Share

98. Pergi

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 13:53:52

Lila melangkah dengan cepat, hampir berlari menuju ruang kerjanya. Hatinya seperti diremukkan berkeping-keping setelah mendengar pembicaraan antara Sekar dan Andika, membuatnya seolah lupa dengan perutnya yang sudah besar.

Baru saja Lila berpikir akan mendapatkan perlindungan dengan menerima tawaran dari Ryan, tetapi kenyataan ini justru membuka matanya. Niat Ryan untuk menikahinya bukan didasari ketulusan, melainkan hanya muslihat untuk mempertahankan harta dan perusahaan yang selama ini mereka kuasai.

Semua pengorbanan dan perasaan yang dicurahkan oleh Ryan tampaknya tidak lebih dari sekadar alat dalam rencana besar mereka.

Setiap langkahnya terasa berat, namun Lila tidak ingin menunjukkan kelemahan di hadapan siapa pun.

“Hati-hati, Lil! Jangan lari!” ucap salah satu rekan kerja Lila saat melihat Lila terburu-buru menuju ruang kerjanga.

“Dia yang lari, aku yang merasa ngeri,” sambung rekan yang lain sambil terus memperhatikan pergerakan Lila.

“Ada apa ya?” tanya rekan lainnya yang m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Kasihan Lila hidupnya dikelilingi orang² yg ambisius...masih blm tau sebenarnya Riyan jahat apa engga ya?
goodnovel comment avatar
Mifta Nur Auliya
Nasib ornag miskin apalah daya lila hehe pergi sejauh apapun pasti tertangkan dengan kekiasaan yg bisa membeli karma dan Tuhannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    99. Gara-gara Sekar

    Ryan mempercepat langkahnya, berjalan dengan kemarahan yang tertahan menuju ruang kerja Andika. Namun, ketika melewati koridor, matanya menangkap sosok Sekar yang sedang melangkah anggun menuju pintu keluar perusahaan.Ryan berhenti sejenak, memperhatikannya dari kejauhan dengan amarah yang tertahan.Sekar tetap tampak memukau, bahkan di usianya yang tidak lagi muda. Perempuan itu masih terlihat begitu sehat dan tetap cantik, hingga membuat Ryan semakin geram. Bagi Ryan, di balik penampilan tenang dan sempurna itu, Sekar adalah sosok perempuan jahat yang akan melakukan apa pun untuk mewujudkan keinginannya.Ryan mengepalkan tangannya, menahan dorongan untuk langsung berhadapan dengan Sekar. “Aku akan membalas semua perbuatanmu kepada mamaku,” gumam Ryan bersamaan dengan lenyapnya Sekar dari pandangannya.Ada banyak hal yang Ryan lampiaskan pada Sekar, tetapi saat ini bukanlah waktu yang tepat. Rencana yang baru dia susun untuk menikahi Lila, serta kepentingan bisnis keluarga, terasa t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    100. Siapa Dia?

    Di ruang rapat, Sean berusaha mempertahankan konsentrasi, meskipun pikirannya terbagi. Dia berkali-kali melirik jam tangannya, memperhitungkan waktu. Yang ada dalam benak Sean saat ini hanya ingin segera mengamankan Lila, sebelum sang mama bergerak lebih dulu.Tetapi tampaknya situasi tidak mendukung keinginan Sean. Kliennya saat ini sedang berbicara dengan antusias memaparkan potensi besar investasi di proyek mereka.“Jadi, seperti yang saya katakan sebelumnya, proyek ini memiliki return yang sangat menjanjikan,” ujar klien dengan nada meyakinkan. “Kami sudah memproyeksikan pertumbuhan pasar dalam lima tahun ke depan. Ini akan menjadi peluang besar.”Sean tersenyum tipis, mencoba menutupi kecemasannya. “Saya setuju, prospek yang Anda sebutkan memang sangat menarik. Namun, ada beberapa hal yang perlu kita perjelas, terutama dalam hal pembagian keuntungan.”Klien yang bernama Bryan itu mengangguk. “Tentu saja, Pak Sean. Kami terbuka untuk negosiasi, tetapi kami berharap bisa mencapai k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    101. Menjadi Lemah

