Share

42. Sebuah Keputusan

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-10-09 11:09:11

Detik demi detik berlalu, dan untuk sesaat, Sean merasa dia bisa melepaskan semua kekhawatirannya. Bibir yang bersatu itu saling berbalas kuluman penuh Hasrat, bahkan tangan Sean mulai bergerilya menapaki inci demi inci lekuk tubuh Miranda.

Sejenak keduanya hanyut dalam sentuhan yang memabukkan. Sean yang sudah lama puasa sejak perceraiannya dengan Lila, dan Miranda yang sejak dahulu begitu mendambakan Sean, seolah mencapai titik temu yang penuh gairah.

Namun semua tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, ingatan tentang mimpi itu melintas di benak Sean. Bayi kecil yang tersenyum kepadanya kembali mengganggu pikirannya.

Sean terhuyung mundur dari ciuman itu, napasnya tersengal-sengal. Dia memejamkan matanya, menyadari bahwa dia sedang berada di ambang batas yang berbahaya. Jika dia tidak bisa mengendalikan dirinya, segalanya bisa berakhir dengan konsekuensi yang tidak dia inginkan.

"Maaf." Sean membuka matanya, menatap Miranda dengan rasa bersalah yang mendalam. "Seharusnya kita tidak melak
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   43. Semakin Dekat dengan Ryan

    Miranda berdiri di depan wastafel dengan tangan yang bergetar. Butiran serbuk yang seharusnya menjadi alat untuk menjalankan rencana Andreas perlahan menghilang di bawah aliran air. Miranda ingin menghapus semua bukti pembangkangannya, menghindari murka dari sang papa.Tetapi detak jantungnya semakin cepat saat suara gedoran keras terdengar dari arah pintu. Suara itu membuatnya semakin gugup, karena dia tahu siapa yang ada di balik pintu itu.“Miranda!” suara Andreas menggema di seluruh ruangan.Pintu terbuka dengan keras, dan Andreas muncul di ambang pintu dengan wajah penuh amarah. Miranda hanya bisa menundukkan kepala, tahu bahwa apa pun yang dia katakan tidak akan meredakan amarah sang papa.“Mengapa kau tidak menjalankan rencana kita?” tanya Andreas dengan suara bergetar menahan amarah. “Acara gala dinner itu kesempatan besar! Seharusnya kau bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Sean, menjeratnya seperti yang sudah kita rencanakan!”Tampaknya tanpa menunggu penjelasan, And

    Last Updated : 2024-10-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   44. Tidak Punya Suami

    Dalam perjalanan menuju rumah sakit, suasana di dalam mobil terasa hening namun tidak canggung. Lila duduk tepat di samping Ryan dengan tatapan mata kosong, menatap jalan yang terbentang di depan mereka. Di sisi lain, Ryan menyetir dengan tenang, sesekali melirik Lila yang tampak tenggelam dalam pikirannya. “Ada masalah?” tanya Ryan kala menatap wajah sendu Lila. Lila hanya menggeleng lalu melempar senyum ke arah Ryan. Apa pun beban dalam hidupnya, Ryan bukanlah tempat penampungan keluh kesahnya. Ada hal-hal pribadi yang tetap harus dia jaga. Terutama tentang beban pikiran yang berhubungan dengan kahamilannya. “Semua akan baik-baik saja,” ucap Ryan beusaha meyakinkan hati Lila. “Aku berharap begitu,” jawab Lila pelan, terdengar adanya nada penuh keraguan. Ryan mengangguk, tidak banyak berucap lagi. Dia memahami bahwa Lila membutuhkan ruang untuk merenung. Setibanya di rumah sakit, Ryan turun terlebih dahulu. Layaknya seorang lelaki sejati dia membukakan pintu untuk Lila. Mereka

    Last Updated : 2024-10-11
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   45. Pertanyaan yang Sulit Dijawab

    Setelah menjalani istirahat beberapa hari, kini Lila sudah kembali bekerja. Tidak ada yang harus dia tutupi, termasuk dengan kahamilannya. Toh dengan berjalannya waktu rekan-rekan kerjanya akan tahu juga. Bayi ini bukan aib, bukan pula dosa yang harus dia sembunyikan, dia adalah anugerah yang harus disyukuri kehadirannya.Ketika Lila melewati meja-meja rekan kerjanya, beberapa dari mereka terlihat berbisik-bisik, meski tetap menatapnya dengan senyum ramah. Mereka sepertinya memperhatikan perubahan gaya berpakaian Lila yang terlihat lebih longar, lebih nyaman, lebih feminim. Lila menyadari tatap mata mereka, tetapi dia tidak memedulikannya. Dia fokus pada tugas-tugas yang menanti di meja kerjanya.Namun, di antara bisikan-bisikan itu, satu hal yang jelas sering didengar Lila adalah tentang Ryan. Perhatian yang sering ditunjukkan oleh Ryan kepada Lila, mulai dikaitkan dengan hubungan mereka dan kehamilannya. Beberapa bahkan menduga bahwa bayi yang dikandung Lila adalah anak Ryan, sang p

