Share

83. Bertemu Mantan

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-10-31 10:32:07

“Syukurlah, dia naik ke atas." Rina merasa lega setelah melihat Sean melenggang meninggalkan Lila begitu saja menapaki tangga.

“Apa yang kamu takutkan, dia sudah tidak melihat kita,” sambung Rina berusaha menenangkan Lila saat sahabatnya itu masih terlihat panik.

Lila menggelengkan kepala, seolah menyangkal ucapan sahabatnya itu. “Menoleh ke kiri, lalu lihatlah ke atas!” ucap Lila pelan.

Rina dan Nadya mengikuti perintah Lila. Ternyata Sean berdiri berpegang pada railing besi sambil memandang ke arah mereka, mungkin lebih tepatnya ke arah Lila.

Walaupun Sean berada di lantai yang berbeda, Lila tahu Sean terus mengawasinya. Hal itu lah yang membuat Lila takut berdiri, karena sudah pasti Sean akan dengan mudah mengetahui perubahan dalam dirinya yang selama ini ia sembunyikan.

Rina dan Nadya juga merasakan ketegangan itu. Mereka saling menatap dan mengerti kekhawatiran yang melanda hati Lila.

"Jangan tunjukkan ketakutanmu, kamu harus terlihat bahagia,” bisik Nadya berusaha menenang
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nona
penasaran lanjutannya
goodnovel comment avatar
Nona
apakah Sean meragukan anak yg dikandung Lila?
goodnovel comment avatar
Asri Widiastuti
biar Sean sadar klw dirix akan segera menjadi ayah, tau tanggung jawabx sbg ayah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   84. Sean Menghilang

    Sean bergegas keluar restoran, langkahnya hampir seperti orang yang kesetanan, seolah terbakar keinginan untuk memastikan bahwa apa yang baru saja ia lihat bukanlah ilusi semata. Sampai-sampai dia lupa jika saat ini sedang melakukan pertemuan dengan klien. Di benak Sean hanya ada satu tujuan, Lila. Di balik blazer yang ia kenakan, ia yakin telah melihat sesuatu yang tak mungkin terlewatkan begitu saja, perut Lila yang tampak membesar. Begitu sampai di luar, tatapan Sean liar mencari sosoknya. Namun, Lila sudah duduk di dalam sebuah taksi online, wajahnya tak terlihat jelas dari kaca jendela. Mobil itu melaju perlahan, meninggalkan Sean berdiri sendirian di trotoar. Napas Sean tersengal-sengal, dadanya bergemuruh oleh perasaan yang campur aduk. Ketakutan, marah, dan penasaran saling berlomba menguasai dirinya. Tubuhnya gemetar, tangannya mengepal di samping tubuh. Ada dorongan yang luar biasa untuk mengejar taksi itu, tapi langkahnya seolah tertahan oleh sesuatu yang tak terlihat.

    Last Updated : 2024-10-31
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   85. Sean Vs Ryan

    Setibanya di kantor, Lila menghela napas panjang, mencoba menenangkan debar jantungnya. Rasa lega merayap saat menyadari Sean tidak mengikutinya. Untuk mengusir kegelisahan yang terus menghantui, Lila segera membuka laptop dan melanjutkan pekerjaannya. Tak lama kemudian, Rina dan Nadya mendekatinya. Rina duduk di sisi kanan, menatap Lila dengan cemas. “Kamu baik-baik saja, Lil?” tanyanya lembut. Lila mengangguk, mencoba tersenyum. “Ya, aku baik-baik aja. Cuma … ketemu dia lagi rasanya …” Nadya menepuk bahu Lila, memberi dukungan. “Lupakan, Lil. Kamu sudah melangkah jauh. Sekarang, fokus aja sama masa depanmu dan calon bayimu.” Lila mengangguk lemah, seolah sepakat dengan dengan ucapan sahabatnya itu. Tidak ada maksud untuk menyembunyikan anaknya dari Sean, tetapi Lila hanya tidak ingin merasakan sakit hati yang lebih dalam saat mengetahui Sean tidak menerima kehadiran anaknya, atau bahkan memintanya untuk menggugurkan kandungan. Meskipun Sean tidak pernah mengatakan apa pun tenta

