Share

110. Bukankah Kau Mandul?

last update Last Updated: 2024-11-10 14:09:59

Sean melangkah cepat menuju ruang kerjanya, ekspresi wajahnya masih menyiratkan amarah yang belum sepenuhnya reda. Di depan pintu, Bella sudah menunggunya dengan wajah masam, tampaknya sesuatu yang terjadi sebelumnya. Namun, Sean tak memperdulikannya, tetapi dia tetap menghampiri sekretarisnya tersebut karena ada hal penting yang tidak bisa diabaikan.

"Jadwal saya hari ini, Bella," ujar Sean dengan nada datar, tanpa basa-basi.

Bella mengambil tablet di tangannya dan mulai membacakan jadwal Sean. "Pukul sepuluh ada pertemuan dengan klien dari Tokyo. Kemudian, makan siang bersama Miranda di restoran baru yang dibuka di pusat kota. Sore hari, ada rapat dengan dewan direksi terkait laporan keuangan kuartal terakhir."

Sean mendengarkan tanpa reaksi berarti, meskipun sedikit mengerutkan dahi saat nama Miranda disebut. Bella berhenti sejenak, seakan menunggu komentar atau instruksi lebih lanjut dari Sean. Namun, Sean hanya mengangguk dan kembali memusatkan perhatian pada dokumen di hadapanny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Amalia Rita
kelanjutannya kapan???
goodnovel comment avatar
Nona
Kasihan Miranda,tp bagaimanapun Sean hrs melindungi anaknya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    111. Akhir Sebuah Hubungan

    “Aku yakin anak yang dikandung Lila saat ini bukan anakmu, Sean. Bagaimana mungkin Lila bisa hamil anakmu, jika kamu mandul?”Miranda mencoba menyanggah dan meyakinkan Sean tentang anak yang dikandung Lila. Persiapan pertunangan mereka sudah cukup jauh. Sang papa juga sangat mengantung masa depan keluarga pada pernikahan mereka berdua.Sean tidak langsung menjawab. Dia menarik napas panjang, berusaha keras menemukan kata yang tepat untuk menjelaskan keadaan ini pada Miranda, meskipun ia tahu apa pun yang ia katakan tak akan meredakan luka di hati wanita di hadapannya.Sean sadar keputusan rujuk dengan Lila begitu menyakitkan bagi Miranda. Dia hanya berharap penjelasannya tidak akan semakin memperparah perasaan Miranda yang kini terguncang.“Aku tidak pernah mengatakan kalau aku mandul,” jawab Sean dengan nada tenang namun dingin, sengaja menahan emosinya. “Aku memang mengatakan ada masalah, tapi itu bukan masalah kesuburan.”“Kalau bukan masalah kesuburan, lalu apa? Bagaimana mungkin

    Last Updated : 2024-11-11
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    112. Menjadi Ayah yang Dibanggakan

    Bella memperhatikan peristiwa itu dari kejauhan. Dia melihat Miranda keluar dengan air mata di pipi dan wajah yang menyiratkan kesedihan mendalam.Diam-diam, Bella merasa ada harapan baru. Jika Miranda sudah tersingkir dari hidup Sean, mungkin kini ada kesempatan baginya untuk mendekati pria yang selama ini dia kagumi secara diam-diam.Dengan semangat baru, Bella bersiap menunggu kesempatan untuk bicara dengan Sean. Namun, tepat saat dia hendak mendekat, dia melihat Rangga berjalan melewatinya dengan membawa beberapa kotak susu. Rangga melangkah cepat menuju ruangan Sean, tetapi Bella berhasil menghentikannya di lorong.“Rangga,” panggil Bella dengan senyum ramah. “Untuk siapa susu itu?” tanyanya sambil melirik kotak-kotak di tangan Rangga yang dia ketahui brand ternama untuk produk susu ibu hamil.Rangga menoleh, sedikit terkejut, tapi kemudian tersenyum tipis. “Ini untuk Bu Lila,” jawab Rangga singkat.Mendengar jawaban itu, senyum Bella perlahan memudar, tergantikan oleh keterkejut

    Last Updated : 2024-11-11
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    113. Awal Perubahan Besar

