Share

91. Aku Pusing

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-11-04 11:32:26

Saat pintu terbuka, Sean berdiri di sana dengan sorot mata yang tidak bisa disembunyikan. Lila, seperti refleks, mencoba menarik blazer-nya untuk menutupi perutnya, namun gerakannya malah seperti mengarahkan perhatian Sean pada hal yang justru ingin ia sembunyikan. Keduanya terdiam dalam keheningan yang canggung.

Sean akhirnya memecah keheningan, suaranya pelan, hampir berbisik. “Boleh aku masuk?”

Lila ragu sejenak, namun kemudian menghela napas dan memperlebar pintu. Dia menggeser posisnya sedikit seolah memberi ruang bagi Sean untuk masuk. Sekali lagi, mereka berhadapan dalam ruang yang sempit, nuansa apartemen sederhana yang jauh dari kemewahan yang biasa Sean datangi.

Sean membiarkan matanya menjelajahi ruangan itu, dinding yang berlapis cat yang mulai kusam, perabotan sederhana, dan sentuhan kecil yang memperlihatkan bahwa Lila berusaha menciptakan kenyamanan di tengah kesederhanaan.

Perasaan bersalah mulai menyelinap dalam benaknya, tapi Sean menepisnya. Dia menoleh kembali
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   92. Ingatan Masa Lalu

    Lila bergeming antara takut dan terlena dengan keberadaan Sean di hadapannya. Trauma akan kekerasan yang dilakukan oleh Sean masih membekas, tetapi hormon kehamilan ini kadang membuatnya merindukan sentuhan dari ayah anak yang dikandungnya.Sean terlihat begitu leluasa hingga nyaris menyatukan bibirnya dengan bibir Lila. Tetapi, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang membuatnya berhenti. Sebuah gerakan halus dari perut Lila, gerakan kecil namun nyata.Dalam sekejap, emosi aneh menyelubungi hati Sean, campuran rasa bangga dan keharuan yang tak pernah dia bayangkan. Anaknya ada di sana, hidup dan tumbuh di dalam diri Lila. Ternyata ada banyak hal yang telah dia lewatkan selama ini.Lila melihat Sean terdiam, seolah dalam kebingungan dan kekaguman yang membungkam. Menyadari kesempatan itu, Lila cepat-cepat menggeser tubuhnya ke samping, menjauh dari Sean yang masih terpaku.Lila bergegas melangkah menuju laci tempat menyimpan obat-obatan, membuka kotak berisi berbagai obat dari resep dokte

    Last Updated : 2024-11-04
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   93. Tidak Mau Kalah

    Sean melangkah masuk ke kantor dengan wajah tegang dan langkah tergesa. Aroma ruangan yang biasa memberinya rasa tenang kini tidak lagi terasa sama. Sean melihat Bella, sekretarisnya, yang langsung berdiri untuk menyambutnya.“Rangga, ke ruang saya lima belas menit lagi,” ucap Sean singkat dengan langkah yang dipercepat.Bella menatapnya dengan sedikit cemas, mendapati raut wajah Sean yang lebih keras dari biasanya. “Apakah ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Bella, mencoba menyesuaikan diri dengan suasana tegang yang menyelimuti ruangan.“Tidak, Bella. Fokus saja pada pekerjaanmu.” Sean menjawab tegas, tanpa menoleh, menunjukkan bahwa dia tidak ingin ada gangguan tambahan. Suaranya tidak menyisakan ruang untuk pertanyaan lebih lanjut dari Bella maupun Rangga.Bella hanya mengangguk patuh, memahami bahwa Sean sedang tidak ingin diganggu. Sekretaris seksi itu pun segera melanjutkan pekerjaannya.Sean langsung menuju ruang kerjanya dan membuka pintu dengan sedikit hentakan, terlihat s

    Last Updated : 2024-11-04
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   94. Selamatkan Lila dan Anaknya

