadya. “Gimana kalau kita makan siang di luar?” ucap Lila penuh antusias
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

83. Bertemu Mantan

“Syukurlah, dia naik ke atas." Rina merasa lega setelah melihat Sean melenggang meninggalkan Lila begitu saja menapaki tangga. “Apa yang kamu takutkan, dia sudah tidak melihat kita,” sambung Rina berusaha menenangkan Lila saat sahabatnya itu masih terlihat panik. Lila menggelengkan kepala, seolah menyangkal ucapan sahabatnya itu. “Menoleh ke kiri, lalu lihatlah ke atas!” ucap Lila pelan. Rina dan Nadya mengikuti perintah Lila. Ternyata Sean berdiri berpegang pada railing besi sambil memandang ke arah mereka, mungkin lebih tepatnya ke arah Lila. Walaupun Sean berada di lantai yang berbeda, Lila tahu Sean terus mengawasinya. Hal itu lah yang membuat Lila takut berdiri, karena sudah pasti Sean akan dengan mudah mengetahui perubahan dalam dirinya yang selama ini ia sembunyikan. Rina dan Nadya juga merasakan ketegangan itu. Mereka saling menatap dan mengerti kekhawatiran yang melanda hati Lila. "Jangan tunjukkan ketakutanmu, kamu harus terlihat bahagia,” bisik Nadya berusaha menenang
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

84. Sean Menghilang

Sean bergegas keluar restoran, langkahnya hampir seperti orang yang kesetanan, seolah terbakar keinginan untuk memastikan bahwa apa yang baru saja ia lihat bukanlah ilusi semata. Sampai-sampai dia lupa jika saat ini sedang melakukan pertemuan dengan klien. Di benak Sean hanya ada satu tujuan, Lila. Di balik blazer yang ia kenakan, ia yakin telah melihat sesuatu yang tak mungkin terlewatkan begitu saja, perut Lila yang tampak membesar. Begitu sampai di luar, tatapan Sean liar mencari sosoknya. Namun, Lila sudah duduk di dalam sebuah taksi online, wajahnya tak terlihat jelas dari kaca jendela. Mobil itu melaju perlahan, meninggalkan Sean berdiri sendirian di trotoar. Napas Sean tersengal-sengal, dadanya bergemuruh oleh perasaan yang campur aduk. Ketakutan, marah, dan penasaran saling berlomba menguasai dirinya. Tubuhnya gemetar, tangannya mengepal di samping tubuh. Ada dorongan yang luar biasa untuk mengejar taksi itu, tapi langkahnya seolah tertahan oleh sesuatu yang tak terlihat.
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

85. Sean Vs Ryan

Setibanya di kantor, Lila menghela napas panjang, mencoba menenangkan debar jantungnya. Rasa lega merayap saat menyadari Sean tidak mengikutinya. Untuk mengusir kegelisahan yang terus menghantui, Lila segera membuka laptop dan melanjutkan pekerjaannya. Tak lama kemudian, Rina dan Nadya mendekatinya. Rina duduk di sisi kanan, menatap Lila dengan cemas. “Kamu baik-baik saja, Lil?” tanyanya lembut. Lila mengangguk, mencoba tersenyum. “Ya, aku baik-baik aja. Cuma … ketemu dia lagi rasanya …” Nadya menepuk bahu Lila, memberi dukungan. “Lupakan, Lil. Kamu sudah melangkah jauh. Sekarang, fokus aja sama masa depanmu dan calon bayimu.” Lila mengangguk lemah, seolah sepakat dengan dengan ucapan sahabatnya itu. Tidak ada maksud untuk menyembunyikan anaknya dari Sean, tetapi Lila hanya tidak ingin merasakan sakit hati yang lebih dalam saat mengetahui Sean tidak menerima kehadiran anaknya, atau bahkan memintanya untuk menggugurkan kandungan. Meskipun Sean tidak pernah mengatakan apa pun tenta
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

86. Sebuah Keyakinan

Rina menatap Ryan dengan pandangan bingung bercampur prihatin. Di satu sisi, dia bisa merasakan ketulusan pria yang duduk di hadapannya. Namun di sisi lain, permintaan Ryan terasa seperti sebuah pengkhianatan bagi Rina. Ryan menatapnya dengan penuh harap, seolah hanya Rina yang bisa menjadi jembatan untuk tetap bisa menggapai Lila. “Aku mohon, Rina,” ujar Ryan, suaranya lebih pelan dan penuh permohonan. “Kau tahu sendiri, Lila menolak lamaranku. Dengan posisiku saat ini aku tidak bisa melindungi Lila. Saat ini dia hidup sendiri … dan dalam keadaan hamil.” Ryan menatap Rina dalam-dalam, seolah berharap sahabat Lila itu bisa memahami permintaannya Rina terdiam sejenak. Pikirannya dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa akhir-akhir ini, terutama yang berhubungan Lila. Baru tadi siang dia melihat bagaimana Lila yang terlihat begitu ketakutan saat bertemu dengan mantan suaminya. Rina merasakan kekhawatiran Ryan bukan sekadar rasa ingin tahu biasa, tetapi sesuatu yang lebih dalam, mungki
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