    Dengan sokongan dana yang melimpah dari Sekar dan kelihaian Andika dalam berbisnis, perusahaan yang didirikan Andika telah berkembang pesat dalam waktu singkat, menjadi kekuatan baru di bidang investasi.Kesuksesan itu membuat Andika dan Sekar bisa mengangkat kepala saat berada di tengah-tengah keluarga besar Wismoyojati. Seperti dalam acara keluarga yang digelar di sebuah hotel mewah malam ini.Acara keluarga besar Wismoyojati digelar meriah di aula sebuah hotel mewah, penuh dengan para pengusaha properti ternama. Sekar berdiri di samping Andika, memperhatikan suaminya yang kini tampak begitu elegan dan percaya diri dalam setelan jas hitam yang rapi. Semua orang menghormatinya, bahkan yang dahulu memandang sebelah mata.Andika melangkah dengan tenang, menyapa para kerabat dengan senyum yang penuh percaya diri. Saat dia memasuki lingkaran para pengusaha senior, termasuk beberapa yang memiliki pengaruh besar di bidang properti, Andika mulai berbicara tentang perusahaan sekuritasnya d

    Last Updated : 2024-11-11
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    114. Kebahagiaan dalam Hubungan Rahasia

    Seperti yang sering didengar, harta, tahta dan wanita akan menjadi ujian berat bagi seorang pria. Setelah sukses dalam bisnis dan memiliki posisi yang mentereng, kini Andika dihadapkan pada pesona gadis lugu yang membuatnya merasa menjadi seorang lelaki sejati.Sebagai seorang istri, Sekar memang mengabdi dengan tulus. Tetapi segala kelebihan yang dia miliki membuat Andika sering merasa rendah diri dihadapan perempuan yang telah memberinya seorang putra tersebut. Jauh berbeda saat berada berasama Risda, gadis itu membuatnya merasa begitu dominan dan dibutuhkan.Tanpa berpikir panjang, Andika melangsungkan pernikahan siri dengan Risda, tanpa pengetahuan siapa pun, hanya pihak keluarga Risda saja yang hadir menjadi saksi.Setelah pernikahan yang hanya dengan mengucap kalimat akad tanpa adanya perayaan apa pun, Risda tetap bekerja sebagai office girl di kantor. Pasangan pengantin sembunyi-sembunyi itu memanfaatkan setiap kesempatan untuk bisa saling berdekatan dan memadu kasih, layaknya

    Last Updated : 2024-11-12
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    115. Tamu Pagi Hari

    Sebagai putri tunggal, Sekar adalah satu-satunya penerus bagi perusahaan keluarganya. Meski di tengah kesibukannya, Sekar tetap berusaha melayani Andika, tetapi banyak celah kosong yang tidak bisa dia tutupi. Karena kesibukan Sekar dalam mengelola perusahaan keluarga, hingga tujuh tahun pernikahan Andika dan Risda tidak terendus olehnya.Sekar tersenyum puas melihat Andika dan Sean bercengkerama di ruang keluarga. Andika duduk berhadapan dengan Sean yang baru saja menceritakan pencapaiannya di sekolah. Wajah Andika terlihat penuh rasa bangga, dan Sekar merasa hangat di hatinya melihat suaminya memberikan perhatian begitu besar pada putra semata wayang mereka."Papa bangga sekali sama kamu, Sean. Memenangkan lomba OSN itu bukan hal mudah," ujar Andika sambil mengusap kepala Sean lembut penuh rasa bangga."Terima kasih, Pa. Sean janji akan belajar lebih rajin lagi!" Sean sangat bahagia, matanya berbinar karena pujian dari sang ayah.Sekar memperhatikan interaksi mereka dengan perasaan p

    Last Updated : 2024-11-12
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    116. Seperti Teroris

    Suasana kompleks perumahan yang tenang mendadak gempar pagi itu. Beberapa mobil patroli polisi yang datang memecah keheningan pagi dan menarik perhatian warga yang penasaran Dalam hitungan menit, kerumunan terbentuk di sekitar rumah Risda. Beberapa warga berbisik-bisik, mencoba menebak apa yang terjadi, sementara yang lain mengamati dari balik jendela rumah mereka. Andika dan Risda terlihat bingung dengan kedatangan satu kompi polisi ke rumah mereka. Ekspresi mereka campur aduk antara ketakutan dan kebingungan. Warga yang melihat adegan itu mulai berbisik lebih keras, sebagian malah merekam momen tersebut dengan ponsel mereka, seolah sedang menyaksikan sebuah drama penangkapan teroris. "Ini salah paham!" Risda berteriak panik, suaranya bergetar, dalam situasi seperti ini tiba-tiba perutnya merasa tidak nyaman. "Kami tidak berzina!” Risda tidak terima saat salah seorang polisi mengatakan yang menjadi dasar atas penangkapan tuduhan adanya tindak perzinahan. “Kami sudah menikah sec

    Last Updated : 2024-11-12
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    117. Aset Keluarga

