Share

39. Tokcer

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-06 09:56:19

Rasa penasaran menuntun Ryan sampai di poli tempat praktek Dokter Arman. Ryan duduk dengan gelisah di ruang tunggu. Jemarinya saling bertautan dengan erat, menunjukkan rasa khawatir yang tidak bisa lenyap dari benaknya begitu saja. Dia harus memastikan jika Lila dalam keadaan baik-baik saja.

Dokter Arman baru saja selesai dengan pasien terakhirnya hari itu. Dan kini, mereka bisa duduk berhadapan, berbicara secara pribadi.

"Saya ingin tahu keadaan Lila yang sebenarnya," ujar Ryan dengan suara rendah yang menyiratkan rasa penasaran. "Saya merasa ada yang lebih dari sekadar kelelahan. Saya khawatir kalau ini ... penyakit yang serius. Mungkin mematikan."

Dokter Arman mengangkat alisnya sedikit, menatap Ryan dengan tatap mata tajam penuh tanya. Sebagai dokter keluarga yang sudah lama saling mengenal, Dokter Arman merasa pernah melihat tatap mata penuh kekhawatiran di mata Ryan, dan itu terjadi hanya saat menyangkut keadaan ibu kandungnya.

“Ryan, sebelum kita membicarakan hal ini le
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Wasty Nubatonis
bercerai bbrapa bulan yg lalu kok baru kethuan hamil skrg?
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Tadinya sedih di bab akhir kok jadi ngakak sama ucapan Lila...kecebong Sean tokcer.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   40. Obat Perangsang

    Sebagai seorang model sebenarnya Miranda cukup mahir memoles wajahnya sendiri, tetapi untuk acara gala dinner malam ini dia ingin tampil sempurna di hadapan Sean. Sehingga dia rela mengeluarkan budget lebih dengan memanggil perias professional. Tangan lincah perias professional itu mempertegas garis wajah Miranda yang sudah cantik alami. Gaun warna merah anggunnya tergantung rapi di dekat ranjang, menanti dikenakan untuk gala dinner yang akan segera dimulai. Miranda menatap cermin, mengamati setiap sentuhan pada wajahnya. Ketika dandanan hampir selesai, pintu kamar terbuka perlahan. Andreas melangkah masuk dengan tatap mata langsung tertuju kepada putrinya yang tengah berdandan. "Kau terlihat luar biasa, Miranda," puji Andreas sambil berjalan mendekat. "Papa harap kau tidak gagal malam ini.” Miranda menatap perias yang baru saja melakukan sapuan terakhir di wajahnya, dia memberi kode agar perias itu keluar sebentar karena ada hal penting yang harus dia bicarakan dengan sang papa.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   41. Dua Pasangan

    Untuk kali ini tampaknya Lila tidak bisa menolak semua kebaikan yang berikan oleh Ryan. Dari membayar semua belanjaan, membawakannya sampai ke apartemen, hingga membuat Lila akhirnya membalasnya dengan memasak makan malam untuk mereka berdua.Sambil menikmati makan malam, Lila dan Ryan terlibat obrolan ringan penuh basa basi tentang pekerjaan. Setelah sendok diletakkan menyilang di atas piring obrolan berubah menjadi serius dan begitu pribadi.“Apa rencanamu dengan bayi itu?” tanya Ryan tiba-tiba. Suaranya lembut, tetapi bernada menginterogasi seolah ingin mengetahui lebih jauh apa yang akan Lila lakukan. “Aku sudah tahu soal kehamilanmu dari Dokter Arman.”Lila terdiam sejenak, menatap Ryan dengan tatapan penuh keraguan. Dia sudah tahu? Lalu, mengapa tidak mengatakannya lebih awal?Lila menghela napas dalam sebelum menjawab, “Saya akan melahirkannya, merawatnya, dan mendidiknya.”Ryan menatap Lila dalam-dalam. "Meski tanpa ayah?"Lila tersenyum getir, terasa seperti sebuah kepahitan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   42. Sebuah Keputusan