    Last Updated : 2024-11-01
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   86. Sebuah Keyakinan

    Rina menatap Ryan dengan pandangan bingung bercampur prihatin. Di satu sisi, dia bisa merasakan ketulusan pria yang duduk di hadapannya. Namun di sisi lain, permintaan Ryan terasa seperti sebuah pengkhianatan bagi Rina. Ryan menatapnya dengan penuh harap, seolah hanya Rina yang bisa menjadi jembatan untuk tetap bisa menggapai Lila. “Aku mohon, Rina,” ujar Ryan, suaranya lebih pelan dan penuh permohonan. “Kau tahu sendiri, Lila menolak lamaranku. Dengan posisiku saat ini aku tidak bisa melindungi Lila. Saat ini dia hidup sendiri … dan dalam keadaan hamil.” Ryan menatap Rina dalam-dalam, seolah berharap sahabat Lila itu bisa memahami permintaannya Rina terdiam sejenak. Pikirannya dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa akhir-akhir ini, terutama yang berhubungan Lila. Baru tadi siang dia melihat bagaimana Lila yang terlihat begitu ketakutan saat bertemu dengan mantan suaminya. Rina merasakan kekhawatiran Ryan bukan sekadar rasa ingin tahu biasa, tetapi sesuatu yang lebih dalam, mungki

    Last Updated : 2024-11-01
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   87. Kenikmatan yang Ditawarkan

    Lila melanjutkan harinya dengan perasaan tenang. Sejak kepulangannya dari restoran mewah tadi siang, tidak ada tanda-tanda Sean mencoba menghubunginya atau mencari keberadaannya. Semua tampak normal, seperti tidak pernah ada pertemuan yang menegangkan itu. Lila menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya, lalu kembali fokus ke pekerjaannya. Malam itu, dia duduk bersama Nadya di apartemennya berdiskusi tentang tema konten yang akan mereka buat berikutnya. Tumpukan buku catatan dan laptop terbuka di meja, keduanya tampak antusias mendiskusikan ide-ide baru. "Aku punya beberapa ide tentang kebocoran dana yang sering terjadi tapi tidak disadari oleh orang banyak.” Nadya melontar ide yang ada dikepalanya. "Misalnya, membayar tagihan dengan terlambat yang membuat kita harus membayar denda, padahal kita hanya butuh ingat dan disiplin." Lila mengangguk setuju, matanya berbinar mendengar ide Nadya. "Itu bagus, Nad. Banyak orang yang nggak sadar kalau dana mereka terus terkuras karen

    Last Updated : 2024-11-02
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   88. Tidak Bisa Menyembunyikan

    Di tengah kemesraan yang baru saja mulai, Sean tiba-tiba menundukkan kepala seolah menolak penyatuan bibir dari Miranda. Dengan perlahan Sean menyingkirkan Miranda dari pangkuannya. Dia berdiri, menatap Miranda dengan ekspresi datar namun tajam. “Sudah cukup, Mira,” ucap Sean dengan nada yang tegas, sambil menghapus sisa keintiman yang sebenarnya baru saja dimulai. Miranda menatapnya dengan bingung dan kecewa, tidak percaya bahwa Sean benar-benar menghentikan momen yang mereka bagi. "Kau serius?" tanya Miranda dengan kekesalan yang sangat kentara, seolah tidak terima dengan penolakan Sean. “Kenapa harus berhenti sekarang, Sean? Aku sudah di sini, dan aku tahu kamu butuh relaksasi. Kita bisa menghabiskan malam bersama, lagipula … bukankah sebentar lagi kita akan menikah?” Nada suaranya merendah, mencoba mengundang Sean untuk kembali mendekati padanya. Namun, tatapan Sean tetap dingin. “Maaf, aku tidak bisa,” jawabnya, mengatur napasnya. “Rapikan bajumu, aku antar kau pulang.” Mira