    Lila tiba di kantor dengan langkah tergesa. Bukan hanya karena datang terlambat, tetapi juga menyembunyikan wajahnya sembab dan lelah. Kedatangan Sean pagi ini benar-benar menyita waktu dan membuat suasana hatinya menjadi buruk. Beberapa rekan kerja menoleh ke arahnya, menyadari ada yang tidak biasa pada diri Lila hari itu. Tatapan prihatin dan bisikan pelan terdengar di sekitarnya, tetapi Lila hanya menunduk, berharap segera bisa mencapai mejanya tanpa perlu menjelaskan apa pun. Tetapi, Rina, sahabat sekaligus rekan kerjanya, sudah lebih dulu mendekat. "Lila … kamu kenapa? Kamu sakit?" Rina bertanya dengan lembut, memegang lengan Lila. Mendengar perhatian dari sahabatnya, Lila tak bisa lagi menahan air matanya. Tanpa sepatah kata, ia merosot ke dalam pelukan Rina, menangis terisak-isak. Suara tangisnya yang terpendam terdengar menyayat, membuat Rina memeluknya lebih erat, menepuk bahunya untuk menenangkan. Setelah beberapa saat, ketika isakan Lila mulai mereda, Rina membimbingnya

    Last Updated : 2024-11-05
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   95. Ingin Segera Rujuk

    Rangga memasuki ruang kerja Sean dengan langkah sigap, wajahnya menampakkan ekspresi lega. “Mas Sean, Cyrus Sugandhi sudah bersedia bertemu. Saya sudah membuat janji dengannya, dan kita bisa langsung berangkat sekarang.”Sean yang semula tampak tenggelam dalam pikirannya segera mengangkat wajah, matanya berkilat penuh antusiasme. “Baik. Ayo, kita temui Cyrus Sugandhi sekarang juga,” ujarnya tegas sambil bangkit dari kursinya.Keduanya berjalan cepat melewati koridor kantor, menarik perhatian beberapa karyawan yang terbiasa melihat Sean dengan ritme kerja yang teratur dan penuh perhitungan. Tetapi kali ini, Sean tampak berbeda. Ada kesan terburu-buru yang tidak biasa terlihat dalam dirinya.Di dalam mobil, suasana hening. Sean fokus pada rencana yang akan dia bicarakan dengan Cyrus Sugandhi, pengacara yang tidak terikat oleh keluarganya dan, terutama, bebas dari pengaruh ibunya. Keputusan ini merupakan langkah tegas yang diambilnya demi melindungi hak asuh anaknya dan menjaga Lila dari

    Last Updated : 2024-11-05
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   96. Kita Harus Menikah

    Cyrus melepaskan tawa kecil yang nyaris mengejutkan Sean. Tidak sering ada klien yang dibalasnya dengan cara seperti ini, namun bagi Cyrus, ada momen di mana seseorang harus mendengar kenyataan dengan sedikit candaan.“Maaf, Pak Sean,” katanya sambil menenangkan tawanya. “Mungkin terdengar berlebihan, tapi Anda tahu, pernikahan bukan sekadar soal legalitas. Ya, itu memang penting, dan sah secara hukum negara maupun agama adalah dasar yang diperlukan. Tapi apa Anda benar-benar paham apa yang akan Anda jalani setelahnya?”Sean terdiam, tidak menyangka akan terjadi pembicaraan dengan pengacara muda di hadapannya menjadi seperti sesi konseling keluarga.Cyrus melanjutkan, wajahnya lebih serius kali ini, “Pernikahan adalah tanggung jawab besar, terutama bagi seorang suami. Anda bukan hanya mengesahkan hubungan di mata hukum atau agama, tetapi Anda juga harus kambali siap untuk menjadi seorang pemimpin. Seorang suami harus bisa memimpin dengan kasih, bukan hanya aturan.”Cyrus mengamati Sea

    Last Updated : 2024-11-05
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   97. Muslihat di Balik Pernikahan

    Lila duduk diam, menatap dinding ruang kerja Ryan hanya untuk mengalihkan pendangannya. Hatinya terasa seperti dipenuhi oleh ribuan beban, menggantung di setiap sudut pikirannya.Hidup sendiri di kota ini, dengan keadaan yang semakin rumit, membuatnya semakin sulit untuk menghadapi semua ini. Memberi tahu bagaimana keadaannya saat ini kepada orang tuanya pun bukan pilihan, mereka sudah cukup sulit dengan masalah hidup mereka sendiri. Dan Lila tidak ingin menambah rasa cemas mereka.Ryan, yang selama ini selalu ada untuknya, sekarang satu-satunya orang yang bisa dia andalkan. Keputusan untuk menikah di saat masih mengandung, itu bukan hal yang pernah terlintas dalam pikirannya.Menikah bukan sekadar menandatangani dokumen atau menukar cincin, ini adalah hidup yang akan berubah sepenuhnya. Tapi, bayangan Sean yang kembali dan berusaha mengambil anaknya menimbulkan ketakutan yang tak bisa dia abaikan.Lila menoleh perlahan ke arah Ryan, dengan tatap mata penuh keraguan. "Ryan, aku ... ak

