Share

85. Sean Vs Ryan

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-11-01 10:42:33

Setibanya di kantor, Lila menghela napas panjang, mencoba menenangkan debar jantungnya. Rasa lega merayap saat menyadari Sean tidak mengikutinya. Untuk mengusir kegelisahan yang terus menghantui, Lila segera membuka laptop dan melanjutkan pekerjaannya.

Tak lama kemudian, Rina dan Nadya mendekatinya. Rina duduk di sisi kanan, menatap Lila dengan cemas. “Kamu baik-baik saja, Lil?” tanyanya lembut.

Lila mengangguk, mencoba tersenyum. “Ya, aku baik-baik aja. Cuma … ketemu dia lagi rasanya …”

Nadya menepuk bahu Lila, memberi dukungan. “Lupakan, Lil. Kamu sudah melangkah jauh. Sekarang, fokus aja sama masa depanmu dan calon bayimu.”

Lila mengangguk lemah, seolah sepakat dengan dengan ucapan sahabatnya itu. Tidak ada maksud untuk menyembunyikan anaknya dari Sean, tetapi Lila hanya tidak ingin merasakan sakit hati yang lebih dalam saat mengetahui Sean tidak menerima kehadiran anaknya, atau bahkan memintanya untuk menggugurkan kandungan.

Meskipun Sean tidak pernah mengatakan apa pun tenta
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nona
belum ada lanjutannya?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   86. Sebuah Keyakinan

    Rina menatap Ryan dengan pandangan bingung bercampur prihatin. Di satu sisi, dia bisa merasakan ketulusan pria yang duduk di hadapannya. Namun di sisi lain, permintaan Ryan terasa seperti sebuah pengkhianatan bagi Rina. Ryan menatapnya dengan penuh harap, seolah hanya Rina yang bisa menjadi jembatan untuk tetap bisa menggapai Lila. “Aku mohon, Rina,” ujar Ryan, suaranya lebih pelan dan penuh permohonan. “Kau tahu sendiri, Lila menolak lamaranku. Dengan posisiku saat ini aku tidak bisa melindungi Lila. Saat ini dia hidup sendiri … dan dalam keadaan hamil.” Ryan menatap Rina dalam-dalam, seolah berharap sahabat Lila itu bisa memahami permintaannya Rina terdiam sejenak. Pikirannya dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa akhir-akhir ini, terutama yang berhubungan Lila. Baru tadi siang dia melihat bagaimana Lila yang terlihat begitu ketakutan saat bertemu dengan mantan suaminya. Rina merasakan kekhawatiran Ryan bukan sekadar rasa ingin tahu biasa, tetapi sesuatu yang lebih dalam, mungki

    Last Updated : 2024-11-01
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   87. Kenikmatan yang Ditawarkan

    Lila melanjutkan harinya dengan perasaan tenang. Sejak kepulangannya dari restoran mewah tadi siang, tidak ada tanda-tanda Sean mencoba menghubunginya atau mencari keberadaannya. Semua tampak normal, seperti tidak pernah ada pertemuan yang menegangkan itu. Lila menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya, lalu kembali fokus ke pekerjaannya. Malam itu, dia duduk bersama Nadya di apartemennya berdiskusi tentang tema konten yang akan mereka buat berikutnya. Tumpukan buku catatan dan laptop terbuka di meja, keduanya tampak antusias mendiskusikan ide-ide baru. "Aku punya beberapa ide tentang kebocoran dana yang sering terjadi tapi tidak disadari oleh orang banyak.” Nadya melontar ide yang ada dikepalanya. "Misalnya, membayar tagihan dengan terlambat yang membuat kita harus membayar denda, padahal kita hanya butuh ingat dan disiplin." Lila mengangguk setuju, matanya berbinar mendengar ide Nadya. "Itu bagus, Nad. Banyak orang yang nggak sadar kalau dana mereka terus terkuras karen