    Last Updated : 2024-11-02
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   89. Ancaman Sean

    Keesokan harinya, Sean langsung menuju ke rumah sang mama. Ada perasaan tidak tenang yang terus menghantui pikirannya sejak pembicaraan dengan Theo semalam. Setibanya di rumah Sekar, Sean tertegun melihat sang mama yang duduk di taman menikmati suasana pagi yang cerah ditemani minuman hangat. Sekar tengah bercakap-cakap dengan salah seorang asisten rumah tangga, dan Sean melihat sorot bahagia yang langka terpancar dari wajah mamanya. Dalam hati Sean bertanya, mungkinkah kebahagiaan mamanya karena dia mengetahui akan memiliki cucu sebagai penerus trah Wismoyojati? Atau karena keinginannya yang lain akan segera terwujud dengan hadirnya anak tersebut? Sadar kehadiran Sean, Sekar menoleh dengan senyum hangat. “Hai Sean! Pagi-pagi banget datangnya, duda tampan ini sepertinya mau nebeng sarapan di rumah mama,” ujar Sekar dengan nada menggoda. Sean terdiam sejenak menatap sang mama dengan senyum tipis ala kadarnya. Sean merasa seperti tidak mengenali mamanya, sosok yang biasa serius dan

    Last Updated : 2024-11-03
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   90. Anak Durhaka

    Sekar mendengus kecil, meremehkan ancaman Sean. Ia menegakkan tubuhnya, memandang Sean dengan tatapan tajam dan berkata, “Mama tidak peduli, Sean. Yang penting bagi mama dengan kelahiran anakmu, itu artinya tujuan mama akan tercapai.” Sean terdiam seolah kehabisan kata menghadapi Sekar. Sean menggeleng lemah saat membayangkan anaknya tumbuh dalam lingkungan yang tanpa cinta dan kasih sayang, semua hanya demi uang, bahkan kelahirannya pun untuk ditujukan untuk mendapatkan kekayaan. “Apa yang kau pikirkan?” tanya Sekar terdengar seolah tidak peduli dengan perasaan Sean. “Jika kau memang ingin melindungi anakmu, kau bisa mengambilnya setelah Lila melahirkannya, dan kau mengasuhnya bersama Miranda. Kalian akan hidup bahagia sebagai sebuah Wismoyojati.” Sean mengepalkan tangan, amarah membara di dalam dirinya. Dia merasa kejamnya rencana ibunya menusuk hatinya lebih dalam. Dengan suara yang bergetar, ia menjawab, “Mama benar-benar tak paham. Anak ini bukan mainan yang bisa Mama pindahka

    Last Updated : 2024-11-03
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   91. Aku Pusing

    Saat pintu terbuka, Sean berdiri di sana dengan sorot mata yang tidak bisa disembunyikan. Lila, seperti refleks, mencoba menarik blazer-nya untuk menutupi perutnya, namun gerakannya malah seperti mengarahkan perhatian Sean pada hal yang justru ingin ia sembunyikan. Keduanya terdiam dalam keheningan yang canggung. Sean akhirnya memecah keheningan, suaranya pelan, hampir berbisik. “Boleh aku masuk?” Lila ragu sejenak, namun kemudian menghela napas dan memperlebar pintu. Dia menggeser posisnya sedikit seolah memberi ruang bagi Sean untuk masuk. Sekali lagi, mereka berhadapan dalam ruang yang sempit, nuansa apartemen sederhana yang jauh dari kemewahan yang biasa Sean datangi. Sean membiarkan matanya menjelajahi ruangan itu, dinding yang berlapis cat yang mulai kusam, perabotan sederhana, dan sentuhan kecil yang memperlihatkan bahwa Lila berusaha menciptakan kenyamanan di tengah kesederhanaan. Perasaan bersalah mulai menyelinap dalam benaknya, tapi Sean menepisnya. Dia menoleh kembali

