All Chapters of Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal: Chapter 31 - Chapter 40

245 Chapters

31. Hari Pertama yang Menyesakkan

Pagi itu, Lila bangun lebih awal dari biasanya. Ada rasa gugup yang tidak bisa ia sembunyikan, tetapi di balik itu juga ada semangat baru yang membara. Dia mengenakan setelan rapi, sederhana namun elegan, pesona Nyonya Wismoyojati tampaknya tidak luntur meskipun sudah bergelar mantan. Ini adalah hari pertama Lila kembali bekerja. Setelah memeriksa tas kerjanya sekali lagi dan memastikan semuanya lengkap, Lila berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sejenak. Wajahnya tampak lebih segar, matanya menyiratkan tekad yang baru. Dia tersenyum tipis pada dirinya sendiri. “Saya bisa melakukannya,” bisik Lila pelan memberi semangat kepada dirinya sendiri. Begitu keluar dari apartemennya, Lila terkejut melihat Ryan sudah berdiri di luar, bersandar santai pada mobil mewahnya. Dengan setelan jas rapi, Ryan terlihat seperti seseorang yang telah siap menghadapi dunia. Lila tidak bisa menahan diri untuk tersenyum kecil, meskipun masih ada sedikit rasa canggung di antara mereka. “Pagi,” s
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

32. Kenapa Harus Dia?

Hari-hari berlalu, dan Lila mulai terbiasa dengan bisikan-bisikan di sekitar kantornya. Setiap kali dia melewati meja-meja rekan kerjanya, dia bisa merasakan tatapan tajam yang seolah menilai setiap langkah yang dia ambil. Gunjingan tentang masa lalunya, status jandanya, dan tuduhan bahwa posisinya diperoleh karena kecantikannya, bukan kemampuannya, menjadi suara latar yang hampir selalu menemani.Namun, Lila berusaha keras untuk tidak peduli. Dia sudah memutuskan sejak awal bahwa pekerjaannya di sini bukanlah tentang orang lain, tetapi tentang dirinya sendiri. Meskipun ada saat-saat di mana dia merasa tertekan, Lila terlihat lebih tangguh dari sebelumnya. Perlahan, dia terbiasa mengabaikan bisikan itu, seolah-olah angin berlalu. Di kantornya, Lila menatap layar komputer, fokus pada laporan investasi yang tengah ia kerjakan. Setiap perhitungan dan analisis dia lakukan dengan teliti. Pekerjaan ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya lebih dari sekadar wajah cantik. Dia i
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

33. Pengobatan Fertilitas

Saat pikiran Sean masih bergulat dengan amarah, pintu ruangannya terbuka perlahan. Bella, sekretaris pribadinya, melangkah masuk. Hari ini, dandanan Bella terlihat lebih berani dari biasanya. Lipstik merah menyala menghiasi bibirnya, sementara gaun ketat yang dikenakannya menonjolkan lekuk tubuhnya. Senyum tipis mengembang di wajahnya saat dia mendekatkan secangkir kopi ke meja Sean."Seperti biasa, Pak Sean," ucap Bella sambil menaruh kopi di atas meja, suaranya terdengar lembut menggoda.Sean hanya meliriknya sekilas, masih tenggelam dalam kemarahannya. "Jadwal minggu ini?" tanya Sean dingin, mengabaikan penampilan Bella yang mencolok.Bella mendekati meja, membuka tablet dan mulai membacakan jadwal. "Pertemuan dengan klien utama besok pukul sembilan pagi, kemudian rapat dewan direksi jam sebelas. Kamis, ada makan siang dengan investor baru ..."Sean mendengarkan sambil menyeruput kopinya, pikirannya sesekali melayang kembali ke Lila dan Ryan. Cemburu, Sean selalu menyangkal akan ha
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