    Last Updated : 2024-11-02
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   88. Tidak Bisa Menyembunyikan

    Di tengah kemesraan yang baru saja mulai, Sean tiba-tiba menundukkan kepala seolah menolak penyatuan bibir dari Miranda. Dengan perlahan Sean menyingkirkan Miranda dari pangkuannya. Dia berdiri, menatap Miranda dengan ekspresi datar namun tajam. “Sudah cukup, Mira,” ucap Sean dengan nada yang tegas, sambil menghapus sisa keintiman yang sebenarnya baru saja dimulai. Miranda menatapnya dengan bingung dan kecewa, tidak percaya bahwa Sean benar-benar menghentikan momen yang mereka bagi. "Kau serius?" tanya Miranda dengan kekesalan yang sangat kentara, seolah tidak terima dengan penolakan Sean. “Kenapa harus berhenti sekarang, Sean? Aku sudah di sini, dan aku tahu kamu butuh relaksasi. Kita bisa menghabiskan malam bersama, lagipula … bukankah sebentar lagi kita akan menikah?” Nada suaranya merendah, mencoba mengundang Sean untuk kembali mendekati padanya. Namun, tatapan Sean tetap dingin. “Maaf, aku tidak bisa,” jawabnya, mengatur napasnya. “Rapikan bajumu, aku antar kau pulang.” Mira

    Last Updated : 2024-11-02
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   89. Ancaman Sean

    Keesokan harinya, Sean langsung menuju ke rumah sang mama. Ada perasaan tidak tenang yang terus menghantui pikirannya sejak pembicaraan dengan Theo semalam. Setibanya di rumah Sekar, Sean tertegun melihat sang mama yang duduk di taman menikmati suasana pagi yang cerah ditemani minuman hangat. Sekar tengah bercakap-cakap dengan salah seorang asisten rumah tangga, dan Sean melihat sorot bahagia yang langka terpancar dari wajah mamanya. Dalam hati Sean bertanya, mungkinkah kebahagiaan mamanya karena dia mengetahui akan memiliki cucu sebagai penerus trah Wismoyojati? Atau karena keinginannya yang lain akan segera terwujud dengan hadirnya anak tersebut? Sadar kehadiran Sean, Sekar menoleh dengan senyum hangat. “Hai Sean! Pagi-pagi banget datangnya, duda tampan ini sepertinya mau nebeng sarapan di rumah mama,” ujar Sekar dengan nada menggoda. Sean terdiam sejenak menatap sang mama dengan senyum tipis ala kadarnya. Sean merasa seperti tidak mengenali mamanya, sosok yang biasa serius dan

    Last Updated : 2024-11-03
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   90. Anak Durhaka

    Sekar mendengus kecil, meremehkan ancaman Sean. Ia menegakkan tubuhnya, memandang Sean dengan tatapan tajam dan berkata, “Mama tidak peduli, Sean. Yang penting bagi mama dengan kelahiran anakmu, itu artinya tujuan mama akan tercapai.” Sean terdiam seolah kehabisan kata menghadapi Sekar. Sean menggeleng lemah saat membayangkan anaknya tumbuh dalam lingkungan yang tanpa cinta dan kasih sayang, semua hanya demi uang, bahkan kelahirannya pun untuk ditujukan untuk mendapatkan kekayaan. “Apa yang kau pikirkan?” tanya Sekar terdengar seolah tidak peduli dengan perasaan Sean. “Jika kau memang ingin melindungi anakmu, kau bisa mengambilnya setelah Lila melahirkannya, dan kau mengasuhnya bersama Miranda. Kalian akan hidup bahagia sebagai sebuah Wismoyojati.” Sean mengepalkan tangan, amarah membara di dalam dirinya. Dia merasa kejamnya rencana ibunya menusuk hatinya lebih dalam. Dengan suara yang bergetar, ia menjawab, “Mama benar-benar tak paham. Anak ini bukan mainan yang bisa Mama pindahka

