Share

105. Hanya Ingin Menyapa

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 10:32:08

“Bagiku kehamilan ini adalah anugerah. Tapi jika kau memang tidak menghendakinya, biarkan aku pergi!” Lila mengakhir kalimat lalu menyeka air mata, hatinya pedih saat merasakan jika Sean menolak kehadiran anaknya. “Aku tidak akan mengganggumu lagi.”

Lila ingin menghindar dari Sean yang semakin mendekat, tetapi tubuh besar Sean sudah menutup pergerakannya.

Sean terlihat sangat murka dengan sikap keras kepala yang ditunjukkan oleh Lila. “Kau tidak tahu ancaman apa yang ada yang di luar sana yang sedang menantimu.”

Melihat amarah Sean, membuat Lila kembali teringat dengan kekerasan yang pernah dia terima. “Kau lebih menakutkan bagiku.” Lila mendorong tubuh tubuh tegap Sean agar menjauh darinya.

Tampaknya Sean tidak peduli dengan ketakutan yang dialami Lila, dia pun semakin mendekat dan mengungkung tubuh Lila. “Apa yang kau takutkan?”

Tidak ada jawaban, hanya deru napas memburu penuh ketakutan. Tetapi tiba-tiba berubah menjadi desahan yang memanjakan telinga, saat ternyata tangan Sean sud
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Michellyn
semoga lps ni sean akan lebih manis sma lila, kasar melulu seolah lila tahananya
goodnovel comment avatar
Nona
Wah saya bertanya2 masalah besar apa yg terjadi di masa lalu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    106. Terpesona

    Dering ponsel yang berada di atas nakas membangunkan Lila dari tidurnya. Dengan mata yang belum terbuka sempurna Lila mencoba meraih ponselnya yang terus meraung-raung. Seolah panggilan penting yang harus segera mendapatkan jawab. Lila tampak kesusahan untuk bergerak, bukan hanya karena perutnya yang membesar, tetapi lengan Sean yang melingkar di tubuhnya mempersulit pergerakannya. Saat Lila akan menyingkirkan lengan Sean, lelaki yang kini kembali berstatus seuami itu justru semakin mengeratkan tangannya. Setelah dengan sedikit perjuangan akhirnya Lila bisa meraih ponselnya, nama Nadya terpampang jelas di layar ponselnya. Dengan posisi telentang yang terlihat masih mengantuk, Lila menekan tombol jawab. Lila mengangkat panggilan itu menyapa sahabatnya dengan suaranya yang terdengar serak. "Halo, Nad?" "Lila! Aku sudah di depan apartemenmu. Ada hal penting yang belum sempat kita bicarakan kemarin!" Suara Nadya terdengar ceria namun penuh tuntutan, membuat Lila langsung terjaga. "Oh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    107. Gangguan

    Nadya tersenyum kaku, kemudian berkata dengan nada canggung, “Maaf … Aku tidak tahu kalau aku mengganggu. Mungkin lebih baik aku pamit sekarang…” Namun, sebelum Nadya sempat bergerak lebih jauh, Sean dengan sigap menahannya. “O ya, sebelum pergi ….” Ujar Sean dengan nada tegas tidak ada kesan ingin menghalangi, matanya pun menatap langsung ke arah Nadya. “Aku tidak ingin ada salah paham di sini. Jadi biar aku jelaskan, aku dan Lila sudah rujuk. Kami sedang berusaha memperbaiki rumah tangga kami.” Nadya tampak terkejut, matanya berpindah-pindah antara Sean dan Lila, mencari kepastian. Sementara itu, Lila menundukkan wajahnya, merasa sedikit canggung dengan cara Sean mengumumkan hubungan mereka. “Dan, satu hal lagi,” lanjut Sean dengan arogan, “Lila akan segera mengirimkan surat pengunduran dirinya dari Mahendra Securitas. Dia tidak lagi bekerja di sana, mulai saat ini kami akan memprioritaskan anak kami.” Nadya mencoba untuk tetap tersenyum, meskipun terlihat jelas bahwa informasi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    108. Tidak Ada Cinta yang Tulus

