Semua Bab Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal: Bab 11 - Bab 20

289 Bab

11. Dukungan untuk Sean

Sean duduk di ruang tamu rumah sederhana itu, tangannya berkeringat meski udara dingin terasa di kulitnya. Di depannya, Waluya Sidig dan Inayah, kedua orang tua Lila, menatapnya dengan raut wajah yang berbeda. Waluya terlihat tenang, berusaha memahami situasi, sementara Inayah tampak marah dan bingung, seperti tidak percaya apa yang baru saja didengarnya dari menantunya.“Saya sadar kalau saya salah,” ulang Sean dengan suara bergetar, mencoba menahan emosi yang terus bergejolak di dalam dirinya. “Tapi saya melakukan itu karena marah. Lila berkali-kali meminta cerai tanpa alasan yang jelas, dan saya hanya ingin mempertahankan pernikahan kami.”Inayah mengerutkan dahi, matanya menyorot penuh kekecewaan. "Apa lagi yang diinginkan anak itu? Apakah semua yang dia dapatkan masih kurang? Sampai-sampai minta cerai.” Suara Inayah terdengar meninggi penuh emosi.Sean melihat kesempatan ini. Dia tahu bahwa Inayah sangat menghargai status dan kekayaan yang datang dengan pernikahan putrinya. Kehid
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-19
Baca selengkapnya

12. Luka yang Ditaburi Garam

Lila menunduk, berusaha menahan air mata yang mendesak keluar. Hatinya sakit bukan hanya karena luka-luka di wajah dan sekujur tubuhnya, tetapi juga karena kata-kata ibunya yang seolah-olah menyudutkannya. Luka fisik yang dia derita terasa sepele dibandingkan dengan luka emosional yang ditimbulkan oleh sikap ibunya. Inayah, yang seharusnya menjadi pelindung dan tempat curahan hatinya, justru menambah beban di pundaknya.“Punya suami yang tampan dan banyak harta, harusnya membuatmu bersyukur,” ulang Inayah, tanpa sedikit pun nada simpati. “Bukan malah membuat gara-gara seperti ini.”Lila tak kuasa menjawab. Bagaimana bisa dia mengungkapkan betapa hancurnya hatinya ketika orang yang dia harap dapat mendukungnya justru lebih peduli pada harta dan status sosdial? Inayah tak melihat luka-luka di wajahnya sebagai bukti penderitaan, melainkan sebagai tanda ketidakpatuhannya sebagai seorang istri.Waluya, yang berdiri di samping Inayah, hanya bisa menggeleng lemah. Dia mencoba menenangkan ist
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya

13. Hati Seorang Ayah

Pagi itu, sinar matahari lembut masuk melalui jendela rumah sakit. Mengingat jika ada obat yang harus rutin diminum oleh suaminya, Inayah berpamitan untuk mencari sarapan, agar suaminya bisa segera meminum obat tersebut."Ibu keluar sebentar ya, cari sarapan. Kasihan bapakmu kalau sampai telat minum obat," ucap Inayah sambil bergegas meninggalkan ruang perawatan Lila.Kesunyian menyelimuti ruangan sesaat setelah pintu tertutup. Lila tetap diam, menatap jendela tanpa benar-benar melihat. Waluya duduk di sampingnya, menarik napas dalam-dalam, mencoba menyusun kata-kata. Hatinya begitu terluka kala harus melihat putrinya terbaring dalam kondisi seperti itu. Luka-luka di wajah Lila seperti menamparnya, menyisakan perasaan bersalah yang menggerogoti hatinya.“Lila …” suara Waluya pelan, penuh kebingungan. “Apa yang sebenarnya terjadi?”Lila menoleh pelan, mata mereka bertemu sejenak sebelum akhirnya Lila kembali mengalihkan tatap matanya menuju ke sembarang arah, asal tidak menatap mata sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya

14. Tawaran Menggiurkan

Dengan tubuh ringkihnya, Waluya mendatangi kantor Sean. Melangkah perlahan memasuk ke lobi kantor menemui resepsionis dan mengutarakan maksud kedatangannya untuk bertemu dengan Sean."Maaf, Pak, Pak Sean sedang rapat," ucap resepsionis dengan suara ramah.Waluya mengangguk pelan, tak ingin memaksa. "Tidak apa-apa, saya akan menunggu," jawabnya sambil mengambil tempat di sofa di sudut ruangan.Dia duduk dengan sabar, matanya sesekali melirik ke arah pintu ruang rapat. Pikirannya dipenuhi oleh kekhawatiran tentang pernikahan putrinya, berharap ada jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi.Demi putrinya, dia rela menunggu hingga Sean selesai dengan rapatnya. Di antara para pekerja yang sibuk berlalu-lalang, Waluya mencoba tetap tenang, meski pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang apa yang akan terjadi saat ia akhirnya bertemu menantunya itu.Tak lama kemudian, pintu ruang rapat terbuka. Sean keluar bersama beberapa klien, tampak santai dan penuh senyum. Mungkin ini adalah sikap profe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya

15. Rayuan yang Tidak Mempan

Waluya terdiam, hatinya bergejolak. Tawaran itu menggoda, tetapi ada sesuatu dalam cara Sean berbicara yang membuatnya ragu. Di balik kepedulian yang ditunjukkan menantunya, dia merasa ada harapan tersembunyi agar dia berpihak pada Sean, bukan pada Lila.Waluya menghela napas panjang, seolah menimbang setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Sean. Matanya yang lelah menatap menantunya dengan pandangan yang sendu, seolah sudah lama memikirkan hal ini. Tawaran yang diberikan Sean mungkin terdengar mulia bagi sebagian orang, namun bagi Waluya, itu adalah sebuah jebakan.“Sean,” ucap Waluya pelan namun tegas, “saya menghargai tawaranmu. Saya tahu kamu punya niat baik untuk membantu, tapi bukan itu yang saya cari saat ini. Yang saya inginkan hanyalah satu, kebahagiaan anak saya.”Sean menatap Waluya dengan ekspresi yang sulit dibaca, sedikit cemas. Dia berharap tawarannya akan melunakkan hati ayah mertuanya, membuatnya berpihak pada dirinya dalam pernikahan ini. Tapi respons Waluya yang t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya

16. Tekanan dari Berbagai Penjuru

Sean mengemudi dengan tangan yang mengepal erat di setir, wajahnya tegang dan penuh amarah. Jalanan di depannya tampak kabur oleh kemarahan yang berkecamuk di pikirannya. Setiap detik yang berlalu hanya menambah bara kemarahan dalam hatinya. Dia tidak percaya bahwa ibunya, Sekar, telah berbicara kepada Miranda tentang masalah yang menimpa pernikahannya dengan Lila.“Apa yang dia pikirkan?" gumam Sean dengan suara keras, kemarahan meletup di setiap kata. Miranda tidak seharusnya tahu tentang ini. Masalah pernikahannya sudah cukup rumit tanpa ada orang lain yang ikut campur.Roda mobil melaju cepat menyusuri jalan, dan beberapa kali Sean nyaris melewati batas kecepatan. Ketika akhirnya tiba di depan rumah besar ibunya, dia menginjak rem dengan keras, mobil berhenti mendadak di depan gerbang.Tanpa berpikir panjang, Sean keluar dari mobil dan menghampiri pintu rumah Sekar. Pikirannya masih dipenuhi oleh rasa marah dan kecewa. Dia menggedor pintu dengan keras.Tidak butuh waktu lama bagi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya

17. Berpikir Sejuta Kali

Lila masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit, meskipun fisiknya perlahan pulih, perasaannya tetap hampa. Matanya menatap kosong ke arah jendela, tak banyak yang bisa ia lakukan selain menunggu. Di sampingnya, Inayah sibuk merapikan barang-barangnya. Hari ini, Inayah dan Waluya harus pulang. Waluya harus mempersiapkan diri untuk cuci darah rutin yang tak bisa ditunda.Inayah menghampiri Lila, duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan putrinya yang dingin. “Nak, kami harus pulang. Bapakmu harus siap-siap cuci darah. Tapi sebelum kami pulang, ada yang ingin Ibu bicarakan.”Lila hanya mengangguk lemah, matanya tetap terfokus pada jendela, seolah mencoba menghindari percakapan itu. Inayah menarik napas dalam, mencoba memilih dan memilah kata-kata yang tepat.“Ibu tahu, Sean bukan laki-laki yang sempurna, tapi ... Ibu yakin dia juga tidak sepenuhnya jahat,” ucap Inayah sambil mengusap lembut punggung tangan putrinya. “Luka-lukamu sudah mulai sembuh, Lila. Mungkin sekarang saatnya untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya

18. Yang Selalu di Hati

Selama beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit, Lila selalu didampingi seorang perempuan yang menjadi perwakilan dari sebuah LSM yang peduli pada kasus-kasus kekerasan pada anak dan perempuan. Hubungan mereka terlihat mulai akrab hingga sering terlibat dalam pembicaraan."Di mata banyak orang, kamu itu perempuan yang beruntung. Punya suami seperti Sean, tampan, kaya, dan sukses. Banyak perempuan di luar sana yang pasti iri padamu."Lila menoleh perlahan, menatap perempuan itu dengan ekspresi datar. Ada ironi dalam kata-kata yang baru saja diucapkan. "Ya, seharusnya begitu, kan?" jawab Lila dengan nada datar dan terdengar hambar.Perempuan dari LSM itu tersenyum canggung, tidak mengira respons Lila akan sedatar itu. "Iya, maksudku, dengan suami seperti dia, kamu seharusnya bisa bahagia. Hidupmu pasti terjamin, nggak perlu khawatir tentang uang atau hal-hal lain."Lila menarik napas dalam, menunduk sejenak sebelum menjawab. "Ya, seharusnya menikah dengan orang kaya itu bisa mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

19. Akhirnya Melepaskan

Miranda adalah perempuan yang sebenarnya Sean cintai. Mereka pernah memiliki hubungan yang begitu dalam sebelum pernikahan dengan Lila terjadi. Sean mengakui jika sampai saat ini hatinya masih tertambat pada Miranda.Namun, dia tidak ingin Miranda mengalami penderitaan yang sama seperti yang dialami Lila. Jika Sean menikahi Miranda, Sekar akan langsung menekan mereka untuk segera memiliki anak sebagai penerus keluarga Wismoyojati, dan Miranda akan terjebak dalam lingkaran tekanan dan derita yang sama.Posisi ini membuat Sean semakin terjebak dalam dilema yang tak berujung. Menyetujui perceraian dengna Lila akan membawa masalah baru, tapi mempertahankan pernikahan mereka tentu juga tidak adil bagi Lila.Sean menarik napas panjang. "Akhirnya kau menang, Lila," gumam Sean dengan perasaan getir menjalar di dadanya.Sean meraih ponselnya dan menelusuri kontak. Jarinya berhenti pada nama Ari Nugraha, pengacara keluarganya. Dengan hati yang mantap, dia menekan tombol panggil. Ketika panggila
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

20. Semoga Kau Bahagia

"Sean sudah setuju untuk bercerai."Lila menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis. Entah bahagia atau sedih saat Lila mendengar kabar tersebut dari perempuan yang mendampinginya selama berada di rumah sakit. Ini adalah sesuatu yang sudah menjadi keinginan dan harapannya, tetapi saat semua itu sudah hampir terwujud rasanya ada yang hilang.“Tapi dia ingin bertemu denganmu sebelum kalian memasuki persidangan. Katanya ada sesuatu yang harus kalian bicarakan.”Lila terdiam dengan tatap mata yang sulit diartikan. Ada rasa takut yang tiba-tiba menghampirinya.“Kalau kau tidak mau aku akan mengatakan kepada pengacaramu agar disampaikan kepada Sean,” ucap perempuan itu sambil mengusap lembut punggung tangan Lila, seolah memahami ketakutan yang Lila rasakan.“Aku akan bicara dengannya,” sahut Lila pelan.Bagi Lila ini bukan hanya hanya tentang perceraian, melainkan meyakinkan dirinya sendiri. Dia merasa harus bertemu dengan Sean untuk meyakinkan dirinya jika dia akan baik-baik saja setelah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
29
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status