    Last Updated : 2024-11-03
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   91. Aku Pusing

    Saat pintu terbuka, Sean berdiri di sana dengan sorot mata yang tidak bisa disembunyikan. Lila, seperti refleks, mencoba menarik blazer-nya untuk menutupi perutnya, namun gerakannya malah seperti mengarahkan perhatian Sean pada hal yang justru ingin ia sembunyikan. Keduanya terdiam dalam keheningan yang canggung. Sean akhirnya memecah keheningan, suaranya pelan, hampir berbisik. “Boleh aku masuk?” Lila ragu sejenak, namun kemudian menghela napas dan memperlebar pintu. Dia menggeser posisnya sedikit seolah memberi ruang bagi Sean untuk masuk. Sekali lagi, mereka berhadapan dalam ruang yang sempit, nuansa apartemen sederhana yang jauh dari kemewahan yang biasa Sean datangi. Sean membiarkan matanya menjelajahi ruangan itu, dinding yang berlapis cat yang mulai kusam, perabotan sederhana, dan sentuhan kecil yang memperlihatkan bahwa Lila berusaha menciptakan kenyamanan di tengah kesederhanaan. Perasaan bersalah mulai menyelinap dalam benaknya, tapi Sean menepisnya. Dia menoleh kembali

    Last Updated : 2024-11-04
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   92. Ingatan Masa Lalu

    Lila bergeming antara takut dan terlena dengan keberadaan Sean di hadapannya. Trauma akan kekerasan yang dilakukan oleh Sean masih membekas, tetapi hormon kehamilan ini kadang membuatnya merindukan sentuhan dari ayah anak yang dikandungnya.Sean terlihat begitu leluasa hingga nyaris menyatukan bibirnya dengan bibir Lila. Tetapi, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang membuatnya berhenti. Sebuah gerakan halus dari perut Lila, gerakan kecil namun nyata.Dalam sekejap, emosi aneh menyelubungi hati Sean, campuran rasa bangga dan keharuan yang tak pernah dia bayangkan. Anaknya ada di sana, hidup dan tumbuh di dalam diri Lila. Ternyata ada banyak hal yang telah dia lewatkan selama ini.Lila melihat Sean terdiam, seolah dalam kebingungan dan kekaguman yang membungkam. Menyadari kesempatan itu, Lila cepat-cepat menggeser tubuhnya ke samping, menjauh dari Sean yang masih terpaku.Lila bergegas melangkah menuju laci tempat menyimpan obat-obatan, membuka kotak berisi berbagai obat dari resep dokte

    Last Updated : 2024-11-04
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   93. Tidak Mau Kalah

    Sean melangkah masuk ke kantor dengan wajah tegang dan langkah tergesa. Aroma ruangan yang biasa memberinya rasa tenang kini tidak lagi terasa sama. Sean melihat Bella, sekretarisnya, yang langsung berdiri untuk menyambutnya.“Rangga, ke ruang saya lima belas menit lagi,” ucap Sean singkat dengan langkah yang dipercepat.Bella menatapnya dengan sedikit cemas, mendapati raut wajah Sean yang lebih keras dari biasanya. “Apakah ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Bella, mencoba menyesuaikan diri dengan suasana tegang yang menyelimuti ruangan.“Tidak, Bella. Fokus saja pada pekerjaanmu.” Sean menjawab tegas, tanpa menoleh, menunjukkan bahwa dia tidak ingin ada gangguan tambahan. Suaranya tidak menyisakan ruang untuk pertanyaan lebih lanjut dari Bella maupun Rangga.Bella hanya mengangguk patuh, memahami bahwa Sean sedang tidak ingin diganggu. Sekretaris seksi itu pun segera melanjutkan pekerjaannya.Sean langsung menuju ruang kerjanya dan membuka pintu dengan sedikit hentakan, terlihat s