    Saat berjalan menyusuri lorong apartemen, Nadya melirik Rangga dengan rasa ingin tahu yang jelas terpancar di wajahnya. Dia berusaha menyusun pertanyaan tanpa terlihat terlalu ingin tahu, namun rasa penasarannya sulit disembunyikan.“Kamu sudah lama bekerja dengan Sean?” tanyanya santai, seolah ingin memulai obrolan ringan.“Kenalan dulu, Mbak,” sahut Rangga sambil mengulurkan tangannya. “Rangga,” ucap Rangga saat Nadya menjabat tangannya.“Nadya,” sahut Nadya menyebutkan Namanya.“O ya, tadi Mbak Nadya tanya apa?”“Panggil Nadya saja!” Nadya berusaha mengakrabkan dirinya. “Kamu sudah lama bekerja dengan Sean?” Nadya mengulangi pertanyaan yang belum sempat mendapat jawaban.Rangga mengangguk sambil tetap fokus pada langkahnya. “Ya, sejak kuliah saya sudah magang di perusahaan Pak Sean,” jawab Rangga apa adanya.Nadya tersenyum kecil, tidak menyerah begitu saja. “Hubungan Sean dan Lila … unik ya? Mereka terlihat seperti dua kutub yang berbeda. Apa Sean memang selalu seperti itu?”Nadya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    109. Ambisi dan Obsesi

    Setelah Sean pergi, Lila menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya di tengah keheningan apartemen. Mengingat pesan Sean untuk tidak keluar, dia memutuskan untuk memanfaatkan waktu dengan hal yang produktif.Setelah selesai berdandan, Lila menyalakan kamera ponselnya dan mulai mengatur posisi, memastikan pencahayaan yang cukup.“Selamat datang di channel saya,” ucap Lila pelan, senyum kecil muncul di wajahnya. Dia tampak sudah mulai terbiasa bicara di depan kamera, seolah ada teman yang mendengarkan meskipun sebenarnya sedang sendirian."Untuk video kali ini, saya ingin berbicara tentang tips menghindari pengeluaran yang sering kali tidak kita sadari, atau istilahnya 'bocor halus' dalam keuangan." Lila membuka topik dengan suara lembut dan tenang.Dia melanjutkan, "Pertama, selalu periksa tagihan bulanan. Seringkali kita punya langganan yang sebenarnya tidak kita butuhkan atau jarang kita pakai. Misalnya, layanan streaming atau aplikasi berbayar yang sudah tidak digunakan. Pot

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    110. Bukankah Kau Mandul?

    Sean melangkah cepat menuju ruang kerjanya, ekspresi wajahnya masih menyiratkan amarah yang belum sepenuhnya reda. Di depan pintu, Bella sudah menunggunya dengan wajah masam, tampaknya sesuatu yang terjadi sebelumnya. Namun, Sean tak memperdulikannya, tetapi dia tetap menghampiri sekretarisnya tersebut karena ada hal penting yang tidak bisa diabaikan."Jadwal saya hari ini, Bella," ujar Sean dengan nada datar, tanpa basa-basi.Bella mengambil tablet di tangannya dan mulai membacakan jadwal Sean. "Pukul sepuluh ada pertemuan dengan klien dari Tokyo. Kemudian, makan siang bersama Miranda di restoran baru yang dibuka di pusat kota. Sore hari, ada rapat dengan dewan direksi terkait laporan keuangan kuartal terakhir."Sean mendengarkan tanpa reaksi berarti, meskipun sedikit mengerutkan dahi saat nama Miranda disebut. Bella berhenti sejenak, seakan menunggu komentar atau instruksi lebih lanjut dari Sean. Namun, Sean hanya mengangguk dan kembali memusatkan perhatian pada dokumen di hadapanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    111. Akhir Sebuah Hubungan

    “Aku yakin anak yang dikandung Lila saat ini bukan anakmu, Sean. Bagaimana mungkin Lila bisa hamil anakmu, jika kamu mandul?”Miranda mencoba menyanggah dan meyakinkan Sean tentang anak yang dikandung Lila. Persiapan pertunangan mereka sudah cukup jauh. Sang papa juga sangat mengantung masa depan keluarga pada pernikahan mereka berdua.Sean tidak langsung menjawab. Dia menarik napas panjang, berusaha keras menemukan kata yang tepat untuk menjelaskan keadaan ini pada Miranda, meskipun ia tahu apa pun yang ia katakan tak akan meredakan luka di hati wanita di hadapannya.Sean sadar keputusan rujuk dengan Lila begitu menyakitkan bagi Miranda. Dia hanya berharap penjelasannya tidak akan semakin memperparah perasaan Miranda yang kini terguncang.“Aku tidak pernah mengatakan kalau aku mandul,” jawab Sean dengan nada tenang namun dingin, sengaja menahan emosinya. “Aku memang mengatakan ada masalah, tapi itu bukan masalah kesuburan.”“Kalau bukan masalah kesuburan, lalu apa? Bagaimana mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    112. Menjadi Ayah yang Dibanggakan