    Last Updated : 2024-10-12
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   46. Rencana Pernikahan

    Setumpuk data yang harus dianalisa adalah karib sehari-hari Lila yang membantunya melupakan semua beban dan masalah. Bukan hanya bekerja keras untuk keluarga dan calon anaknya, tetapi Lila juga ingin membuktikan kemampuannya di hadapan semua orang yang meragukannya selama ini.Kerja keras Lila tampaknya mulai menunjukkan pencapaian yang memuaskan. Hari ini, di sebuah pertemuan tim Mahendra Securitas, suasana penuh dengan antusiasme. Ryan berdiri di depan, dengan senyum bangga terukir di wajahnya. Dia baru saja menerima laporan kinerja kuartalan perusahaan, dan hasilnya melebihi ekspektasi.Semua mata tertuju pada Ryan saat dia mulai berbicara. Kharisma dan wibawanya sebagai seorang pemimpin terlihat jelas."Saya ingin mengucapkan terima kasih atas kerja keras kalian semua. Kinerja investasi kita tahun ini sangat luar biasa, terutama dalam beberapa bulan terakhir," ucap Ryan dengan penuh semangat.Ryan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Lila, yang duduk di salah satu sudut ruang

    Last Updated : 2024-10-13
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   47. Ingin Memperistri Janda yang Sedang Hamil

    Andika Mahendra duduk di ruangannya, menatap serius pada pria yang berdiri di depannya. Pria itu adalah informannya, seseorang yang telah lama bekerja dalam bayang-bayang untuk memastikan bahwa tidak ada informasi penting yang terlewatkan oleh Andika, terutama yang terkait dengan perusahaan dan keluarganya. "Jadi, apa yang kau temukan tentang perempuan itu?" tanya Andika, suaranya rendah tapi tegas. Dia masih belum bisa sepenuhnya yakin dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dan kini dia ingin mendapatkan gambaran pasti yang lebih jelas. Pria itu menarik napas sebelum mulai berbicara. "Perempuan yang Anda tanyakan adalah Delilah Aurora Fatma. Dia adalah mantan istri Sean Mahendra Wismoyojati, putra dari keluarga Wismoyojati. Mereka bercerai beberapa bulan yang lalu." Andika menatap pria itu dengan alis terangkat. "Mantan istri Sean?" ucapnya setengah bergumam, ada perasaan yang sulit digambarkan setelah mendengar informasi tersebut. "Betul, Pak," sahut sang informan. “Untuk penyeb

    Last Updated : 2024-10-14
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   48. Kembali Drop

    Lila mengangkat telepon dengan cepat, mendengar suara lembut penuh kecemasan dari Inayah, di seberang sana."Lila, bapakmu Lil ….” Kalimat itu harus terjeda oleh suara tangis “Bapakmu sekarang harus kembali ke rumah sakit. Kondisinya memburuk sejak semalam," sambung Inayah terputus-putus karena dibarengi oleh tangisan.Dunia Lila seakan berhenti sejenak. Dia merasa detak jantungnya mengalami percepatan berulang kali lipat, hingga membuat pandangannya kabur sesaat.“Bu … apa yang terjadi? Kenapa nggak bilang dari tadi?” Suara Lila gemetar tidak bisa menutupi rasa khawatir di hatinya."Kami nggak mau bikin kamu panik, tapi sekarang sudah nggak bisa lagi ditunda. Dokter bilang bapakmu harus segera mendapat perawatan. Kamu bisa pulang, kan?"Lila terdiam, matanya mulai berkaca-kaca. Rasa panik yang mendesak membuat dadanya terasa sesak. "Iya, Bu. Aku akan segera pulang."Lila menghela napas dalam-dalam, masalah seolah enggan beranjak dari hidupnya. Selalu ada yang menjadi penghalang untuk

    Last Updated : 2024-10-15
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   49. Samsak Segala Amarah