    Last Updated : 2024-11-06
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   98. Pergi

    Lila melangkah dengan cepat, hampir berlari menuju ruang kerjanya. Hatinya seperti diremukkan berkeping-keping setelah mendengar pembicaraan antara Sekar dan Andika, membuatnya seolah lupa dengan perutnya yang sudah besar.Baru saja Lila berpikir akan mendapatkan perlindungan dengan menerima tawaran dari Ryan, tetapi kenyataan ini justru membuka matanya. Niat Ryan untuk menikahinya bukan didasari ketulusan, melainkan hanya muslihat untuk mempertahankan harta dan perusahaan yang selama ini mereka kuasai.Semua pengorbanan dan perasaan yang dicurahkan oleh Ryan tampaknya tidak lebih dari sekadar alat dalam rencana besar mereka.Setiap langkahnya terasa berat, namun Lila tidak ingin menunjukkan kelemahan di hadapan siapa pun.“Hati-hati, Lil! Jangan lari!” ucap salah satu rekan kerja Lila saat melihat Lila terburu-buru menuju ruang kerjanga.“Dia yang lari, aku yang merasa ngeri,” sambung rekan yang lain sambil terus memperhatikan pergerakan Lila.“Ada apa ya?” tanya rekan lainnya yang m

    Last Updated : 2024-11-06
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   99. Gara-gara Sekar

    Ryan mempercepat langkahnya, berjalan dengan kemarahan yang tertahan menuju ruang kerja Andika. Namun, ketika melewati koridor, matanya menangkap sosok Sekar yang sedang melangkah anggun menuju pintu keluar perusahaan.Ryan berhenti sejenak, memperhatikannya dari kejauhan dengan amarah yang tertahan.Sekar tetap tampak memukau, bahkan di usianya yang tidak lagi muda. Perempuan itu masih terlihat begitu sehat dan tetap cantik, hingga membuat Ryan semakin geram. Bagi Ryan, di balik penampilan tenang dan sempurna itu, Sekar adalah sosok perempuan jahat yang akan melakukan apa pun untuk mewujudkan keinginannya.Ryan mengepalkan tangannya, menahan dorongan untuk langsung berhadapan dengan Sekar. “Aku akan membalas semua perbuatanmu kepada mamaku,” gumam Ryan bersamaan dengan lenyapnya Sekar dari pandangannya.Ada banyak hal yang Ryan lampiaskan pada Sekar, tetapi saat ini bukanlah waktu yang tepat. Rencana yang baru dia susun untuk menikahi Lila, serta kepentingan bisnis keluarga, terasa t

    Last Updated : 2024-11-06

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   470. Takdir yang Sempurna

    Setelah memastikan Brilian tidur, Sean melangkah menuju ke kamarnya. Dia harus segera membantu Lila untuk menidurkan Bintang dan Berlian. Semakin hari, bocah kembar itu semakin aktif, bahkan hanya untuk tidur saja akan banyak drama.Lila menatap suaminya yang baru saja masuk ke kamar. Senyum hangatnya masih sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit gelisah.Sean bertambah usia, tetapi justru semakin menawan di matanya.Lila menelan ludah pelan. Sebagai istri, tentu saja ia bangga memiliki suami seperti Sean, tetapi di sisi lain… ia juga merasa was-was. Sampai sekarang masih banyak perempuan di luar sana yang mengincar suaminya, meskipun mereka tahu jika Sean sudah menikah dan memiliki tiga anak.Sementara itu, Sean berjalan mendekat. Tatapan matanya lembut saat melihat si kembar yang sudah terlelap di dalam boks.“Mereka tidur lebih cepat dari biasanya,” ucap Sean pelan terdengar nyaris seperti bisikan, takut membangunkan bayi-bayi mereka.Lila mengangguk. “Hari ini