    Di dalam ruang kunjungan yang terdapat di kantor polisi, Andika terlihat begitu kacau saat seorang pria dari pihak rumah sakit menyodorkan sebuah kertas yang harus segera ditandatangai oleh Andika, sebagai persetujuan kepada dokter untuk segera melakukan tindakan medis kepada Risda.Kabar jika Risda mengalami keguguran sudah menghancurkan hati Andika, apalagi harus ditambah berita bahwa dokter meminta persetujuan untuk melakukan pengangkatan rahim Risda membuatnya nyaris tidak sanggup bernapas.Andika menatap surat persetujuan medis di tangannya dengan tangan bergetar saat membubuhkan tanda tangan. Pikirannya berputar, penuh penyesalan dan rasa bersalah."Apa yang sudah aku lakukan ...," gumam Andika pelan, hampir seperti berbisik pada dirinya sendiri.Setelah mendapat tanda tangan dari Andika, pria dari rumah sakit itu segera pergi. Dalam keterpurukan yang begitu dalam, Andika mencoba tetap tegar. Dia harus menemukan jalan keluar dari kekacauan yang sudah dia buat.“Bisakah saya meng

    Last Updated : 2024-11-13
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    118. Penyesalan Terbesar

    Sekar duduk dengan tenang di seberang meja, tatapannya dingin namun penuh ketegasan. Di depannya, Andika memegang surat perjanjian yang baru saja disodorkan Sekar. Ia membaca setiap kata dengan cermat, wajahnya semakin tegang saat sampai di bagian yang merinci konsekuensi atas tindakannya.Andika menghela napas berat, lalu mengusap wajahnya dengan tangan, mencoba meredakan kekalutannya.“Sekar … ini terlalu berat,” ucap Andika dengan suara yang bergetar. “Kau tidak bisa menuntut semuanya begitu saja dalam waktu secepat ini. Berikan aku lebih banyak waktu … aku berjanji akan mengembalikan aset yang kujaminkan, tapi aku butuh waktu.”Sekar tetap tenang, tak sedikit pun tergoyahkan oleh permohonan Andika. “Waktu?” tanyanya dengan nada tajam. “Waktu telah membohongiku, Aku kira dengan berjalannya waktu aku lebih mengenalmu, tetapi ternyata ….” Sekar tidak melanjutkan kalimatnya dan hanya menggelengkan kepala.Andika menundukkan kepala, tahu bahwa Sekar benar. Namun, ia merasa terpojok. “S

    Last Updated : 2024-11-13

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    228. Yang Hilang

    Bella terlihat sudah siap untuk pulang kantor. Namun sebelum meninggalkan gedung, dia menghampiri ruang kerja Sean terlebih dahulu, seolah ingin memastikan sesuatu. Dengan langkah ragu, dia mengetuk pintu dan masuk setelah mendengar izin.“Pak Sean, apakah benar Bapak akan lembur malam ini?” tanya Bella sambil berdiri di dekat pintu. “Jika ada yang bisa saya bantu, mungkin menyiapkan beberapa berkas atau pesan makan malam, tolong beri tahu saya.”Sean mengangkat wajahnya dari layar komputer, menatap Bella sekilas sebelum menjawab, “Tidak perlu. Semua sudah bisa saya tangani sendiri.”Bella tersenyum tipis, lalu berkata dengan hati-hati, “Mungkin Pak Sean bisa pertimbangkan makan malam dulu, agar tetap fit. Saya bisa pesan makanan favorit Pak Sean.”Sean menghela napas pendek, mengingat makan siang pesanan Bella sebelumnya yang membuatnya harus tetap waspada. Apalagi setelah ini dia akan sendirian di kantor, jika sampai Bella melanjutkan rencananya, tidak mudah bagi Sean untuk melepask

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    227. Sumber kebahagiaan

    Lila melangkah di sepanjang lorong pusat perbelanjaan, senyum lebar menghiasi wajahnya. Sejak kehamilannya, momen seperti ini jarang terjadi. Langkahnya ringan, seolah seluruh beban yang selama ini menghimpit telah terangkat. Di sampingnya, Bi Siti membawa beberapa kantong belanjaan sambil tertawa kecil, dipenuhi kegembiraan. Hanya sekedar menemani belanja saja Bi Siti mendapat banyak hadiah yang tidak terduga dari Lila. Wajah wanita paruh baya itu cerah, seperti tak percaya nasib baik hari ini. “Bi, pilih apa saja yang Bi Siti suka,” ucap Lila sambil menunjuk deretan toko di sekeliling mereka. Suaranya hangat, penuh ketulusan. “Ah, Mbak Lila, ini saja sudah terlalu banyak,” jawab Bi Siti. Namun, matanya berbinar-binar menatap tas dan baju baru yang telah dibelikan untuknya. Dalam hati, ia bersyukur karena majikannya begitu baik hati. Mereka terus berjalan, menikmati suasana pusat perbelanjaan yang ramai hingga lelah mulai melanda. Lila melirik jam tangannya. “Kita makan siang du