    Detik demi detik berlalu, dan untuk sesaat, Sean merasa dia bisa melepaskan semua kekhawatirannya. Bibir yang bersatu itu saling berbalas kuluman penuh Hasrat, bahkan tangan Sean mulai bergerilya menapaki inci demi inci lekuk tubuh Miranda.Sejenak keduanya hanyut dalam sentuhan yang memabukkan. Sean yang sudah lama puasa sejak perceraiannya dengan Lila, dan Miranda yang sejak dahulu begitu mendambakan Sean, seolah mencapai titik temu yang penuh gairah.Namun semua tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, ingatan tentang mimpi itu melintas di benak Sean. Bayi kecil yang tersenyum kepadanya kembali mengganggu pikirannya.Sean terhuyung mundur dari ciuman itu, napasnya tersengal-sengal. Dia memejamkan matanya, menyadari bahwa dia sedang berada di ambang batas yang berbahaya. Jika dia tidak bisa mengendalikan dirinya, segalanya bisa berakhir dengan konsekuensi yang tidak dia inginkan."Maaf." Sean membuka matanya, menatap Miranda dengan rasa bersalah yang mendalam. "Seharusnya kita tidak melak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   43. Semakin Dekat dengan Ryan

    Miranda berdiri di depan wastafel dengan tangan yang bergetar. Butiran serbuk yang seharusnya menjadi alat untuk menjalankan rencana Andreas perlahan menghilang di bawah aliran air. Miranda ingin menghapus semua bukti pembangkangannya, menghindari murka dari sang papa.Tetapi detak jantungnya semakin cepat saat suara gedoran keras terdengar dari arah pintu. Suara itu membuatnya semakin gugup, karena dia tahu siapa yang ada di balik pintu itu.“Miranda!” suara Andreas menggema di seluruh ruangan.Pintu terbuka dengan keras, dan Andreas muncul di ambang pintu dengan wajah penuh amarah. Miranda hanya bisa menundukkan kepala, tahu bahwa apa pun yang dia katakan tidak akan meredakan amarah sang papa.“Mengapa kau tidak menjalankan rencana kita?” tanya Andreas dengan suara bergetar menahan amarah. “Acara gala dinner itu kesempatan besar! Seharusnya kau bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Sean, menjeratnya seperti yang sudah kita rencanakan!”Tampaknya tanpa menunggu penjelasan, And

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   44. Tidak Punya Suami

    Dalam perjalanan menuju rumah sakit, suasana di dalam mobil terasa hening namun tidak canggung. Lila duduk tepat di samping Ryan dengan tatapan mata kosong, menatap jalan yang terbentang di depan mereka. Di sisi lain, Ryan menyetir dengan tenang, sesekali melirik Lila yang tampak tenggelam dalam pikirannya. “Ada masalah?” tanya Ryan kala menatap wajah sendu Lila. Lila hanya menggeleng lalu melempar senyum ke arah Ryan. Apa pun beban dalam hidupnya, Ryan bukanlah tempat penampungan keluh kesahnya. Ada hal-hal pribadi yang tetap harus dia jaga. Terutama tentang beban pikiran yang berhubungan dengan kahamilannya. “Semua akan baik-baik saja,” ucap Ryan beusaha meyakinkan hati Lila. “Aku berharap begitu,” jawab Lila pelan, terdengar adanya nada penuh keraguan. Ryan mengangguk, tidak banyak berucap lagi. Dia memahami bahwa Lila membutuhkan ruang untuk merenung. Setibanya di rumah sakit, Ryan turun terlebih dahulu. Layaknya seorang lelaki sejati dia membukakan pintu untuk Lila. Mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   45. Pertanyaan yang Sulit Dijawab

    Setelah menjalani istirahat beberapa hari, kini Lila sudah kembali bekerja. Tidak ada yang harus dia tutupi, termasuk dengan kahamilannya. Toh dengan berjalannya waktu rekan-rekan kerjanya akan tahu juga. Bayi ini bukan aib, bukan pula dosa yang harus dia sembunyikan, dia adalah anugerah yang harus disyukuri kehadirannya.Ketika Lila melewati meja-meja rekan kerjanya, beberapa dari mereka terlihat berbisik-bisik, meski tetap menatapnya dengan senyum ramah. Mereka sepertinya memperhatikan perubahan gaya berpakaian Lila yang terlihat lebih longar, lebih nyaman, lebih feminim. Lila menyadari tatap mata mereka, tetapi dia tidak memedulikannya. Dia fokus pada tugas-tugas yang menanti di meja kerjanya.Namun, di antara bisikan-bisikan itu, satu hal yang jelas sering didengar Lila adalah tentang Ryan. Perhatian yang sering ditunjukkan oleh Ryan kepada Lila, mulai dikaitkan dengan hubungan mereka dan kehamilannya. Beberapa bahkan menduga bahwa bayi yang dikandung Lila adalah anak Ryan, sang p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   46. Rencana Pernikahan