34. Bayi Kecil

Sean tertidur dengan gelisah tampaknya dia sedang bermimpi. Sean melihat sosok bayi kecil yang duduk di atas selimut putih lembut, tertawa pelan dengan mata yang bersinar. Bayi itu terlihat begitu damai, dengan senyum manis yang memancar dari wajahnya. Sean berhenti di kejauhan, memperhatikan anak itu. Rasa penasaran mulai merayapi hatinya. "Hai Baby, siapa kamu?" bisiknya perlahan, namun bayi itu hanya menatapnya sambil tertawa, suara tawanya begitu jernih, seakan memenuhi ruangan yang kosong. Hati Sean meleleh seketika. Ia melangkah mendekat, perlahan, takut mengganggu ketenangan yang mengelilingi bayi itu. "Kamu cowok apa cewek?" tanya Sean lagi dengan suara lembut terlihat begitu penasaran, tetapi bayi itu tidak menjawab. Hanya tawa kecil yang kembali terdengar, membuat Sean gemas dan semakin ingin mendekat. Langkah Sean semakin cepat. Dia ingin menggendong bayi itu, merasakan kehangatan di pelukannya. Setiap langkah yang dia ambil, jarak antara mereka tampak memendek, namu
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

35. Diagnosa Awal

Lila duduk di kursi kerjanya, membuka laci, dan mengambil botol multivitamin yang selalu ia simpan. Dengan cepat, dia mengambil sebutir dan menelannya bersama seteguk air. Lila berharap vitamin itu akan membantunya mengatasi rasa lelah yang semakin hari terasa semakin mengganggu aktifitasnya. Pekerjaan yang menumpuk akhir-akhir ini memang menuntut banyak tenaga dan konsentrasi. Kondisi tubuh yang dirasa kurang bersahabat itu, dipupusnya hanya sebagai efek dari kelelahan biasa. “Aku harus bisa mengalahkan rasa lelah ini,” gumam Lila pelan, seolah menyemangati diri sendiri. Dia berusaha menepis semua ketakutan yang sedikit demi sedikit mengusik benaknya. Namun, hari ini sangat berbeda. Rasa lelah yang Lila rasakan terasa semakin tidak terkendali. Matanya terasa berat, kepalanya berdenyut nyeri, dan tubuhnya seakan tidak berdaya sama sekali. Sambil memijit pelipisnya, Lila memutuskan untuk ke kamar mandi sejenak. Entah apa tujuan Lila sebenarnya, mungkin dia sekedar ingin menenangkan
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

36. Sangat Terlambat

Dokter Arman berdiri di dekat sofa tempat Lila berada, mengamati pasiennya yang masih terbaring lemah. Ryan duduk di sisi lain, menunggu dengan gelisah. Dokter Arman terdiam sejenak menatap Ryan yang menunjukkan kekhawatirannya terhadap Lila. Sesuatu yang selama ini hanya Dokter Arman lihat saat Ryan Bersama ibunya. Dokter Arman bersiap menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi pada Lila. Namun, ada sedikit keraguan yang tampaknya menyergap hatinya. Sebelum dia membuka mulut, terdengar suara lembut Lila yang tampaknya mulai tersadar. Dengan perlahan Lila membuka matanya dan memandang sekeliling dengan bingung, tetapi setelah beberapa saat dia mulai mengenali tempatnya berada saat ini. Rina yang sejak tadi sudah berada di dekat Lila, segera mendekat ke arah Lila untuk membantunya duduk. “Syukurlah, kamu sudah sadar,” ucap Rina terdengar tulus, suaranya penuh rasa lega. Lila mengernyitkan dahi, mencoba mengingat apa yang terjadi. “Apa yang terjadi kepadaku? Kenapa aku merasa sangat
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

37. Mau Jajan

Sean memasuki rumah besar milik keluarganya dengan langkah berat. Pikirannya masih dipenuhi oleh banyak hal, terutama percakapannya dengan Miranda beberapa hari yang lalu. Setiap kali ia berusaha melupakan, percakapan tentang pernikahan dan anak selalu kembali menghantuinya. Memasuki ruang tamu, Sekar sudah menunggunya dengan anggun, seperti biasa. Wanita paruh baya itu tersenyum tipis ketika melihat putranya masuk. “Akhirnya kau datang juga,” ucap Sekar sambil menepuk sofa di sebelahnya, seolah memberi kode kepada Sean untuk duduk di sampingnya. “Kita harus bicara,” sambung Sekar dengan seulas senyum untuk merayu putranya. Sean tahu apa yang akan dibicarakan oleh sang mama. Sekar tidak pernah setengah-setengah jika sudah berbicara tentang masa depan keluarganya, dan dalam hal ini, tentang hubungannya dengan Miranda. “Kapan kamu akan mengumumkan hubunganmu dengan Miranda di depan publik?” Sekar memulai dengan nada lembut, namun penuh tekanan. “Sudah waktunya, Sean. Semua orang su
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