    Rangga melangkah masuk ke dalam gedung tempat kerja Lila dengan langkah yang tenang dan penuh wibawa. Walau hanya sebentar dia diberi waktu dengan bersama dengan perempuan yang mampu mengusik hatinya.Rangga hanya berharap, Sean tidak mengetahui tentang isi hatinya, dan akan memberinya kesempatan bersama Lila lebih sering. Rangga sadar, persaingan ini tidak imbang, tidak ingin memaksakan diri untuk merebut Lila, yang penting bisa melihatnya bahagia, itu saja.Rangga berhenti di meja resepsionis, memberikan senyum sopan kepada petugas di sana. "Permisi, saya mencari Ibu Lila," ucapnya dengan suara ramah, tetapi jelas.Resepsionis menatap Rangga sejenak, lalu melirik daftar pegawai. "Ibu Lila?" tanyanya untuk memastikan."Ya," jawab Rangga cepat, dengan menambahkan, "Saya diperintah oleh suaminya untuk menjemputnya."Petugas itu tampak ragu sesaat, tapi akhirnya menggelengkan kepala dengan sedikit senyum. "Maaf, Pak, Ibu Lila sudah pulang tadi, sekitar setelah jam makan siang."Jawaban

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    102. Saya Terima Nikahnya …

    Rangga berjalan menyusuri lorong apartemen, dengan teliti matanya tajam mengamati nomor-nomor unit di sepanjang dinding. Rangga merasa telah berada di lorong yang benar, dan nomor yang sudah mendekati unit apartemen Lila.Namun, pemandangan di ujung lorong membuat langkahnya terhenti. Dari kejauhan, Rangga melihat Lila berhadapan dengan Ryan dan beberapa pria kekar yang menyeramkan di depan pintu apartemen Lila.Wajah Lila tampak ketakutan dan penuh ketegangan, sementara Ryan berdiri dengan sikap mengancam, diapit oleh beberapa pria berbadan besar yang tampak seperti pengawal pribadi. Tanpa basa-basi, Ryan mendorong pintu apartemen Lila hingga terbuka lebar, lalu masuk dengan langkah pasti, diikuti oleh pria-pria tersebut.Dada Rangga berdebar. Dia menyaksikan bagaimana Lila mencoba melawan, namun gerakannya langsung dihentikan oleh cengkeraman Ryan. Melihat sikap kasar dan dominasi yang diperlihatkan Ryan, Rangga mengepalkan tangan, merasakan dorongan untuk menghentikan kejadian itu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    103. Kembali Menjadi Istri

    Sean melangkah dengan napas memburu, hampir berlari sepanjang koridor apartemen menuju unit Lila. Bersama pihak keamanan dan pengelola gedung yang membantu, Sean akhirnya berhasil membuka pintu apartemen Lila.Begitu pintu terbuka, Sean tertegun, langkahnya terhenti di ambang pintu. Di hadapannya, Lila duduk berdampingan dengan Ryan, hatinya mencelos melihat ekspresi Lila yang penuh kesedihan, air mata mengalir di pipinya, dan tangan yang gemetar memegang perutnya yang terlihat sedikit menegang.Saat gendang telinganya bergetar kala mendengar kata-kata yang dari mulut penghulu Sean menyadari itu adalah kalimat ijab dalam akad nikah. Sean mengepalkan tangan, menahan amarah yang meluap dalam dadanya. Tanpa menunggu, dia memasuki apartemen Lila berharap masih ada waktu untuk mengagalkan pernikahan yang tidak semestinya terjadi.“Saya terima nikahnya ….”“Saya tidak terima!” Teriakan Sean menggema ke seisi ruangan, memotong kalimat qobul yang akan diucapkan oleh Ryan.Ruangan yang semula

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    104. Pertengkaran Pertama

    Berbanding terbalik dengan Sean, wajah Ryan justru memerah menahan amarah setelah mendengar penjelasan dari penghulu yang telah dia bayar mahal untuk menikahkan dirinya dengan Lila. Ryan menatap Lila, lalu beralih ke arah Sean, merasa semua kendali yang telah dia rencanakan kini hancur di depan matanya.“Apa yang bisa kau lakukan sekarang adalah pergi dari sini bersama orang-orangmu itu. Dan kau harus menerima kenyataan jika Lila kembali menjadi istriku, dan sebentar lagi … aku akan punya anak,” ucap Sean terdengar mengejek Ryan.Ryan menatap tajam ke arah Sean dan Lila, wajahnya menegang dengan amarah yang masih membara. Namun, ia tahu bahwa tidak ada lagi yang bisa dia lakukan. Kekalahan dalam perdebatan ini adalah kenyataan pahit yang harus ia terima.Dengan mendengus kesal, Ryan mengalihkan pandangan, mengisyaratkan kepada orang-orangnya untuk pergi. Mereka mengikuti langkahnya, meninggalkan apartemen Lila satu per satu tanpa sepatah kata pun.Di sudut ruangan, penghulu yang masih

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    105. Hanya Ingin Menyapa