    Last Updated : 2024-11-04

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   318. Makan Siang di Hotel Bintang Lima

    Ryan menunduk, suaranya nyaris tenggelam dalam riuh rendah restoran. "Ibuku seorang penderita skizofrenia."Rina terkejut. Matanya membulat, menatap Ryan yang kini tampak begitu rapuh di hadapannya. Ia tidak menyangka, di balik sikapnya yang selalu tenang dan terkendali, Ryan menyimpan luka sedalam ini.Rina bertanya dalam hati, apakah ini yang membuatnya selalu terlihat murung?Ryan menghela napas, menatap ke arah lain. "Aku sadar, menikah denganku tidak akan mudah, Rina. Aku tidak bisa menjanjikan hidup yang sempurna. Aku tidak bisa menjanjikan segalanya akan baik-baik saja. Tapi ..." Ia menatap Rina, dalam dan tulus. "Aku bisa menjanjikan ketulusan."Rina masih diam, hatinya berkecamuk. Ia tidak pernah membayangkan beban yang harus ditanggung Ryan. Ia tahu, memiliki anggota keluarga dengan gangguan mental bukanlah sesuatu yang mudah. Ada tanggung jawab, ada pengorbanan, ada kesedihan yang mungkin tidak bisa dimengerti orang lain.Tanpa sadar, Rina meraih tangan Ryan. Ia menggenggam

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   317. Kenyataan Pahit yang Lain

    Ryan menatap bayangannya di cermin, menyisir rambutnya dengan perlahan. Wajahnya tampak tenang, tapi pikirannya tidak. Rina masih memenuhi benaknya.Sejak perpisahan mereka, ia berusaha mengalihkan perhatian dengan pekerjaan dan kesibukan lainnya, tetapi bayangan gadis itu selalu muncul, terutama di saat-saat seperti ini, saat ia sendiri, berdiri di depan cermin, menghadapi dirinya sendiri.Dengan helaan napas panjang, Ryan meraih ponselnya dari meja. Jemarinya ragu sejenak sebelum akhirnya mengetik pesan."Rina, bisakah kita bertemu? Mungkin untuk yang terakhir kali."Ia menatap layar, mempertimbangkan apakah ini keputusan yang tepat. Namun sebelum bisa berubah pikiran, ia menekan tombol kirim.Detik-detik berlalu terasa lambat. Ia menunggu dalam diam, berharap, tapi juga takut akan jawaban yang mungkin ia terima. Lalu, ponselnya bergetar."Baiklah, di mana?"Ryan merasakan dadanya sedikit lega, meski di baliknya ada kegelisahan. Ia segera mengetik balasan."Bagaimana kalau di Restor

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   316. Jawaban yang tak Kunjung Datang

    Setelah makan malam, mereka duduk santai di ruang keluarga. Sekar duduk di sofa dengan nyaman, sementara Lila menyandarkan kepalanya di bahu Sean yang duduk di sampingnya. Brilian sudah tertidur pulas di kamarnya, membuat malam terasa lebih tenang.Sekar menyesap teh hangatnya, lalu melirik ke arah Sean. “Sean, apartemen kamu di Regal Hight itu sampai sekarang masih kosong, ya?” tanya Sekar santai.Sean menoleh ke ibunya, lalu mengangkat bahu. “Iya, Ma. Kenapa?”Sekar menatapnya dengan tajam. “Apa rencanamu dengan apartemen itu?”Sean menghela napas, melirik sekilas ke arah Lila yang tampak mendengarkan obrolan mereka dengan tenang. “Belum ada rencana, Ma,” jawab Sean akhirnya.Sekar langsung bersuara dengan nada tegas, “Kalau begitu lebih baik disewakan saja. Daripada dibiarkan kosong, hanya menghabiskan biaya perawatan.”Sean kembali melirik Lila, kali ini lebih lama. Sebenarnya, dia punya rencana sendiri untuk apartemen itu. Sesekali, dia ingin mengajak istrinya ke sana, menghabisk