    Rasa lelah yang mendera setelah perjalanan jauh tidak Lila hiraukan. Yang penting saat ini dia bisa melihat keadaan sang ayah. Lila mendekati brankar ayahnya, ingin melihat keadaan Waluya sambil mengistirahatkan tubuh dengan duduk di kursi yang ada di samping brankar.Suara napas Waluya yang berat terdengar samar di balik suara monitor medis, membuat suasana semakin mencekam. Inayah duduk di sebelahnya, memandang Lila dengan tatapan penuh emosi yang selama ini terpendam. Bahkan terlihat tidak peduli dengan, keadaan Lila yang tampak kelelahan.“Apa karena lelaki itu kau minta cerai dari Sean?” Tampaknya Inayah masih penasaran dengan sosok Ryan.“Tidak Bu,” sangkal Lila yang merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang lebih condong pada tuduhan. “Hubungan kami murni urusan pekerjaan, kalau sampai dia mengantarku pulang, itu semua karena alasan kemanusiaan.”Inayah mendengus kasar, meski tidak percaya begitu saja, tetapi tampak mulai mengabaikannya. Pandangannya kini tertuju ke arah sang

    Last Updated : 2024-10-16
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   50. Masa Iddah

    Lila tersentak, tubuhnya seketika menegang. Pertanyaan itu menghentikan langkahnya, membuatnya tak mampu berkata-kata. Dia menatap ayahnya, matanya dipenuhi rasa cemas dan ketidakpastian. Selama ini, dia mencoba menyembunyikan kehamilannya, terutama dari ayahnya yang sedang sakit. Dia tak ingin menambah beban pikiran di tengah kondisinya yang masih belum stabil."Bapak …" Lila berusaha mencari kata-kata yang tepat, tapi suaranya tertahan di tenggorokan. Matanya bertemu dengan tatapan tajam sang ayah yang begitu penuh perhatian."Jawab, Nak. Kamu hamil?" Suara Waluya terdengar lebih lembut, tetapi menuntut jawaban pasti.Waluya tidak bisa mengabaikan apa yang baru saja dilihatnya. Wajah Lila, sikap tubuhnya, dan suara muntah itu adalah tanda-tanda yang sulit untuk disangkal.Lila mengangguk perlahan, mengakui kenyataan yang selama ini coba dia sembunyikan."Iya, Pak …" jawab Lila lirih, nyaris tidak terdengar. "Aku hamil."Waluya menarik napas panjang, seolah berpikir sejenak. Tatap ma

    Last Updated : 2024-10-17

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   336. Keputusan Lila

    Rangga menekan pulpen di atas kertas, menandatangani pernyataan medis dengan tangan gemetar. Ia memberi izin rumah sakit untuk melakukan tindakan operasi caesar pada Nadya.Napas Rangga terlihat berat, dadanya naik turun menahan emosi yang berkecamuk. Bukan hanya marah tetapi ada rasa khawatir yang mendalam. Di ruang operasi istri dan anaknya sedang berjuang hidup.Di hadapannya, Sean dan Lila berdiri dalam diam. Sean memasukkan tangan ke dalam saku, sementara Lila menatap kosong ke lantai.“Aku akan menempuh jalur hukum,” suara Rangga terdengar tegas, nyaris bergetar menahan amarah. “Delisa harus bertanggung jawab atas semua ini.”Sean mengalihkan pandangannya ke Lila, menunggu reaksi istrinya. Lila mengangkat wajahnya, matanya terlihat basah. Namun, ia tidak menangis.Perlahan, ia mengangguk. “Aku tidak akan menghalangi,” katanya pelan, hampir berbisik. “Lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan.”Wajah Rangga tetap tegang, tetapi ia mengangguk kecil, menerima jawaban itu.Suasana di

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   335. Masalah Serius

    Delisa merasa tidak nyaman saat Nadya menghampiri kubikelnya. Perut besar wanita itu tak mengurangi langkahnya yang mantap, penuh percaya diri.Senyum lebar terpasang di wajah Nadya, tapi Delisa tahu itu bukan senyum ramah. Itu senyum yang dibuat-buat.“Hai, Delisa,” sapa Nadya dengan nada ringan, terlalu ringan.Delisa menatapnya dengan waspada. Nadya bukan hanya sahabat kakaknya, tetapi juga orang kepercayaannya. Jika Nadya mendatanginya secara langsung seperti ini, pasti ada sesuatu.Sebelum Delisa sempat menjawab, ponselnya bergetar berkali-kali. Notifikasi beruntun memenuhi layar. Ia melirik Nadya sekilas, lalu menurunkan pandangannya ke ponsel.Pesan dari Nadya.Delisa menatap Nadya dengan ekspresi bingung. Untuk apa Nadya mengirim pesan jika mereka sedang berhadapan?Rasa penasaran mengalahkan kewaspadaannya. Dengan sedikit ragu, Delisa membuka pesan itu. Matanya membeliak lebar menatap isi pesan.Beberapa foto wajah seorang perempuan penuh luka, lebam di pipi, bibir pecah, dan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   334. Sebelum Semuanya Menjadi Lebih Buruk