    “Bagiku kehamilan ini adalah anugerah. Tapi jika kau memang tidak menghendakinya, biarkan aku pergi!” Lila mengakhir kalimat lalu menyeka air mata, hatinya pedih saat merasakan jika Sean menolak kehadiran anaknya. “Aku tidak akan mengganggumu lagi.”Lila ingin menghindar dari Sean yang semakin mendekat, tetapi tubuh besar Sean sudah menutup pergerakannya.Sean terlihat sangat murka dengan sikap keras kepala yang ditunjukkan oleh Lila. “Kau tidak tahu ancaman apa yang ada yang di luar sana yang sedang menantimu.”Melihat amarah Sean, membuat Lila kembali teringat dengan kekerasan yang pernah dia terima. “Kau lebih menakutkan bagiku.” Lila mendorong tubuh tubuh tegap Sean agar menjauh darinya.Tampaknya Sean tidak peduli dengan ketakutan yang dialami Lila, dia pun semakin mendekat dan mengungkung tubuh Lila. “Apa yang kau takutkan?”Tidak ada jawaban, hanya deru napas memburu penuh ketakutan. Tetapi tiba-tiba berubah menjadi desahan yang memanjakan telinga, saat ternyata tangan Sean sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    106. Terpesona

    Dering ponsel yang berada di atas nakas membangunkan Lila dari tidurnya. Dengan mata yang belum terbuka sempurna Lila mencoba meraih ponselnya yang terus meraung-raung. Seolah panggilan penting yang harus segera mendapatkan jawab. Lila tampak kesusahan untuk bergerak, bukan hanya karena perutnya yang membesar, tetapi lengan Sean yang melingkar di tubuhnya mempersulit pergerakannya. Saat Lila akan menyingkirkan lengan Sean, lelaki yang kini kembali berstatus seuami itu justru semakin mengeratkan tangannya. Setelah dengan sedikit perjuangan akhirnya Lila bisa meraih ponselnya, nama Nadya terpampang jelas di layar ponselnya. Dengan posisi telentang yang terlihat masih mengantuk, Lila menekan tombol jawab. Lila mengangkat panggilan itu menyapa sahabatnya dengan suaranya yang terdengar serak. "Halo, Nad?" "Lila! Aku sudah di depan apartemenmu. Ada hal penting yang belum sempat kita bicarakan kemarin!" Suara Nadya terdengar ceria namun penuh tuntutan, membuat Lila langsung terjaga. "Oh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    227. Sumber kebahagiaan

    Lila melangkah di sepanjang lorong pusat perbelanjaan, senyum lebar menghiasi wajahnya. Sejak kehamilannya, momen seperti ini jarang terjadi. Langkahnya ringan, seolah seluruh beban yang selama ini menghimpit telah terangkat. Di sampingnya, Bi Siti membawa beberapa kantong belanjaan sambil tertawa kecil, dipenuhi kegembiraan. Hanya sekedar menemani belanja saja Bi Siti mendapat banyak hadiah yang tidak terduga dari Lila. Wajah wanita paruh baya itu cerah, seperti tak percaya nasib baik hari ini. “Bi, pilih apa saja yang Bi Siti suka,” ucap Lila sambil menunjuk deretan toko di sekeliling mereka. Suaranya hangat, penuh ketulusan. “Ah, Mbak Lila, ini saja sudah terlalu banyak,” jawab Bi Siti. Namun, matanya berbinar-binar menatap tas dan baju baru yang telah dibelikan untuknya. Dalam hati, ia bersyukur karena majikannya begitu baik hati. Mereka terus berjalan, menikmati suasana pusat perbelanjaan yang ramai hingga lelah mulai melanda. Lila melirik jam tangannya. “Kita makan siang du

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    226. Sebuah Kesadaran

    "Halo, Sayang," sapa Sean dengan nada lembut yang jarang Bella dengar. Bella langsung tahu bahwa panggilan itu untuk Lila, istrinya. Bella mencoba terlihat sibuk dengan catatannya, tetapi telinganya menangkap setiap kata. "Aku baru baca pesanmu," lanjut Sean. "Kamu mau keluar rumah untuk belanja? Apa saja yang belum terbeli?" Bella menahan napas. Bukan hanya jarang menunjukkan sisi lembut yang seperti itu di kantor, tetapi Sean juga tidak pernah menunjukkan perhatian kepada Lila sebelumnya. "Dengan siapa kamu pergi?" tanya Sean lagi, nadanya berubah sedikit tegang. Jawaban Lila tentu tidak terdengar oleh Bella, tetapi Sean menganggukkan kepala. "Bi Siti?" gumam Sean pelan. "Baiklah, tapi hati-hati, ya. Aku sebenarnya ingin menemani, tapi ..." Sean melirik jam tangannya, wajahnya menunjukkan rasa frustrasi. "Kamu tahu jadwal kerjaku masih padat sampai hari cuti," lanjutnya dengan nada berat. "Sering-sering kasih kabar, ya? Kalau bisa, jangan terlalu lama di luar." Bella meliha