    Last Updated : 2024-11-04

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   337. Datang Lebih Cepat

    Lila duduk di kursi tunggu rumah sakit, ponselnya masih di tangan. Berulang kali ia mencoba menghubungi Delisa, tapi tidak ada jawaban. Ia kembali menekan nomor adiknya, menunggu nada sambung yang semakin lama semakin membuatnya frustrasi.Sean yang duduk di sampingnya memperhatikannya dengan cermat. “Mungkin saat ini dia sedang ketakutan,” ucap Sean pelan. “Dia pasti tahu kalau kita mencarinya.”Lila mendesah, menekan dahinya dengan ujung jari. “Aku hanya ingin dia menyerahkan diri, Sean. Menghindar seperti ini hanya akan memperburuk segalanya. Jika dia menyerahkan diri dan mempertanggungjawabkan perbuatannya, mungkin itu bisa meringankan hukumannya di pengadilan nanti.”Sean mengangguk. “Aku sudah bicara dengan Cyrus. Dia sudah membuat laporan ke polisi. Saat ini, status Delisa masih dalam tahap pencarian, tapi mengingat kondisi Nadya yang harus melahirkan lebih cepat akibat kejadian ini, kemungkinan polisi akan segera mengeluarkan surat perintah penangkapan.”Lila menatap suaminya,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   336. Keputusan Lila

    Rangga menekan pulpen di atas kertas, menandatangani pernyataan medis dengan tangan gemetar. Ia memberi izin rumah sakit untuk melakukan tindakan operasi caesar pada Nadya.Napas Rangga terlihat berat, dadanya naik turun menahan emosi yang berkecamuk. Bukan hanya marah tetapi ada rasa khawatir yang mendalam. Di ruang operasi istri dan anaknya sedang berjuang hidup.Di hadapannya, Sean dan Lila berdiri dalam diam. Sean memasukkan tangan ke dalam saku, sementara Lila menatap kosong ke lantai.“Aku akan menempuh jalur hukum,” suara Rangga terdengar tegas, nyaris bergetar menahan amarah. “Delisa harus bertanggung jawab atas semua ini.”Sean mengalihkan pandangannya ke Lila, menunggu reaksi istrinya. Lila mengangkat wajahnya, matanya terlihat basah. Namun, ia tidak menangis.Perlahan, ia mengangguk. “Aku tidak akan menghalangi,” katanya pelan, hampir berbisik. “Lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan.”Wajah Rangga tetap tegang, tetapi ia mengangguk kecil, menerima jawaban itu.Suasana di

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   335. Masalah Serius

    Delisa merasa tidak nyaman saat Nadya menghampiri kubikelnya. Perut besar wanita itu tak mengurangi langkahnya yang mantap, penuh percaya diri.Senyum lebar terpasang di wajah Nadya, tapi Delisa tahu itu bukan senyum ramah. Itu senyum yang dibuat-buat.“Hai, Delisa,” sapa Nadya dengan nada ringan, terlalu ringan.Delisa menatapnya dengan waspada. Nadya bukan hanya sahabat kakaknya, tetapi juga orang kepercayaannya. Jika Nadya mendatanginya secara langsung seperti ini, pasti ada sesuatu.Sebelum Delisa sempat menjawab, ponselnya bergetar berkali-kali. Notifikasi beruntun memenuhi layar. Ia melirik Nadya sekilas, lalu menurunkan pandangannya ke ponsel.Pesan dari Nadya.Delisa menatap Nadya dengan ekspresi bingung. Untuk apa Nadya mengirim pesan jika mereka sedang berhadapan?Rasa penasaran mengalahkan kewaspadaannya. Dengan sedikit ragu, Delisa membuka pesan itu. Matanya membeliak lebar menatap isi pesan.Beberapa foto wajah seorang perempuan penuh luka, lebam di pipi, bibir pecah, dan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   334. Sebelum Semuanya Menjadi Lebih Buruk