    Bella memperhatikan peristiwa itu dari kejauhan. Dia melihat Miranda keluar dengan air mata di pipi dan wajah yang menyiratkan kesedihan mendalam.Diam-diam, Bella merasa ada harapan baru. Jika Miranda sudah tersingkir dari hidup Sean, mungkin kini ada kesempatan baginya untuk mendekati pria yang selama ini dia kagumi secara diam-diam.Dengan semangat baru, Bella bersiap menunggu kesempatan untuk bicara dengan Sean. Namun, tepat saat dia hendak mendekat, dia melihat Rangga berjalan melewatinya dengan membawa beberapa kotak susu. Rangga melangkah cepat menuju ruangan Sean, tetapi Bella berhasil menghentikannya di lorong.“Rangga,” panggil Bella dengan senyum ramah. “Untuk siapa susu itu?” tanyanya sambil melirik kotak-kotak di tangan Rangga yang dia ketahui brand ternama untuk produk susu ibu hamil.Rangga menoleh, sedikit terkejut, tapi kemudian tersenyum tipis. “Ini untuk Bu Lila,” jawab Rangga singkat.Mendengar jawaban itu, senyum Bella perlahan memudar, tergantikan oleh keterkejut

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    113. Awal Perubahan Besar

    Dengan sokongan dana yang melimpah dari Sekar dan kelihaian Andika dalam berbisnis, perusahaan yang didirikan Andika telah berkembang pesat dalam waktu singkat, menjadi kekuatan baru di bidang investasi.Kesuksesan itu membuat Andika dan Sekar bisa mengangkat kepala saat berada di tengah-tengah keluarga besar Wismoyojati. Seperti dalam acara keluarga yang digelar di sebuah hotel mewah malam ini.Acara keluarga besar Wismoyojati digelar meriah di aula sebuah hotel mewah, penuh dengan para pengusaha properti ternama. Sekar berdiri di samping Andika, memperhatikan suaminya yang kini tampak begitu elegan dan percaya diri dalam setelan jas hitam yang rapi. Semua orang menghormatinya, bahkan yang dahulu memandang sebelah mata.Andika melangkah dengan tenang, menyapa para kerabat dengan senyum yang penuh percaya diri. Saat dia memasuki lingkaran para pengusaha senior, termasuk beberapa yang memiliki pengaruh besar di bidang properti, Andika mulai berbicara tentang perusahaan sekuritasnya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    228. Yang Hilang

    Bella terlihat sudah siap untuk pulang kantor. Namun sebelum meninggalkan gedung, dia menghampiri ruang kerja Sean terlebih dahulu, seolah ingin memastikan sesuatu. Dengan langkah ragu, dia mengetuk pintu dan masuk setelah mendengar izin.“Pak Sean, apakah benar Bapak akan lembur malam ini?” tanya Bella sambil berdiri di dekat pintu. “Jika ada yang bisa saya bantu, mungkin menyiapkan beberapa berkas atau pesan makan malam, tolong beri tahu saya.”Sean mengangkat wajahnya dari layar komputer, menatap Bella sekilas sebelum menjawab, “Tidak perlu. Semua sudah bisa saya tangani sendiri.”Bella tersenyum tipis, lalu berkata dengan hati-hati, “Mungkin Pak Sean bisa pertimbangkan makan malam dulu, agar tetap fit. Saya bisa pesan makanan favorit Pak Sean.”Sean menghela napas pendek, mengingat makan siang pesanan Bella sebelumnya yang membuatnya harus tetap waspada. Apalagi setelah ini dia akan sendirian di kantor, jika sampai Bella melanjutkan rencananya, tidak mudah bagi Sean untuk melepask

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    227. Sumber kebahagiaan

    Lila melangkah di sepanjang lorong pusat perbelanjaan, senyum lebar menghiasi wajahnya. Sejak kehamilannya, momen seperti ini jarang terjadi. Langkahnya ringan, seolah seluruh beban yang selama ini menghimpit telah terangkat. Di sampingnya, Bi Siti membawa beberapa kantong belanjaan sambil tertawa kecil, dipenuhi kegembiraan. Hanya sekedar menemani belanja saja Bi Siti mendapat banyak hadiah yang tidak terduga dari Lila. Wajah wanita paruh baya itu cerah, seperti tak percaya nasib baik hari ini. “Bi, pilih apa saja yang Bi Siti suka,” ucap Lila sambil menunjuk deretan toko di sekeliling mereka. Suaranya hangat, penuh ketulusan. “Ah, Mbak Lila, ini saja sudah terlalu banyak,” jawab Bi Siti. Namun, matanya berbinar-binar menatap tas dan baju baru yang telah dibelikan untuknya. Dalam hati, ia bersyukur karena majikannya begitu baik hati. Mereka terus berjalan, menikmati suasana pusat perbelanjaan yang ramai hingga lelah mulai melanda. Lila melirik jam tangannya. “Kita makan siang du