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   469. Rama dan Cinta

    Suasana kafe yang semula tenang mendadak ricuh ketika pintu terbuka dengan keras. Seorang perempuan paruh baya melangkah masuk dengan ekspresi penuh amarah, diikuti oleh seorang perempuan muda yang cantik, sama garangnya."Mana Cinta?! Keluar kau sekarang juga!" seru perempuan paruh baya itu, suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian para pengunjung dan pegawai kafe.Beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka langsung menoleh, ada yang membeku di tempat, ada yang berbisik penasaran. Sementara itu, seorang barista yang berdiri di belakang meja kasir tampak panik, ragu-ragu apakah harus menenangkan situasi atau membiarkan saja.Perempuan cantik yang berdiri di sampingnya menyusuri ruangan dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah. Sepertinya dia tahu betul siapa yang sedang mereka cari.Salah satu pegawai kafe memberanikan diri mendekat. "Maaf, Bu. Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan suara hati-hati.Perempuan paruh baya itu menoleh tajam. "Panggi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   468. Hidup yang Lebih Berwarna

    Waktu berlalu dengan tenang, membawa kebahagiaan yang seolah tak pernah habis bagi keluarga Wismoyojati. Kehidupan penuh berbagi dalam keluarga diisi oleh tawa renyah dan kehangatan. Perdebatan tentu tetap ada sebagai bumbu dalam kehidupan, tetapi mereka bisa menyelesaikan dengan bijaksana.Lila menjalani perannya sebagai ibu dengan penuh cinta, merawat Brilian, Bintang, dan Berlian dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas. Ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial, menemukan kebahagiaan dalam membantu sesama, sambil tetap menyeimbangkan perannya sebagai istri dan ibu.Setelah Sekar dan Prabu memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, suasana di kediaman Sean dan Lila sedikit berubah. Tidak ada lagi suara teguran tegas Sekar atau candaan ringan Prabu di meja makan, tapi bukan berarti rumah itu kehilangan kehangatan.Sean yang memahami betapa besarnya tanggung jawab Lila dalam mengurus tiga anak mereka, mengambil keputusan besar. Ia mencari pengasuh anak profession

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   467. Paket dari Delisa

    Malika berdiri tak jauh dari ayunan, matanya membulat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ia datang ingin bermain bersama Brilian, tapi malah menyaksikan sesuatu yang menghancurkan dunianya.Brilian, sahabat kecilnya, kakak yang dia banggakan baru saja dicium oleh Almahira.Gadis kecil yang masih duduk di TK itu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Seperti ada beban besar menekan hatinya. Wajahnya menegang, bibirnya sedikit bergetar.Brilian masih berdiri di tempatnya, memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut, sementara Almahira sudah berlari pergi dengan riang.Malika mengepalkan tangannya kecil-kecil. Brilian sudah ternoda.Entah dari mana gadis mungil itu mendapatkan pemikiran seperti itu, tapi itulah yang muncul di kepalanya. Sejak kecil, ia selalu menganggap Brilian adalah miliknya, teman bermain yang paling seru, kakak yang selalu membelanya dan menjaganya. Tapi sekarang?Brilian sudah dicium gadis lain.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berteriak, ingin menangis, t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   466. Ditandai

    466Lila membuka matanya perlahan saat mendengar suara rengekan bayi. Seketika, nalurinya sebagai ibu membuatnya ingin segera bangkit. Namun, saat menoleh ke samping, tempat tidur Sean kosong.Dia menoleh ke arah boks bayi dan menemukan suaminya sudah lebih dulu terjaga. Sean duduk di kursi di samping boks, memangku salah satu bayi mereka sambil memberikan dot. Dengan satu tangan lainnya, dia berusaha menenangkan si kecil yang masih berada di boks, menyentuhnya dengan lembut agar tidak terus menangis.Lila menggeleng pelan. Kenapa dalam keadaan repot seperti itu Sean tidak membangunkannya?Dia mengamati suaminya yang tampak begitu telaten. Mata Sean terlihat sedikit sayu karena mengantuk, tetapi senyumnya tetap ada saat membisikkan sesuatu pada anak mereka. Lila merasa hangat melihat pemandangan itu.Dia bangkit perlahan, mendekati Sean, lalu bertanya pelan, "Kenapa tidak membangunkanku?"Sean menoleh dan tersenyum kecil. "Kau masih butuh istirahat, sayang. Aku bisa mengurus mereka."