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   315. Kena Marah Semua

    Setelah kelahiran Brilian, ada rasa kurang nyaman saat mereka menikmati kebersamaan. Beberapa kali Brilian terbangun di saat yang tidak tepat, hingga membuat Sean dan Lila terpaksa menyelesaikan dengan cepat, bahkan pernah akhirnya tidak dilanjutkan.Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Sean dan Lila menikmati kesempatan yang diberikan oleh Sekar. Terasa seperti bulan madu saat menikmati kebersamaan penuh gairah tanpa ada gangguan.Tidak harus terburu-buru untuk saling memberikan kenikmatan. Bahkan Sean tidak perlu membekap mulut Lila agar suara desah dan jeritannya membangun Brilian.Setelah berburu kenikmatan bersama dalam berbagai gaya diiringi dengan erangan dan desahan, akhirnya Sean dan Lila bisa mencapai puncak bersama. Sean melabuhkan kecupan lembut di bibir Lila sebelum menjatuhkan tubuhnya tepat di samping Lila dan memeluknya dengan erat. Sementara itu Lila berusaha menormalkan kembali deru napasnya yang tidak beraturan.“Apa motif mama melakukan ini semua?” Lirih suara

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   314. Hadiah dari Sekar

    Sean mendekati mamanya dengan hati-hati. Ia tahu Sekar tidak suka ditentang, tetapi ia juga tidak bisa diam melihat istrinya terluka.Dengan nada lembut berharap tidak menyinggung perasaan sang mama, Sean melontarkan pertanyaan, “Ma, kenapa Lila menangis? Apa ada sesuatu yang terjadi?”Sekar menoleh ke arah Sean, dia terlihat santai sambil tetap bermain dengan Brilian.“Ah, cuma masalah kecil, Sean. Aku hanya bilang ingin tidur dengan Brilian malam ini. Sepertinya Lila tidak terima.”Sean menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya. “Ma, aku tahu Mama sangat menyayangi Brili. Tapi Lila sudah seharian di kantor. Dia hanya ingin memeluk anaknya malam ini. Tidak bisakah Mama memberikan waktu untuk Lila dan Brili bersama? Besok, Mama bisa bermain sepuasnya dengan Brili saat kami bekerja.”Sekar menatap tajam ke arah Sean, matanya seolah ingin menembus akal sehat putra semata wayangnya.“Mama tidak ingin mengajakmu hitung-hitungan. Mama tidak pernah meminta imbalan untuk merawat Brili,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   313. Memonopoli Cucu

    Inayah memijit pelipisnya dengan kesal setelah mendengar keluh kesah Delisa melalui telepon. Kata demi kata yang terlontar dari bibir putri bungsunya masih terngiang-ngiang di telinganya."Bu, Mbak Lila sekarang sombong. Dia nggak peduli lagi sama aku setelah jadi bos. Apa dia lupa kalau aku adiknya?" Nada bicara Delisa terdengar penuh keluhan, membuat hati Inayah ingin segera bertindak.Yang ada dalam benak Inayah, saudara itu harus selalu rukun dan saling menolong. Tidak ada salahnya Lila yang sudah memiliki kehidupan yang baik menolong adiknya yang sedang merintis karir.Tanpa berpikir panjang, Inayah meraih ponselnya dan bersiap menghubungi Lila. Namun, sebelum ia sempat menekan nomor, Waluya menghentikannya."Tunggu dulu, Bu. Jangan bertindak gegabah. Masalah Lila dan Lisa kali ini tentang pekerjaan, bukan urusan keluarga," ucap Waluya dengan tenang."Tapi, Pak, masa Lila begitu sama Lisa? Mereka kan saudara! Lila harusnya lebih perhatian sama adiknya," sahut Inayah dengan nada t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   312. Sikap Lila di Hadapan Delisa