    Di kamar kosnya, Delisa mondar-mandir dengan gelisah. Tangannya terus menggenggam ponselnya, Delisa ingin menghubungi ibunya tetapi ternyata beberapa hari terakhir ponsel selalu dibawa bapaknya, sehingga dia tidak bisa berkeluh kesah atas masalah yang sedang dia hadapi saat ini.Hati Delisa berdebar kencang, bukan karena antusiasme, tetapi karena rasa panik yang mulai merayap."Bodoh... Kenapa aku tadi begitu ceroboh?" gumamnya sambil menjatuhkan diri ke tempat tidur.Matanya menatap langit-langit dengan kosong, sementara pikirannya terus berputar pada kejadian sore tadi.Ia tidak berpikir panjang ketika ingin ikut serta saat Lila dan Sean pergi bersama. Rasa cemburu dan iri yang selama ini ia pendam membuatnya kehilangan akal. Selama ini, ia bisa bertindak mendekati Sean tanpa sepengetahuan Lila, dan Sean pun memilih diam.Tetapi tadi … tadi ia hampir merusak semuanya.Delisa mengepalkan tangannya. Selama ini, ia selalu merasa bahwa ia lebih pantas berada di sisi Sean dibandingkan Li

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   333. Alasan Sean

    Setelah Brilian tertidur pulas, napasnya teratur dan wajah kecilnya terlihat damai, Lila tetap duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah dinding. Tanpa sadar, air matanya menetes, mengalir perlahan di pipinya. Ia mengusap cepat, seolah ingin menghapus rasa sakit yang tak bisa dihindari.Dengan langkah pelan, Lila meninggalkan kamar Brilian, hatinya penuh sesak. Ia berdiri di sudut ruang keluarga, menahan isak yang ingin pecah.Sean merapikan selimut Brilian, memastikan anaknya tidur dengan nyaman. Lalu dia menyusul Lila, menemukan istrinya berdiri membelakangi pintu. Tanpa berkata apa pun, Sean mendekat dan memeluk Lila dari belakang, merapatkan tubuhnya, mencoba menjadi pelindung dari rasa sakit yang tak terlihat.Lila menggigil pelan, lalu perlahan membalikkan tubuhnya. Wajahnya basah oleh air mata. Ia menatap mata Sean, penuh luka yang tak bisa diucapkan. Tanpa bisa ditahan lagi, Lila menumpahkan seluruh kesedihannya dalam pelukan Sean, menangis sesenggukan.Sean memeluk erat,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   332. Adik dari Tante

    Tampaknya Lila harus bersabar untuk mendapat jawaban dari Sean, karena suaminya itu mengatakan akan membicarakan hal tersebut di rumah. Lila tidak memaksa karena mereka sedang dalam perjalanan.Setibanya di rumah, Sean dan Lila harus menghadapi Sekar yang terlihat sangat antusias untuk mengetahui hasil pemeriksaan Lila. Perempuan paruh baya itu sudah tidak sabar untuk menimang cucu keduanya.“Bagaimana hasil pemeriksaannya tadi?” tanya Sekar sambil menuntun Lila menuju ke ruang keluarga. Dia mengabaikan Sean yang berjalan di belakang mereka.Lila menoleh ke belakang, seolah meminta bantuan sang suami untuk memberikan penjelasan. Meskipun bukan masalah yang sulit diatasi, tetapi Lila tidak ingin membuat ibu mertuanya kecewa jika mengetahui dirinya mengalami anemia dan harus menunda program kehamilannya sementara waktu.“Semua baik-baik saja, Ma. Hanya mungkin karena saat ini Lila masih banyak pekerjaan yang menumpuk, karena Nadya sebentar lagi akan cuti melahirkan, jadi kami memutuskan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   331. Menuntut Kejujuran