    Setumpuk data yang harus dianalisa adalah karib sehari-hari Lila yang membantunya melupakan semua beban dan masalah. Bukan hanya bekerja keras untuk keluarga dan calon anaknya, tetapi Lila juga ingin membuktikan kemampuannya di hadapan semua orang yang meragukannya selama ini.Kerja keras Lila tampaknya mulai menunjukkan pencapaian yang memuaskan. Hari ini, di sebuah pertemuan tim Mahendra Securitas, suasana penuh dengan antusiasme. Ryan berdiri di depan, dengan senyum bangga terukir di wajahnya. Dia baru saja menerima laporan kinerja kuartalan perusahaan, dan hasilnya melebihi ekspektasi.Semua mata tertuju pada Ryan saat dia mulai berbicara. Kharisma dan wibawanya sebagai seorang pemimpin terlihat jelas."Saya ingin mengucapkan terima kasih atas kerja keras kalian semua. Kinerja investasi kita tahun ini sangat luar biasa, terutama dalam beberapa bulan terakhir," ucap Ryan dengan penuh semangat.Ryan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Lila, yang duduk di salah satu sudut ruang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   47. Ingin Memperistri Janda yang Sedang Hamil

    Andika Mahendra duduk di ruangannya, menatap serius pada pria yang berdiri di depannya. Pria itu adalah informannya, seseorang yang telah lama bekerja dalam bayang-bayang untuk memastikan bahwa tidak ada informasi penting yang terlewatkan oleh Andika, terutama yang terkait dengan perusahaan dan keluarganya. "Jadi, apa yang kau temukan tentang perempuan itu?" tanya Andika, suaranya rendah tapi tegas. Dia masih belum bisa sepenuhnya yakin dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dan kini dia ingin mendapatkan gambaran pasti yang lebih jelas. Pria itu menarik napas sebelum mulai berbicara. "Perempuan yang Anda tanyakan adalah Delilah Aurora Fatma. Dia adalah mantan istri Sean Mahendra Wismoyojati, putra dari keluarga Wismoyojati. Mereka bercerai beberapa bulan yang lalu." Andika menatap pria itu dengan alis terangkat. "Mantan istri Sean?" ucapnya setengah bergumam, ada perasaan yang sulit digambarkan setelah mendengar informasi tersebut. "Betul, Pak," sahut sang informan. “Untuk penyeb

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   470. Takdir yang Sempurna

    Setelah memastikan Brilian tidur, Sean melangkah menuju ke kamarnya. Dia harus segera membantu Lila untuk menidurkan Bintang dan Berlian. Semakin hari, bocah kembar itu semakin aktif, bahkan hanya untuk tidur saja akan banyak drama.Lila menatap suaminya yang baru saja masuk ke kamar. Senyum hangatnya masih sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit gelisah.Sean bertambah usia, tetapi justru semakin menawan di matanya.Lila menelan ludah pelan. Sebagai istri, tentu saja ia bangga memiliki suami seperti Sean, tetapi di sisi lain… ia juga merasa was-was. Sampai sekarang masih banyak perempuan di luar sana yang mengincar suaminya, meskipun mereka tahu jika Sean sudah menikah dan memiliki tiga anak.Sementara itu, Sean berjalan mendekat. Tatapan matanya lembut saat melihat si kembar yang sudah terlelap di dalam boks.“Mereka tidur lebih cepat dari biasanya,” ucap Sean pelan terdengar nyaris seperti bisikan, takut membangunkan bayi-bayi mereka.Lila mengangguk. “Hari ini

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   469. Rama dan Cinta

    Suasana kafe yang semula tenang mendadak ricuh ketika pintu terbuka dengan keras. Seorang perempuan paruh baya melangkah masuk dengan ekspresi penuh amarah, diikuti oleh seorang perempuan muda yang cantik, sama garangnya."Mana Cinta?! Keluar kau sekarang juga!" seru perempuan paruh baya itu, suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian para pengunjung dan pegawai kafe.Beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka langsung menoleh, ada yang membeku di tempat, ada yang berbisik penasaran. Sementara itu, seorang barista yang berdiri di belakang meja kasir tampak panik, ragu-ragu apakah harus menenangkan situasi atau membiarkan saja.Perempuan cantik yang berdiri di sampingnya menyusuri ruangan dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah. Sepertinya dia tahu betul siapa yang sedang mereka cari.Salah satu pegawai kafe memberanikan diri mendekat. "Maaf, Bu. Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan suara hati-hati.Perempuan paruh baya itu menoleh tajam. "Panggi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   468. Hidup yang Lebih Berwarna