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    226. Sebuah Kesadaran

    "Halo, Sayang," sapa Sean dengan nada lembut yang jarang Bella dengar. Bella langsung tahu bahwa panggilan itu untuk Lila, istrinya. Bella mencoba terlihat sibuk dengan catatannya, tetapi telinganya menangkap setiap kata. "Aku baru baca pesanmu," lanjut Sean. "Kamu mau keluar rumah untuk belanja? Apa saja yang belum terbeli?" Bella menahan napas. Bukan hanya jarang menunjukkan sisi lembut yang seperti itu di kantor, tetapi Sean juga tidak pernah menunjukkan perhatian kepada Lila sebelumnya. "Dengan siapa kamu pergi?" tanya Sean lagi, nadanya berubah sedikit tegang. Jawaban Lila tentu tidak terdengar oleh Bella, tetapi Sean menganggukkan kepala. "Bi Siti?" gumam Sean pelan. "Baiklah, tapi hati-hati, ya. Aku sebenarnya ingin menemani, tapi ..." Sean melirik jam tangannya, wajahnya menunjukkan rasa frustrasi. "Kamu tahu jadwal kerjaku masih padat sampai hari cuti," lanjutnya dengan nada berat. "Sering-sering kasih kabar, ya? Kalau bisa, jangan terlalu lama di luar." Bella meliha

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    225. Halo Sayang

    Sean melangkah masuk ke kantornya dengan langkah tegas seperti biasa, tetapi matanya segera menyapu ruangan resepsionis. Bella, sekretaris pribadinya yang selalu sigap menyambutnya di pagi hari, tidak terlihat di tempat. Alisnya berkerut. “Bella belum datang?” tanyanya pada salah satu staf yang sedang sibuk di meja depan. Staf itu mendongak dengan sedikit ragu, “Sepertinya belum, Pak. Saya belum melihatnya sejak pagi.” “Kalau Bella sudah datang, suruh dia langsung ke ruangan saya,” perintah Sean singkat, tetapi sarat otoritas. “Baik, Pak,” jawab Staf itu sambil mengangguk patuh. Sean melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya. Pikirannya berusaha mengabaikan ketidakhadiran Bella, lalu membenamkan diri dalam tumpukan berkas yang harus segera ditinjau dan ditandatangani. Pena di tangannya bergerak cepat, matanya tajam meneliti setiap detail dokumen. Sesekali dia menghela napas panjang, mencoba menjaga fokus. Setelah beberapa saat, suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. S

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    224. Bersaing untuk Pria yang Sama

    Pagi itu, Sean tampak lebih tenang. Tetapi sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah justru bertingkah seperti anak kecil yang manja di hadapan Lila.Berdiri saling berhadapan, Sean menatap istrinya dengan senyum jahil. Pandangannya tidak pernah absen dari wajah Lila yang sibuk merapikan kemejanya.“Sean, jangan bergerak,” tegur Lila sambil berusaha memasang dasi suaminya. Namun, Sean malah menyelipkan kedua tangannya di pinggang Lila, menariknya mendekat dengan gaya bercanda.“Sean! Apa yang kau lakukan?” Lila mengerutkan dahi, mencoba menjaga fokusnya. Namun, Sean hanya terkekeh, wajahnya tampak puas.“Aku hanya ingin memeluk istriku. Salahkah aku?” goda Sean, matanya berbinar. Lila mendesah keras, mencoba melepaskan tangan Sean dari pinggangnya.Saat Lila berhasil melonggarkan dasi yang terlipat, Sean tiba-tiba mencoba mencuri ciuman. Lila mendelik, lalu dengan refleks memukul dada Sean.“Sean! Jangan seperti ini, kau sudah terlambat!