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    225. Halo Sayang

    Sean melangkah masuk ke kantornya dengan langkah tegas seperti biasa, tetapi matanya segera menyapu ruangan resepsionis. Bella, sekretaris pribadinya yang selalu sigap menyambutnya di pagi hari, tidak terlihat di tempat. Alisnya berkerut. “Bella belum datang?” tanyanya pada salah satu staf yang sedang sibuk di meja depan. Staf itu mendongak dengan sedikit ragu, “Sepertinya belum, Pak. Saya belum melihatnya sejak pagi.” “Kalau Bella sudah datang, suruh dia langsung ke ruangan saya,” perintah Sean singkat, tetapi sarat otoritas. “Baik, Pak,” jawab Staf itu sambil mengangguk patuh. Sean melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya. Pikirannya berusaha mengabaikan ketidakhadiran Bella, lalu membenamkan diri dalam tumpukan berkas yang harus segera ditinjau dan ditandatangani. Pena di tangannya bergerak cepat, matanya tajam meneliti setiap detail dokumen. Sesekali dia menghela napas panjang, mencoba menjaga fokus. Setelah beberapa saat, suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. S

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    224. Bersaing untuk Pria yang Sama

    Pagi itu, Sean tampak lebih tenang. Tetapi sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah justru bertingkah seperti anak kecil yang manja di hadapan Lila.Berdiri saling berhadapan, Sean menatap istrinya dengan senyum jahil. Pandangannya tidak pernah absen dari wajah Lila yang sibuk merapikan kemejanya.“Sean, jangan bergerak,” tegur Lila sambil berusaha memasang dasi suaminya. Namun, Sean malah menyelipkan kedua tangannya di pinggang Lila, menariknya mendekat dengan gaya bercanda.“Sean! Apa yang kau lakukan?” Lila mengerutkan dahi, mencoba menjaga fokusnya. Namun, Sean hanya terkekeh, wajahnya tampak puas.“Aku hanya ingin memeluk istriku. Salahkah aku?” goda Sean, matanya berbinar. Lila mendesah keras, mencoba melepaskan tangan Sean dari pinggangnya.Saat Lila berhasil melonggarkan dasi yang terlipat, Sean tiba-tiba mencoba mencuri ciuman. Lila mendelik, lalu dengan refleks memukul dada Sean.“Sean! Jangan seperti ini, kau sudah terlambat!

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    223. Korban yang Paling Menderita

    Lila mendengus kasar, mengembuskan napas berat seperti mencoba menyingkirkan emosi yang menggelayut. Sorot matanya yang tajam kini meredup, menyisakan lelah yang tak tertahankan. Ia menatap Sean sekilas, namun dengan cepat memutus kontak mata.Tak ada gunanya, pikir Lila. pembicaraan ini hanya akan berputar-putar tanpa arah hingga membuatnya enggan untuk melanjutkan. Pembicaraan mereka malam ini sepertinya tidak akan mencapai titik temu dengan mudah, akhirnya Lila memutuskan untuk mengabaikan Sean dan mengistirahatkan tubuhnya.Dengan sedikit kepayahan, Lila menggeser tubuhnya. Tangannya meraih selimut yang terlipat rapi di tepi ranjang, lalu menariknya hingga menutupi tubuh. Ia membelakangi Sean, mengisyaratkan akhir dari percakapan“Lil!” Sean memanggil, suaranya menggema dalam kamar yang sunyi.Meskipun belum tidur, tetapi Lila tidak menyahut panggilan Sean. Napasnya terdengar berat, tetapi tak ada sepatah kata pun yang keluarEntah mengapa tiba-tiba Lila merasa ada gejolak amarah.