    Waktu berlalu dengan tenang, membawa kebahagiaan yang seolah tak pernah habis bagi keluarga Wismoyojati. Kehidupan penuh berbagi dalam keluarga diisi oleh tawa renyah dan kehangatan. Perdebatan tentu tetap ada sebagai bumbu dalam kehidupan, tetapi mereka bisa menyelesaikan dengan bijaksana.Lila menjalani perannya sebagai ibu dengan penuh cinta, merawat Brilian, Bintang, dan Berlian dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas. Ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial, menemukan kebahagiaan dalam membantu sesama, sambil tetap menyeimbangkan perannya sebagai istri dan ibu.Setelah Sekar dan Prabu memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, suasana di kediaman Sean dan Lila sedikit berubah. Tidak ada lagi suara teguran tegas Sekar atau candaan ringan Prabu di meja makan, tapi bukan berarti rumah itu kehilangan kehangatan.Sean yang memahami betapa besarnya tanggung jawab Lila dalam mengurus tiga anak mereka, mengambil keputusan besar. Ia mencari pengasuh anak profession

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   467. Paket dari Delisa

    Malika berdiri tak jauh dari ayunan, matanya membulat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ia datang ingin bermain bersama Brilian, tapi malah menyaksikan sesuatu yang menghancurkan dunianya.Brilian, sahabat kecilnya, kakak yang dia banggakan baru saja dicium oleh Almahira.Gadis kecil yang masih duduk di TK itu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Seperti ada beban besar menekan hatinya. Wajahnya menegang, bibirnya sedikit bergetar.Brilian masih berdiri di tempatnya, memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut, sementara Almahira sudah berlari pergi dengan riang.Malika mengepalkan tangannya kecil-kecil. Brilian sudah ternoda.Entah dari mana gadis mungil itu mendapatkan pemikiran seperti itu, tapi itulah yang muncul di kepalanya. Sejak kecil, ia selalu menganggap Brilian adalah miliknya, teman bermain yang paling seru, kakak yang selalu membelanya dan menjaganya. Tapi sekarang?Brilian sudah dicium gadis lain.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berteriak, ingin menangis, t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   466. Ditandai

    466Lila membuka matanya perlahan saat mendengar suara rengekan bayi. Seketika, nalurinya sebagai ibu membuatnya ingin segera bangkit. Namun, saat menoleh ke samping, tempat tidur Sean kosong.Dia menoleh ke arah boks bayi dan menemukan suaminya sudah lebih dulu terjaga. Sean duduk di kursi di samping boks, memangku salah satu bayi mereka sambil memberikan dot. Dengan satu tangan lainnya, dia berusaha menenangkan si kecil yang masih berada di boks, menyentuhnya dengan lembut agar tidak terus menangis.Lila menggeleng pelan. Kenapa dalam keadaan repot seperti itu Sean tidak membangunkannya?Dia mengamati suaminya yang tampak begitu telaten. Mata Sean terlihat sedikit sayu karena mengantuk, tetapi senyumnya tetap ada saat membisikkan sesuatu pada anak mereka. Lila merasa hangat melihat pemandangan itu.Dia bangkit perlahan, mendekati Sean, lalu bertanya pelan, "Kenapa tidak membangunkanku?"Sean menoleh dan tersenyum kecil. "Kau masih butuh istirahat, sayang. Aku bisa mengurus mereka."