    Di kamar kosnya, Delisa mondar-mandir dengan gelisah. Tangannya terus menggenggam ponselnya, Delisa ingin menghubungi ibunya tetapi ternyata beberapa hari terakhir ponsel selalu dibawa bapaknya, sehingga dia tidak bisa berkeluh kesah atas masalah yang sedang dia hadapi saat ini.Hati Delisa berdebar kencang, bukan karena antusiasme, tetapi karena rasa panik yang mulai merayap."Bodoh... Kenapa aku tadi begitu ceroboh?" gumamnya sambil menjatuhkan diri ke tempat tidur.Matanya menatap langit-langit dengan kosong, sementara pikirannya terus berputar pada kejadian sore tadi.Ia tidak berpikir panjang ketika ingin ikut serta saat Lila dan Sean pergi bersama. Rasa cemburu dan iri yang selama ini ia pendam membuatnya kehilangan akal. Selama ini, ia bisa bertindak mendekati Sean tanpa sepengetahuan Lila, dan Sean pun memilih diam.Tetapi tadi … tadi ia hampir merusak semuanya.Delisa mengepalkan tangannya. Selama ini, ia selalu merasa bahwa ia lebih pantas berada di sisi Sean dibandingkan Li

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   333. Alasan Sean

    Setelah Brilian tertidur pulas, napasnya teratur dan wajah kecilnya terlihat damai, Lila tetap duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah dinding. Tanpa sadar, air matanya menetes, mengalir perlahan di pipinya. Ia mengusap cepat, seolah ingin menghapus rasa sakit yang tak bisa dihindari.Dengan langkah pelan, Lila meninggalkan kamar Brilian, hatinya penuh sesak. Ia berdiri di sudut ruang keluarga, menahan isak yang ingin pecah.Sean merapikan selimut Brilian, memastikan anaknya tidur dengan nyaman. Lalu dia menyusul Lila, menemukan istrinya berdiri membelakangi pintu. Tanpa berkata apa pun, Sean mendekat dan memeluk Lila dari belakang, merapatkan tubuhnya, mencoba menjadi pelindung dari rasa sakit yang tak terlihat.Lila menggigil pelan, lalu perlahan membalikkan tubuhnya. Wajahnya basah oleh air mata. Ia menatap mata Sean, penuh luka yang tak bisa diucapkan. Tanpa bisa ditahan lagi, Lila menumpahkan seluruh kesedihannya dalam pelukan Sean, menangis sesenggukan.Sean memeluk erat,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   332. Adik dari Tante

    Tampaknya Lila harus bersabar untuk mendapat jawaban dari Sean, karena suaminya itu mengatakan akan membicarakan hal tersebut di rumah. Lila tidak memaksa karena mereka sedang dalam perjalanan.Setibanya di rumah, Sean dan Lila harus menghadapi Sekar yang terlihat sangat antusias untuk mengetahui hasil pemeriksaan Lila. Perempuan paruh baya itu sudah tidak sabar untuk menimang cucu keduanya.“Bagaimana hasil pemeriksaannya tadi?” tanya Sekar sambil menuntun Lila menuju ke ruang keluarga. Dia mengabaikan Sean yang berjalan di belakang mereka.Lila menoleh ke belakang, seolah meminta bantuan sang suami untuk memberikan penjelasan. Meskipun bukan masalah yang sulit diatasi, tetapi Lila tidak ingin membuat ibu mertuanya kecewa jika mengetahui dirinya mengalami anemia dan harus menunda program kehamilannya sementara waktu.“Semua baik-baik saja, Ma. Hanya mungkin karena saat ini Lila masih banyak pekerjaan yang menumpuk, karena Nadya sebentar lagi akan cuti melahirkan, jadi kami memutuskan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   331. Menuntut Kejujuran