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    226. Sebuah Kesadaran

    "Halo, Sayang," sapa Sean dengan nada lembut yang jarang Bella dengar. Bella langsung tahu bahwa panggilan itu untuk Lila, istrinya. Bella mencoba terlihat sibuk dengan catatannya, tetapi telinganya menangkap setiap kata. "Aku baru baca pesanmu," lanjut Sean. "Kamu mau keluar rumah untuk belanja? Apa saja yang belum terbeli?" Bella menahan napas. Bukan hanya jarang menunjukkan sisi lembut yang seperti itu di kantor, tetapi Sean juga tidak pernah menunjukkan perhatian kepada Lila sebelumnya. "Dengan siapa kamu pergi?" tanya Sean lagi, nadanya berubah sedikit tegang. Jawaban Lila tentu tidak terdengar oleh Bella, tetapi Sean menganggukkan kepala. "Bi Siti?" gumam Sean pelan. "Baiklah, tapi hati-hati, ya. Aku sebenarnya ingin menemani, tapi ..." Sean melirik jam tangannya, wajahnya menunjukkan rasa frustrasi. "Kamu tahu jadwal kerjaku masih padat sampai hari cuti," lanjutnya dengan nada berat. "Sering-sering kasih kabar, ya? Kalau bisa, jangan terlalu lama di luar." Bella meliha

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    225. Halo Sayang

    Sean melangkah masuk ke kantornya dengan langkah tegas seperti biasa, tetapi matanya segera menyapu ruangan resepsionis. Bella, sekretaris pribadinya yang selalu sigap menyambutnya di pagi hari, tidak terlihat di tempat. Alisnya berkerut. “Bella belum datang?” tanyanya pada salah satu staf yang sedang sibuk di meja depan. Staf itu mendongak dengan sedikit ragu, “Sepertinya belum, Pak. Saya belum melihatnya sejak pagi.” “Kalau Bella sudah datang, suruh dia langsung ke ruangan saya,” perintah Sean singkat, tetapi sarat otoritas. “Baik, Pak,” jawab Staf itu sambil mengangguk patuh. Sean melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya. Pikirannya berusaha mengabaikan ketidakhadiran Bella, lalu membenamkan diri dalam tumpukan berkas yang harus segera ditinjau dan ditandatangani. Pena di tangannya bergerak cepat, matanya tajam meneliti setiap detail dokumen. Sesekali dia menghela napas panjang, mencoba menjaga fokus. Setelah beberapa saat, suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. S

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    224. Bersaing untuk Pria yang Sama

    Pagi itu, Sean tampak lebih tenang. Tetapi sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah justru bertingkah seperti anak kecil yang manja di hadapan Lila.Berdiri saling berhadapan, Sean menatap istrinya dengan senyum jahil. Pandangannya tidak pernah absen dari wajah Lila yang sibuk merapikan kemejanya.“Sean, jangan bergerak,” tegur Lila sambil berusaha memasang dasi suaminya. Namun, Sean malah menyelipkan kedua tangannya di pinggang Lila, menariknya mendekat dengan gaya bercanda.“Sean! Apa yang kau lakukan?” Lila mengerutkan dahi, mencoba menjaga fokusnya. Namun, Sean hanya terkekeh, wajahnya tampak puas.“Aku hanya ingin memeluk istriku. Salahkah aku?” goda Sean, matanya berbinar. Lila mendesah keras, mencoba melepaskan tangan Sean dari pinggangnya.Saat Lila berhasil melonggarkan dasi yang terlipat, Sean tiba-tiba mencoba mencuri ciuman. Lila mendelik, lalu dengan refleks memukul dada Sean.“Sean! Jangan seperti ini, kau sudah terlambat!