    Setelah acara pengumuman berakhir, suasana di Mahendra Securitas mulai kembali tenang. Sekar terlihat tenang tetapi penuh perhatian ketika menggendong Brilian yang tertidur pulas di pelukannya.Langkahnya mantap menuju mobil, sementara Lila berjalan di sampingnya dengan raut wajah yang terlihat berat melepas kepergian putranya. Untuk pertama kalinya dia akan terpisah dalam waktu yang lama dengan putranya.Sekar tersenyum lembut, menatap menantunya dengan penuh pengertian. “Lila, Brilian akan baik-baik saja. Aku akan merawatnya dengan baik, seperti dulu waktu merawat Sean. Kamu fokus saja pada tugasmu di sini. Percayalah, ini juga untuk kebaikan Brilian.”Meskipun hatinya masih ragu, Lila akhirnya mengangguk. Dia tahu Sekar memiliki pengalaman dan kasih sayang yang luar biasa. Saat Sekar bersiap memasuki mobil bersama Brilian, Lila dan Sean mendekat untuk memberikan kecupan perpisahan kepada putra kecil mereka.Lila mencium kening Brilian dengan lembut, air mata hampir jatuh dari sudut

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   311. Pengumuman Pemilik Baru

    Mahendra Securitas sedang dipenuhi kasak-kusuk. Di sudut-sudut kantor, pembicaraan tentang pengganti Sekar menjadi topik utama.Beberapa karyawan menduga Andika dan Ryan, dua nama lama yang pernah menjadi bagian perusahaan, akan kembali memimpin. Namun, Nadya, yang dikenal sebagai tangan kanan Sekar, menepis rumor tersebut.Dengan senyuman penuh rahasia, Nadya hanya berkata, “Tunggu saja, kalian akan tercengang.”Di salah satu ruangan, Delisa mendengar percakapan itu. Rasa ingin tahunya memuncak, dan dengan hati-hati, ia mendekati Nadya. Dalam hati Delisa merasa senang saat mendengar jika Sekar akan digantikan. Gadis mud aitu sudah merasa tidak betah dengan sikap keras Sekar kepadanya.“Kak Nadya,” katanya dengan nada penuh harap, “apa benar akan ada pemimpin baru? Siapa dia?”Nadya menatap Delisa, senyumnya penuh teka-teki. “Kamu akan tahu nanti, Delisa. Ini kejutan besar,” jawabnya singkat, meninggalkan Delisa semakin penasaran.Semua karyawan diminta berkumpul di aula perusahaan se

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   310. Aku Bukan Lelaki Seperti Itu

    Akhir pekan itu, suasana cerah menyambut kedatangan Sean dan Lila di rumah Sekar. Mobil berhenti perlahan di depan rumah dengan halaman luas yang dikelilingi pohon-pohon rindang.Sekar yang sejak tadi menunggu di teras langsung bangkit dengan senyum mengembang, begitu melihat Lila turun dari mobil sambil menggendong Brilian, cucunya yang baru berusia enam bulan.“Cucu oma sudah datang!” seru Sekar dengan penuh semangat.Lila menyerahkan Brilian pada ibu mertuanya, dan Sekar langsung memeluk bayi itu erat, mengajak bicara dengan nada lembut penuh kasih sayang.“Gantengnya oma. Sudah besar ya sekarang? Lihat, kamu makin gemuk!” ucapnya sambil mencium pipi Brilian yang montok.Meski Brilian belum mampu memberi jawaban, tetapi Sekar terus berbicara sendiri dengan penuh antusias. Sean dan Lila hanya tersenyum, mengikuti di belakangnya sambil membawa tas perlengkapan bayi.Kebahagiaan terpancar jelas di wajah mereka saat melihat Sekar begitu ceria bersama cucunya.Dan kini, mereka duduk di

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status