    Dokter Amira menutup alat pemeriksaannya dengan hati-hati, lalu mengambil catatan medis Lila. Ia tersenyum tipis, mencoba meredakan kecemasan yang tergambar jelas di wajah Lila dan Sean.“Tenang, tidak ada masalah serius,” ujar Dokter Amira pelan. “Hanya saja, Lila mengalami anemia ringan. Ini cukup umum terjadi, terutama setelah persalinan caesar sebelumnya.”Sean menghela napas lega, tetapi tetap menatap dokter dengan penuh perhatian. “Apa yang harus kami lakukan, Dok?”“Yang terpenting adalah mengatur pola makan. Lila perlu mengonsumsi lebih banyak makanan yang kaya zat besi seperti daging merah tanpa lemak, hati ayam, sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, serta kacang-kacangan. Lengkapi dengan vitamin C agar penyerapan zat besi lebih optimal.” Dokter Amira menuliskan beberapa catatan di kertas resep.“Apakah ini akan memengaruhi program hamil nanti?” tanya Lila, suaranya pelan.“Tidak, asalkan anemia ini teratasi sebelum kehamilan. Jika dibiarkan, bisa membuat Lila cepat lelah

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   330. Konsultasi dengan Dokter Amira

    Di klinik yang bernuansa hangat dan tenang, Lila dan Sean duduk berdampingan di ruang tunggu. Tak butuh waktu lama, setelah seorang pasien keluar dari ruang praktik, nama Lila segera dipanggil.Sean berdiri lebih dulu, lalu meraih tangan Lila dengan lembut, seolah-olah menggandeng harta paling berharga dalam hidupnya.Saat mereka memasuki ruangan, Dokter Amira yang duduk di balik mejanya tersenyum lebar. Matanya berbinar begitu melihat Lila.“Wah, Lila! Aku hampir nggak mengenalimu. Semakin cantik saja,” seru Dokter Amira, berdiri untuk menyambut mereka.Lila tersipu, sementara Sean melemparkan pandangan penuh kebanggaan ke arah istrinya.“Tubuhmu tetap terjaga dengan baik. Pasti karena pengorbanan Sean, ya? Aku dengar dia yang memutuskan untuk KB, bukan kamu. Itu tandanya dia benar-benar sayang sama kamu.”Ucapan itu membuat Sean tertawa kecil, lalu meremas pelan tangan Lila. Bagi Sean apa yang dia lakukan bukanlah pengorbanan yang layak dibanggakan. Toh dia masih bisa menikmatinya,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   329. Kepercayaan

    Sore itu, sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di depan gedung Mahendra Securitas. Pintu mobil terbuka, dan Sean melangkah keluar dengan langkah mantap. Setelan jasnya rapi, kemeja putih tanpa cela berpadu dengan dasi berwarna gelap yang menambah aura kharismanya. Tatapan matanya tenang, penuh percaya diri, memancarkan pesona yang sulit diabaikan.Saat Sean memasuki lobi kantor, beberapa karyawan wanita tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka. Bisikan pelan terdengar di sudut-sudut ruangan.“Itu suaminya Bu Lila, kan?” bisik salah satu staf.“Iya, ya ampun, ganteng banget. Mereka pasangan serasi banget,” sahut yang lain sambil tersenyum kagum.Sean melangkah melewati mereka tanpa banyak bicara, hanya memberikan anggukan singkat yang membuat beberapa orang semakin terpesona. Aura dingin dan tenangnya justru menambah daya tariknya.Delisa, yang kebetulan sedang berada di salah satu sudut ruangan, melihat semua pemandangan itu dengan tatapan sulit diartikan. Senyum tipis menghiasi wa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status