    Dokter Amira menutup alat pemeriksaannya dengan hati-hati, lalu mengambil catatan medis Lila. Ia tersenyum tipis, mencoba meredakan kecemasan yang tergambar jelas di wajah Lila dan Sean.“Tenang, tidak ada masalah serius,” ujar Dokter Amira pelan. “Hanya saja, Lila mengalami anemia ringan. Ini cukup umum terjadi, terutama setelah persalinan caesar sebelumnya.”Sean menghela napas lega, tetapi tetap menatap dokter dengan penuh perhatian. “Apa yang harus kami lakukan, Dok?”“Yang terpenting adalah mengatur pola makan. Lila perlu mengonsumsi lebih banyak makanan yang kaya zat besi seperti daging merah tanpa lemak, hati ayam, sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, serta kacang-kacangan. Lengkapi dengan vitamin C agar penyerapan zat besi lebih optimal.” Dokter Amira menuliskan beberapa catatan di kertas resep.“Apakah ini akan memengaruhi program hamil nanti?” tanya Lila, suaranya pelan.“Tidak, asalkan anemia ini teratasi sebelum kehamilan. Jika dibiarkan, bisa membuat Lila cepat lelah

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   330. Konsultasi dengan Dokter Amira

    Di klinik yang bernuansa hangat dan tenang, Lila dan Sean duduk berdampingan di ruang tunggu. Tak butuh waktu lama, setelah seorang pasien keluar dari ruang praktik, nama Lila segera dipanggil.Sean berdiri lebih dulu, lalu meraih tangan Lila dengan lembut, seolah-olah menggandeng harta paling berharga dalam hidupnya.Saat mereka memasuki ruangan, Dokter Amira yang duduk di balik mejanya tersenyum lebar. Matanya berbinar begitu melihat Lila.“Wah, Lila! Aku hampir nggak mengenalimu. Semakin cantik saja,” seru Dokter Amira, berdiri untuk menyambut mereka.Lila tersipu, sementara Sean melemparkan pandangan penuh kebanggaan ke arah istrinya.“Tubuhmu tetap terjaga dengan baik. Pasti karena pengorbanan Sean, ya? Aku dengar dia yang memutuskan untuk KB, bukan kamu. Itu tandanya dia benar-benar sayang sama kamu.”Ucapan itu membuat Sean tertawa kecil, lalu meremas pelan tangan Lila. Bagi Sean apa yang dia lakukan bukanlah pengorbanan yang layak dibanggakan. Toh dia masih bisa menikmatinya,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   329. Kepercayaan

    Sore itu, sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di depan gedung Mahendra Securitas. Pintu mobil terbuka, dan Sean melangkah keluar dengan langkah mantap. Setelan jasnya rapi, kemeja putih tanpa cela berpadu dengan dasi berwarna gelap yang menambah aura kharismanya. Tatapan matanya tenang, penuh percaya diri, memancarkan pesona yang sulit diabaikan.Saat Sean memasuki lobi kantor, beberapa karyawan wanita tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka. Bisikan pelan terdengar di sudut-sudut ruangan.“Itu suaminya Bu Lila, kan?” bisik salah satu staf.“Iya, ya ampun, ganteng banget. Mereka pasangan serasi banget,” sahut yang lain sambil tersenyum kagum.Sean melangkah melewati mereka tanpa banyak bicara, hanya memberikan anggukan singkat yang membuat beberapa orang semakin terpesona. Aura dingin dan tenangnya justru menambah daya tariknya.Delisa, yang kebetulan sedang berada di salah satu sudut ruangan, melihat semua pemandangan itu dengan tatapan sulit diartikan. Senyum tipis menghiasi wa

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   328. Kegalauan Lila

    Di kantor, Lila tampak gelisah. Tatapannya kosong meski layar laptop di depannya penuh dengan angka dan laporan. Pikirannya melayang, tak bisa fokus pada pekerjaan.Tadi, sebelum pulang, Inayah menemuinya dengan wajah sedih. Kata demi kata yang diucapkan sang ibu seolah sulit untuk Lila abaikan begitu saja."Kau tahu apa yang dilakukan ibu mertuamu saat kami mengantar Brili tadi? Tadi dia melabrak Ibu."Lila mengerutkan kening. "Melabrak? Kenapa?" Tentu Lila sangat terkejut, karena keduanya berangkat terlihat rukun dan akrab."Ibu juga kaget. Dia menuduh Delisa merayu Sean." Inayah menatap Lila, suaranya mengandung kemarahan yang tertahan. "Tapi coba pikir, Li … apa masuk akal? Bisa saja justru Sean yang menggoda adikmu."Lila terdiam, dadanya sesak. Kata-kata Inayah menancap tajam di pikirannya, memunculkan keraguan yang berusaha dia tepis."Sean nggak mungkin begitu, Bu," bisiknya, tapi suaranya terdengar ragu.Inayah menepuk tangan Lila lembut. "Ibu cuma ingin kamu waspada. Jangan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status