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    223. Korban yang Paling Menderita

    Lila mendengus kasar, mengembuskan napas berat seperti mencoba menyingkirkan emosi yang menggelayut. Sorot matanya yang tajam kini meredup, menyisakan lelah yang tak tertahankan. Ia menatap Sean sekilas, namun dengan cepat memutus kontak mata.Tak ada gunanya, pikir Lila. pembicaraan ini hanya akan berputar-putar tanpa arah hingga membuatnya enggan untuk melanjutkan. Pembicaraan mereka malam ini sepertinya tidak akan mencapai titik temu dengan mudah, akhirnya Lila memutuskan untuk mengabaikan Sean dan mengistirahatkan tubuhnya.Dengan sedikit kepayahan, Lila menggeser tubuhnya. Tangannya meraih selimut yang terlipat rapi di tepi ranjang, lalu menariknya hingga menutupi tubuh. Ia membelakangi Sean, mengisyaratkan akhir dari percakapan“Lil!” Sean memanggil, suaranya menggema dalam kamar yang sunyi.Meskipun belum tidur, tetapi Lila tidak menyahut panggilan Sean. Napasnya terdengar berat, tetapi tak ada sepatah kata pun yang keluarEntah mengapa tiba-tiba Lila merasa ada gejolak amarah.

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    222. Tidak Mudah Membuat Semua Bahagia

    Lila menatap Sean dengan sorot mata yang penuh tanya, tetapi juga lelah. Pertanyaan itu menggelitik pikirannya, membawanya pada labirin yang penuh dengan misteri keluarga Sean."Kenapa kau menanyakan itu padaku? Aku hanya menantu, Sean. Aku bahkan tidak tahu banyak tentang masa lalu keluargamu. Itu urusan kalian. Aku merasa tidak punya hak untuk ikut campur terlalu dalam."Sean menggeleng pelan. "Karena mama membutuhkan dirimu untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.”Lila mengusap perutnya yang mulai membuncit. Gerakannya lembut, seperti sedang melindungi sesuatu yang paling berharga di dunia. Sean menyusul, meletakkan tangannya di atas tangan istrinya. Sentuhan itu hangat, tapi juga penuh dengan kekhawatiran.Bayi kecil mereka, yang bahkan belum sempat melihat dunia, sudah harus terlibat dalam pusaran ambisi dan perebutan harta.Pikiran Lila berputar pada Mahendra Securitas, perusahaan yang dulu ia kenal dengan baik. Sebagai mantan karyawan, ia tahu betul betapa besar nilai as

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    221. Pembicaraan Penting

    Selo Ardi menatap Sean dengan alis terangkat, senyum tipis menghiasi wajahnya.“Biro jasaku tidak menyediakan sekretaris. Adanya tukang pukul,” ujar Selo Ardi sembari tertawa kecil. Tetapi, matanya menyiratkan rasa ingin tahu yang tak bisa dia sembunyikan.Sean menghela napas panjang. Wajahnya terlihat sangat serius. "Saya tahu itu, tapi aku tidak butuh seorang sekretaris secara spesifik. Tapi lebih kepada orang yang bisa mengawasi gerak-gerik sekretarisku saat ini.”Selo menyandarkan tubuhnya ke kursi, tatapannya tak lepas dari Sean. “Ada apa dengan sekretarismu? Jangan bilang dia mencoba mengambil alih perusahaanmu?” candanya, meski nada suaranya mengandung keseriusan.Sean menggeleng pelan. “Tidak sejauh itu. Tapi ...”Sean menggantungkan kalimatnya, menatap jauh ke jendela ruangan. “Entah ini kecurigaan atau hanya kecemburuan. Lila, istriku, merasa sekretarisku sedang mencoba menjebakku dalam sebuah skandal.”Selo menyipitkan mata, mencoba membaca situasi. “Skandal seperti apa?”S

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    220. Diusir

    Di hari biasa, Bi Siti akan langsung mengarahkan Vicky untuk langsung menuju ke ruang gym, tetapi kali ini karena Lila tidak berpesan apa pun, Vicky harus menunggu di ruang tamu. Vicky langsung berdiri saat melihat Lila memasuki ruang tamu dengan Sean yang mengekor di belakangnya. Tidak bisa dipungkiri, bertemu Sean adalah niat utama Vicky mendatangi rumah tersebut, setelah mendapat informasi jika Sean tidak bekerja akhir pekan ini. “Hai Vicky!” Lila berusaha tetap ramah, meskipun kedatangan Vicky yang tiba-tiba sangat mengganggunya. “Apa ada masalah?” Sebenarnya Lila hendak duduk, tetapi tangan Sean tiba-tiba melingkar di pinggangnya seolah tidak mengizinkannya duduk. Karena Lila dan Sean yang tetap berdiri, bahkan tidak ada tanda jika dirinya akan dipersilahkan duduk, Vicky pun langsung mengungkap maksud kedatangannya. “Karena jadwal senam yang kemarin tertunda, jadi saya bermaksud untuk menggantinya hari ini,” ucap Vicky dengan seulas senyum di bibirnya. Vicky berusaha untuk

DMCA.com Protection Status