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    223. Korban yang Paling Menderita

    Lila mendengus kasar, mengembuskan napas berat seperti mencoba menyingkirkan emosi yang menggelayut. Sorot matanya yang tajam kini meredup, menyisakan lelah yang tak tertahankan. Ia menatap Sean sekilas, namun dengan cepat memutus kontak mata.Tak ada gunanya, pikir Lila. pembicaraan ini hanya akan berputar-putar tanpa arah hingga membuatnya enggan untuk melanjutkan. Pembicaraan mereka malam ini sepertinya tidak akan mencapai titik temu dengan mudah, akhirnya Lila memutuskan untuk mengabaikan Sean dan mengistirahatkan tubuhnya.Dengan sedikit kepayahan, Lila menggeser tubuhnya. Tangannya meraih selimut yang terlipat rapi di tepi ranjang, lalu menariknya hingga menutupi tubuh. Ia membelakangi Sean, mengisyaratkan akhir dari percakapan“Lil!” Sean memanggil, suaranya menggema dalam kamar yang sunyi.Meskipun belum tidur, tetapi Lila tidak menyahut panggilan Sean. Napasnya terdengar berat, tetapi tak ada sepatah kata pun yang keluarEntah mengapa tiba-tiba Lila merasa ada gejolak amarah.

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    222. Tidak Mudah Membuat Semua Bahagia

    Lila menatap Sean dengan sorot mata yang penuh tanya, tetapi juga lelah. Pertanyaan itu menggelitik pikirannya, membawanya pada labirin yang penuh dengan misteri keluarga Sean."Kenapa kau menanyakan itu padaku? Aku hanya menantu, Sean. Aku bahkan tidak tahu banyak tentang masa lalu keluargamu. Itu urusan kalian. Aku merasa tidak punya hak untuk ikut campur terlalu dalam."Sean menggeleng pelan. "Karena mama membutuhkan dirimu untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.”Lila mengusap perutnya yang mulai membuncit. Gerakannya lembut, seperti sedang melindungi sesuatu yang paling berharga di dunia. Sean menyusul, meletakkan tangannya di atas tangan istrinya. Sentuhan itu hangat, tapi juga penuh dengan kekhawatiran.Bayi kecil mereka, yang bahkan belum sempat melihat dunia, sudah harus terlibat dalam pusaran ambisi dan perebutan harta.Pikiran Lila berputar pada Mahendra Securitas, perusahaan yang dulu ia kenal dengan baik. Sebagai mantan karyawan, ia tahu betul betapa besar nilai as

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    221. Pembicaraan Penting

    Selo Ardi menatap Sean dengan alis terangkat, senyum tipis menghiasi wajahnya.“Biro jasaku tidak menyediakan sekretaris. Adanya tukang pukul,” ujar Selo Ardi sembari tertawa kecil. Tetapi, matanya menyiratkan rasa ingin tahu yang tak bisa dia sembunyikan.Sean menghela napas panjang. Wajahnya terlihat sangat serius. "Saya tahu itu, tapi aku tidak butuh seorang sekretaris secara spesifik. Tapi lebih kepada orang yang bisa mengawasi gerak-gerik sekretarisku saat ini.”Selo menyandarkan tubuhnya ke kursi, tatapannya tak lepas dari Sean. “Ada apa dengan sekretarismu? Jangan bilang dia mencoba mengambil alih perusahaanmu?” candanya, meski nada suaranya mengandung keseriusan.Sean menggeleng pelan. “Tidak sejauh itu. Tapi ...”Sean menggantungkan kalimatnya, menatap jauh ke jendela ruangan. “Entah ini kecurigaan atau hanya kecemburuan. Lila, istriku, merasa sekretarisku sedang mencoba menjebakku dalam sebuah skandal.”Selo menyipitkan mata, mencoba membaca situasi. “Skandal seperti apa?”S

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal    220. Diusir

    Di hari biasa, Bi Siti akan langsung mengarahkan Vicky untuk langsung menuju ke ruang gym, tetapi kali ini karena Lila tidak berpesan apa pun, Vicky harus menunggu di ruang tamu. Vicky langsung berdiri saat melihat Lila memasuki ruang tamu dengan Sean yang mengekor di belakangnya. Tidak bisa dipungkiri, bertemu Sean adalah niat utama Vicky mendatangi rumah tersebut, setelah mendapat informasi jika Sean tidak bekerja akhir pekan ini. “Hai Vicky!” Lila berusaha tetap ramah, meskipun kedatangan Vicky yang tiba-tiba sangat mengganggunya. “Apa ada masalah?” Sebenarnya Lila hendak duduk, tetapi tangan Sean tiba-tiba melingkar di pinggangnya seolah tidak mengizinkannya duduk. Karena Lila dan Sean yang tetap berdiri, bahkan tidak ada tanda jika dirinya akan dipersilahkan duduk, Vicky pun langsung mengungkap maksud kedatangannya. “Karena jadwal senam yang kemarin tertunda, jadi saya bermaksud untuk menggantinya hari ini,” ucap Vicky dengan seulas senyum di bibirnya. Vicky berusaha untuk

DMCA.com Protection Status