87. Kenikmatan yang Ditawarkan

Lila melanjutkan harinya dengan perasaan tenang. Sejak kepulangannya dari restoran mewah tadi siang, tidak ada tanda-tanda Sean mencoba menghubunginya atau mencari keberadaannya. Semua tampak normal, seperti tidak pernah ada pertemuan yang menegangkan itu. Lila menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya, lalu kembali fokus ke pekerjaannya. Malam itu, dia duduk bersama Nadya di apartemennya berdiskusi tentang tema konten yang akan mereka buat berikutnya. Tumpukan buku catatan dan laptop terbuka di meja, keduanya tampak antusias mendiskusikan ide-ide baru. "Aku punya beberapa ide tentang kebocoran dana yang sering terjadi tapi tidak disadari oleh orang banyak.” Nadya melontar ide yang ada dikepalanya. "Misalnya, membayar tagihan dengan terlambat yang membuat kita harus membayar denda, padahal kita hanya butuh ingat dan disiplin." Lila mengangguk setuju, matanya berbinar mendengar ide Nadya. "Itu bagus, Nad. Banyak orang yang nggak sadar kalau dana mereka terus terkuras karen
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

88. Tidak Bisa Menyembunyikan

Di tengah kemesraan yang baru saja mulai, Sean tiba-tiba menundukkan kepala seolah menolak penyatuan bibir dari Miranda. Dengan perlahan Sean menyingkirkan Miranda dari pangkuannya. Dia berdiri, menatap Miranda dengan ekspresi datar namun tajam. “Sudah cukup, Mira,” ucap Sean dengan nada yang tegas, sambil menghapus sisa keintiman yang sebenarnya baru saja dimulai. Miranda menatapnya dengan bingung dan kecewa, tidak percaya bahwa Sean benar-benar menghentikan momen yang mereka bagi. "Kau serius?" tanya Miranda dengan kekesalan yang sangat kentara, seolah tidak terima dengan penolakan Sean. “Kenapa harus berhenti sekarang, Sean? Aku sudah di sini, dan aku tahu kamu butuh relaksasi. Kita bisa menghabiskan malam bersama, lagipula … bukankah sebentar lagi kita akan menikah?” Nada suaranya merendah, mencoba mengundang Sean untuk kembali mendekati padanya. Namun, tatapan Sean tetap dingin. “Maaf, aku tidak bisa,” jawabnya, mengatur napasnya. “Rapikan bajumu, aku antar kau pulang.” Mira
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

89. Ancaman Sean

Keesokan harinya, Sean langsung menuju ke rumah sang mama. Ada perasaan tidak tenang yang terus menghantui pikirannya sejak pembicaraan dengan Theo semalam. Setibanya di rumah Sekar, Sean tertegun melihat sang mama yang duduk di taman menikmati suasana pagi yang cerah ditemani minuman hangat. Sekar tengah bercakap-cakap dengan salah seorang asisten rumah tangga, dan Sean melihat sorot bahagia yang langka terpancar dari wajah mamanya. Dalam hati Sean bertanya, mungkinkah kebahagiaan mamanya karena dia mengetahui akan memiliki cucu sebagai penerus trah Wismoyojati? Atau karena keinginannya yang lain akan segera terwujud dengan hadirnya anak tersebut? Sadar kehadiran Sean, Sekar menoleh dengan senyum hangat. “Hai Sean! Pagi-pagi banget datangnya, duda tampan ini sepertinya mau nebeng sarapan di rumah mama,” ujar Sekar dengan nada menggoda. Sean terdiam sejenak menatap sang mama dengan senyum tipis ala kadarnya. Sean merasa seperti tidak mengenali mamanya, sosok yang biasa serius dan
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

90. Anak Durhaka

Sekar mendengus kecil, meremehkan ancaman Sean. Ia menegakkan tubuhnya, memandang Sean dengan tatapan tajam dan berkata, “Mama tidak peduli, Sean. Yang penting bagi mama dengan kelahiran anakmu, itu artinya tujuan mama akan tercapai.” Sean terdiam seolah kehabisan kata menghadapi Sekar. Sean menggeleng lemah saat membayangkan anaknya tumbuh dalam lingkungan yang tanpa cinta dan kasih sayang, semua hanya demi uang, bahkan kelahirannya pun untuk ditujukan untuk mendapatkan kekayaan. “Apa yang kau pikirkan?” tanya Sekar terdengar seolah tidak peduli dengan perasaan Sean. “Jika kau memang ingin melindungi anakmu, kau bisa mengambilnya setelah Lila melahirkannya, dan kau mengasuhnya bersama Miranda. Kalian akan hidup bahagia sebagai sebuah Wismoyojati.” Sean mengepalkan tangan, amarah membara di dalam dirinya. Dia merasa kejamnya rencana ibunya menusuk hatinya lebih dalam. Dengan suara yang bergetar, ia menjawab, “Mama benar-benar tak paham. Anak ini bukan mainan yang bisa Mama pindahka
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more
PREV
1
...
7891011
...
20
DMCA.com Protection Status