38. Skenario Keji

“Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Sean?” tanya Andreas, papa Miranda, dengan wajah yang terlihat penuh kecemasan. Apalagi setelah putrinya menggelengkan kepala. Ruang kerja yang menjadi tempat pembicaraan yang sangat pribadi antara ayah dan anak itu terasa begitu menegangkan. Sedari tadi Miranda duduk dengan tatap mata cemas ke arah sang papa yang berjalan mondar-mandir di hadapannya. Andreas adalah seorang pengusaha tambang yang sepertinya saat ini sedang menghadapi masalah serius. Gurat kecemasan terlihat jelas di wajahnya yang sudah dipenuhi kerutan itu. "Masalah ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut lagi," ucap Andreas yang tidak bisa menutupi ketegangan dan kecemasan yang akhir-akhir menderanya. "Perusahaan kita sedang dalam masalah besar. Papa berharap, pernikahanmu dengan Sean akan membantu kita keluar dari masalah ini." Miranda menghela napas dalam-dalam. "Hubungan kami sebenarnya sudah banyak kemajuan, apalagi dengan dukungan Tante Sekar. Tetapi ... kalau untuk
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

39. Tokcer

Rasa penasaran menuntun Ryan sampai di poli tempat praktek Dokter Arman. Ryan duduk dengan gelisah di ruang tunggu. Jemarinya saling bertautan dengan erat, menunjukkan rasa khawatir yang tidak bisa lenyap dari benaknya begitu saja. Dia harus memastikan jika Lila dalam keadaan baik-baik saja. Dokter Arman baru saja selesai dengan pasien terakhirnya hari itu. Dan kini, mereka bisa duduk berhadapan, berbicara secara pribadi. "Saya ingin tahu keadaan Lila yang sebenarnya," ujar Ryan dengan suara rendah yang menyiratkan rasa penasaran. "Saya merasa ada yang lebih dari sekadar kelelahan. Saya khawatir kalau ini ... penyakit yang serius. Mungkin mematikan." Dokter Arman mengangkat alisnya sedikit, menatap Ryan dengan tatap mata tajam penuh tanya. Sebagai dokter keluarga yang sudah lama saling mengenal, Dokter Arman merasa pernah melihat tatap mata penuh kekhawatiran di mata Ryan, dan itu terjadi hanya saat menyangkut keadaan ibu kandungnya. “Ryan, sebelum kita membicarakan hal ini le
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

40. Obat Perangsang

Sebagai seorang model sebenarnya Miranda cukup mahir memoles wajahnya sendiri, tetapi untuk acara gala dinner malam ini dia ingin tampil sempurna di hadapan Sean. Sehingga dia rela mengeluarkan budget lebih dengan memanggil perias professional. Tangan lincah perias professional itu mempertegas garis wajah Miranda yang sudah cantik alami. Gaun warna merah anggunnya tergantung rapi di dekat ranjang, menanti dikenakan untuk gala dinner yang akan segera dimulai. Miranda menatap cermin, mengamati setiap sentuhan pada wajahnya. Ketika dandanan hampir selesai, pintu kamar terbuka perlahan. Andreas melangkah masuk dengan tatap mata langsung tertuju kepada putrinya yang tengah berdandan. "Kau terlihat luar biasa, Miranda," puji Andreas sambil berjalan mendekat. "Papa harap kau tidak gagal malam ini.” Miranda menatap perias yang baru saja melakukan sapuan terakhir di wajahnya, dia memberi kode agar perias itu keluar sebentar karena ada hal penting yang harus dia bicarakan dengan sang papa.
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more
PREV
123456
...
25
DMCA.com Protection Status