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   465. Kemarahan Ibu Hamil

    Ryan menghela napas panjang, berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat Rina berbaring. Sejak sadar, istrinya berubah total. Biasanya Rina adalah perempuan yang mandiri, kalem, dan penurut. Tapi sekarang? Manja, gampang marah, dan yang paling membuat Ryan frustasi, diam seribu bahasa setiap kali mereka hanya berdua."Rina, kau mau sesuatu?" tanya Ryan pelan, berharap mendapat jawaban.Rina hanya membuang muka, menatap ke arah jendela.Ryan mengusap wajahnya, mencoba bersabar. Sejak dokter memberi kabar tentang kehamilan Rina, perubahan sikap istrinya semakin menjadi-jadi. Setiap kali ia mencoba membicarakannya, Rina malah menutup diri.Namun, saat Sekar dan Prabu datang bersama Brilian dan Renasya, suasana langsung berubah. Seakan-akan Rina adalah orang yang berbeda."Bunda!" Renasya berlari kecil mendekati ranjang, matanya berbinar.Rina tersenyum hangat, membuka tangannya untuk menyambut putrinya. "Sayang, ke sini, Bunda kangen."Ryan memandangi pemandangan itu dengan kening

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   464. Janji tak Terucap

    Sean melepas dasinya dengan satu tarikan kasar. Rumah besar itu terasa begitu sepi.Tidak ada suara Sekar yang biasanya sibuk memberi perintah. Tidak ada tawa Prabu yang sering menggoda Brilian. Bahkan Brilian sendiri tak terdengar, padahal biasanya selalu berlari-lari dengan ocehan tak ada habisnya.Setelah mencuci tangan, Sean melangkah menuju kamar bayi, membuka pintu perlahan.Di dalam, Lila sedang menggendong Berlian yang masih mengenakan baju tidur, sementara Bintang terbaring di boks bayi, menggeliat pelan. Wajah Lila tampak lelah, rambutnya berantakan, tetapi senyumnya tetap ada saat menenangkan putri kecil mereka.Sean bersandar di ambang pintu, matanya melembut. "Kenapa sendirian?"Lila menoleh, sedikit terkejut, lalu tersenyum tipis. "Mama dan Papa mengantar Renasya ke rumah sakit. Brilian ikut, nanti pulangnya langsung ke rumah Om Prabu. Mereka akan menginap kurang lebih satu minggu di sana sampai Paksi berangkat ke London."Sean mengangguk pelan, beberapa hari yang lalu P

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   463. Masa Tua yang Bahagia

    Di perjalanan pulang, Sekar sesekali melirik ke arah Renasya yang tertidur di pangkuannya. Wajah mungil itu tampak lelah, sesekali bergumam dalam tidurnya, mungkin memanggil ibunya. Prabu yang menyetir pun sesekali melirik ke kaca spion, memastikan keadaan mereka baik-baik saja."Kasihan anak ini, tidak ada yang asuh karena mamanya harus di" gumam Sekar pelan, mengusap rambut Renasya dengan lembut."Kita jaga dia baik-baik sampai ibunya pulang," sahut Prabu, suaranya tenang tetapi tegas.Sesampainya di rumah, Sekar langsung memanggil Bi Siti. "Bi, tolong mandikan Renasya dulu, ya. Pakaiannya ada di kamar tamu yang dulu dia pakai waktu menginap di sini."Bi Siti mengangguk. Dengan penuh kesabaran, ia membimbing Renasya yang masih setengah sadar karena mengantuk. Anak itu berjalan dengan langkah gontai, menggenggam tangan Bi Siti erat-erat.Sekar dan Prabu menghembuskan napas lega. "Semoga besok Rina sudah bisa dibawa pulang," kata Sekar pelan, lebih kepada dirinya sendiri.“Ya, tapi Re

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   462. Ada Apa dengan Rina

    Ryan duduk di kursi tunggu ruang UGD, masih mengenakan kaus rumahan dan celana training. Melihat keadaan istrinya yang tidak sadarkan diri, ayah satu anak itu mengambil pakaian sedapatnya dari lemari.Napas Ryan tersengal, dadanya naik turun cepat. Di pelukannya, Renasya meringkuk, masih mengenakan piyama tidurnya, kepalanya bersandar di bahu Ryan dengan wajah bingung dan takut."Ayah, Bunda kenapa?" Suara kecil putrinya bergetar.Ryan mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan anaknya meski dirinya sendiri diliputi ketakutan yang luar biasa."Bunda sakit, Nak. Kita doain Bunda, ya?" Suara Ryan terdengar serak, matanya terus terpaku pada pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat.Tadi pagi, setelah menemukan Rina tidak sadarkan diri, Ryan nyaris kehilangan akal. Ia menggendong istrinya keluar kamar, berlari ke garasi, dan tanpa berpikir panjang, memasukkan Rina ke mobil.Renasya, yang terbangun karena suara ayahnya berteriak, ikut dibawa serta dalam keadaan setengah mengantuk.P

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status