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   465. Kemarahan Ibu Hamil

    Ryan menghela napas panjang, berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat Rina berbaring. Sejak sadar, istrinya berubah total. Biasanya Rina adalah perempuan yang mandiri, kalem, dan penurut. Tapi sekarang? Manja, gampang marah, dan yang paling membuat Ryan frustasi, diam seribu bahasa setiap kali mereka hanya berdua."Rina, kau mau sesuatu?" tanya Ryan pelan, berharap mendapat jawaban.Rina hanya membuang muka, menatap ke arah jendela.Ryan mengusap wajahnya, mencoba bersabar. Sejak dokter memberi kabar tentang kehamilan Rina, perubahan sikap istrinya semakin menjadi-jadi. Setiap kali ia mencoba membicarakannya, Rina malah menutup diri.Namun, saat Sekar dan Prabu datang bersama Brilian dan Renasya, suasana langsung berubah. Seakan-akan Rina adalah orang yang berbeda."Bunda!" Renasya berlari kecil mendekati ranjang, matanya berbinar.Rina tersenyum hangat, membuka tangannya untuk menyambut putrinya. "Sayang, ke sini, Bunda kangen."Ryan memandangi pemandangan itu dengan kening

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   464. Janji tak Terucap

    Sean melepas dasinya dengan satu tarikan kasar. Rumah besar itu terasa begitu sepi.Tidak ada suara Sekar yang biasanya sibuk memberi perintah. Tidak ada tawa Prabu yang sering menggoda Brilian. Bahkan Brilian sendiri tak terdengar, padahal biasanya selalu berlari-lari dengan ocehan tak ada habisnya.Setelah mencuci tangan, Sean melangkah menuju kamar bayi, membuka pintu perlahan.Di dalam, Lila sedang menggendong Berlian yang masih mengenakan baju tidur, sementara Bintang terbaring di boks bayi, menggeliat pelan. Wajah Lila tampak lelah, rambutnya berantakan, tetapi senyumnya tetap ada saat menenangkan putri kecil mereka.Sean bersandar di ambang pintu, matanya melembut. "Kenapa sendirian?"Lila menoleh, sedikit terkejut, lalu tersenyum tipis. "Mama dan Papa mengantar Renasya ke rumah sakit. Brilian ikut, nanti pulangnya langsung ke rumah Om Prabu. Mereka akan menginap kurang lebih satu minggu di sana sampai Paksi berangkat ke London."Sean mengangguk pelan, beberapa hari yang lalu P

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   463. Masa Tua yang Bahagia

    Di perjalanan pulang, Sekar sesekali melirik ke arah Renasya yang tertidur di pangkuannya. Wajah mungil itu tampak lelah, sesekali bergumam dalam tidurnya, mungkin memanggil ibunya. Prabu yang menyetir pun sesekali melirik ke kaca spion, memastikan keadaan mereka baik-baik saja."Kasihan anak ini, tidak ada yang asuh karena mamanya harus di" gumam Sekar pelan, mengusap rambut Renasya dengan lembut."Kita jaga dia baik-baik sampai ibunya pulang," sahut Prabu, suaranya tenang tetapi tegas.Sesampainya di rumah, Sekar langsung memanggil Bi Siti. "Bi, tolong mandikan Renasya dulu, ya. Pakaiannya ada di kamar tamu yang dulu dia pakai waktu menginap di sini."Bi Siti mengangguk. Dengan penuh kesabaran, ia membimbing Renasya yang masih setengah sadar karena mengantuk. Anak itu berjalan dengan langkah gontai, menggenggam tangan Bi Siti erat-erat.Sekar dan Prabu menghembuskan napas lega. "Semoga besok Rina sudah bisa dibawa pulang," kata Sekar pelan, lebih kepada dirinya sendiri.“Ya, tapi Re

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   462. Ada Apa dengan Rina

    Ryan duduk di kursi tunggu ruang UGD, masih mengenakan kaus rumahan dan celana training. Melihat keadaan istrinya yang tidak sadarkan diri, ayah satu anak itu mengambil pakaian sedapatnya dari lemari.Napas Ryan tersengal, dadanya naik turun cepat. Di pelukannya, Renasya meringkuk, masih mengenakan piyama tidurnya, kepalanya bersandar di bahu Ryan dengan wajah bingung dan takut."Ayah, Bunda kenapa?" Suara kecil putrinya bergetar.Ryan mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan anaknya meski dirinya sendiri diliputi ketakutan yang luar biasa."Bunda sakit, Nak. Kita doain Bunda, ya?" Suara Ryan terdengar serak, matanya terus terpaku pada pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat.Tadi pagi, setelah menemukan Rina tidak sadarkan diri, Ryan nyaris kehilangan akal. Ia menggendong istrinya keluar kamar, berlari ke garasi, dan tanpa berpikir panjang, memasukkan Rina ke mobil.Renasya, yang terbangun karena suara ayahnya berteriak, ikut dibawa serta dalam keadaan setengah mengantuk.P

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status