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    222. Tidak Mudah Membuat Semua Bahagia

    Lila menatap Sean dengan sorot mata yang penuh tanya, tetapi juga lelah. Pertanyaan itu menggelitik pikirannya, membawanya pada labirin yang penuh dengan misteri keluarga Sean."Kenapa kau menanyakan itu padaku? Aku hanya menantu, Sean. Aku bahkan tidak tahu banyak tentang masa lalu keluargamu. Itu urusan kalian. Aku merasa tidak punya hak untuk ikut campur terlalu dalam."Sean menggeleng pelan. "Karena mama membutuhkan dirimu untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.”Lila mengusap perutnya yang mulai membuncit. Gerakannya lembut, seperti sedang melindungi sesuatu yang paling berharga di dunia. Sean menyusul, meletakkan tangannya di atas tangan istrinya. Sentuhan itu hangat, tapi juga penuh dengan kekhawatiran.Bayi kecil mereka, yang bahkan belum sempat melihat dunia, sudah harus terlibat dalam pusaran ambisi dan perebutan harta.Pikiran Lila berputar pada Mahendra Securitas, perusahaan yang dulu ia kenal dengan baik. Sebagai mantan karyawan, ia tahu betul betapa besar nilai as

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    221. Pembicaraan Penting

    Selo Ardi menatap Sean dengan alis terangkat, senyum tipis menghiasi wajahnya.“Biro jasaku tidak menyediakan sekretaris. Adanya tukang pukul,” ujar Selo Ardi sembari tertawa kecil. Tetapi, matanya menyiratkan rasa ingin tahu yang tak bisa dia sembunyikan.Sean menghela napas panjang. Wajahnya terlihat sangat serius. "Saya tahu itu, tapi aku tidak butuh seorang sekretaris secara spesifik. Tapi lebih kepada orang yang bisa mengawasi gerak-gerik sekretarisku saat ini.”Selo menyandarkan tubuhnya ke kursi, tatapannya tak lepas dari Sean. “Ada apa dengan sekretarismu? Jangan bilang dia mencoba mengambil alih perusahaanmu?” candanya, meski nada suaranya mengandung keseriusan.Sean menggeleng pelan. “Tidak sejauh itu. Tapi ...”Sean menggantungkan kalimatnya, menatap jauh ke jendela ruangan. “Entah ini kecurigaan atau hanya kecemburuan. Lila, istriku, merasa sekretarisku sedang mencoba menjebakku dalam sebuah skandal.”Selo menyipitkan mata, mencoba membaca situasi. “Skandal seperti apa?”S

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    220. Diusir

    Di hari biasa, Bi Siti akan langsung mengarahkan Vicky untuk langsung menuju ke ruang gym, tetapi kali ini karena Lila tidak berpesan apa pun, Vicky harus menunggu di ruang tamu. Vicky langsung berdiri saat melihat Lila memasuki ruang tamu dengan Sean yang mengekor di belakangnya. Tidak bisa dipungkiri, bertemu Sean adalah niat utama Vicky mendatangi rumah tersebut, setelah mendapat informasi jika Sean tidak bekerja akhir pekan ini. “Hai Vicky!” Lila berusaha tetap ramah, meskipun kedatangan Vicky yang tiba-tiba sangat mengganggunya. “Apa ada masalah?” Sebenarnya Lila hendak duduk, tetapi tangan Sean tiba-tiba melingkar di pinggangnya seolah tidak mengizinkannya duduk. Karena Lila dan Sean yang tetap berdiri, bahkan tidak ada tanda jika dirinya akan dipersilahkan duduk, Vicky pun langsung mengungkap maksud kedatangannya. “Karena jadwal senam yang kemarin tertunda, jadi saya bermaksud untuk menggantinya hari ini,” ucap Vicky dengan seulas senyum di bibirnya. Vicky berusaha untuk

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    219. Rasa Iri Lila

    Akhirnya Sean bisa bernapas lega, semua pekerjaan dan urusan yang menumpuk berhasil diselesaikan. Sehingga di akhir pekan ini dia bisa menghabiskan waktu bersama Lila.Mereka memutuskan untuk tinggal di rumah saja, menikmati momen tenang sambil menyiapkan kamar putra pertama mereka yang sebentar lagi akan lahir.Kamar bayi mereka terlihat rapi dengan nuansa biru yang lembut. Dindingnya dihiasi mural bertema luar angkasa, gambar planet-planet yang berwarna pastel, bintang-bintang kecil yang bersinar lembut, dan sebuah roket mungil yang tampak terbang menuju galaksi jauh.Langit-langitnya dicat dengan warna biru gelap, dihiasi bintang-bintang fosfor yang akan bersinar dalam gelap, memberikan kesan magis saat malam tiba.Sean tersenyum puas saat menata tempat tidur bayi berbentuk bulat yang sudah dikelilingi oleh pelindung lembut bergambar awan. Di sudut kamar, ada rak kecil yang sudah diisi buku-buku cerita bertema angkasa, mainan edukatif, dan boneka berbentuk astronaut.“Bagaimana, ka

DMCA.com Protection Status