All Chapters of Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal: Chapter 271 - Chapter 280

289 Chapters

271. Perjalanan Menuju Impian

Pagi itu, suasana di kamar Sean dan Lila terasa hangat. Seperti biasa, dengan lembut merapikan dasi Sean yang sudah berdiri rapi dengan jasnya. Tangannya cekatan membetulkan simpul dasi, sementara Sean berdiri memerhatikannya dengan senyum kecil di wajahnya."Kamu tahu, setelah menikah nanti, Nadya akan kembali bekerja di Mahendra Securitas," ucap Sean di sela-sela kebersamaan mereka.Lila mengangkat wajahnya, menatap suaminya. "Atas permintaan Mama?"Sean mengangguk. "Iya, Mama yang memintanya. Katanya, Nadya bisa membantu mengurangi bebanmu nanti."Lila tersenyum kecil. "Membantu mengurangi bebanku?" Lila bertanya sambil mengulang kalimat suaminya.Sean tertawa pelan. "Ya, itu yang jadi pertanyaan, apakah kamu sendiri sudah siap untuk memimpin Mahendra Securitas?"Pertanyaan itu membuat senyum Lila memudar. Tangannya terhenti di dasi Sean, lalu perlahan dia mengalihkan pandangannya ke arah boks bayi di sudut ruangan. Dari sana terdengar suara Brilian yang sedang berceloteh sendiri,
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

272. Menjelang Kedatangan Delisa

Di ruang kerja yang tenang itu, Sean memandang Rangga yang duduk di hadapannya dengan ekspresi serius. Rangga, meskipun biasanya santai, tampak sedikit tegang.“Jadi, kamu minta tambahan cuti satu minggu lagi?” Sean membuka pembicaraan dengan nada tegas.Rangga mengangguk cepat. “Bukan, Mas. Tapi satu minggu sebelum hari H. Selama ini persiapan pernikahan Nadya sendiri yang handle. Aku hanya tidak ingin saat hari H nanti Nadya justru tumbang karena kelelahan.”Sean tersenyum tipis, seolah tahu apa yang ada di otak Rangga. “Kamu tinggal pilih, lebih banyak libur sebelum nikah, atau bisa libur panjang untuk bulan madu? Pilihan ada di kamu.”Rangga terdiam mencoba berpikir sejenak. Dalam benaknya, apalah arti bulan madu panjang kalau tenaga sudah terforsir untuk bekerja. Bisa-bisa Nadya langsung kecewa sejak malam pertama.Sean menghela napas panjang, lalu bersandar di kursinya. “Aku paham, tapi aku cuma bisa kasih kamu tiga hari sebelum hari H. Kamu tahu sendiri, situasi sekarang sepert
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

273. Salah Alamat

Rangga tertegun mendengar permintaan Sean, tapi ia hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut. Baginya, Sean selalu penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan. Ia tahu betul, baik Sean maupun Sekar, sudah memberikan banyak untuk pernikahannya yang mewah.Setelah meninggalkan ruang kerja Sean, Rangga menghela napas panjang. Ia merogoh ponselnya dan segera menghubungi Nadya, calon istrinya.“Nad, ada hal penting yang harus aku bicarakan,” ucap Rangga dengan nada datar. Di ujung telepon, suara Nadya terdengar ceria, meski ia langsung bertanya-tanya.“Kenapa, Mas? Ada apa?” tanya Nadya yang sudah mulai mengubah caranya memanggil calon suaminya.“Nanti aku jelaskan. Tenang saja, semuanya masih terkendali,” jawab Rangga singkat. “Tapi aku harap kamu tidak marah karena aku memutuskan hal ini tanpa berbicara terlebih dahulu kepadamu.”“Masalah apa? Paling tidak kasih clue, biar aku tidak penasaran.”“Ada hubungannya dengan Mas Sean dan Mbak Lila.”Terdengar suara hembusan napas kasar. Hut
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

274. Tak Seindah yang Dibayangkan

Delisa turun dari mobil sambil mengamati sekeliling, perasaannya bercampur antara bingung dan kecewa. Alex menurunkan koper dan barang-barang Delisa dengan sigap, karena dia harus segera kembali ke kantor. Masih banyak pekerjaan yang harus dia lakukan.Saat Delisa hendak melontarkan pertanyaan lagi, pintu gerbang bangunan di depannya terbuka, dan seorang perempuan berambut panjang rapi muncul dengan senyuman ramah.“Delisa, ya?” tanya perempuan itu, memastikan.“Iya, saya Delisa. Dengan siapa ya?” Delisa tampak ragu mengungkap namanya, hingga dia langsung balik melontarkan pertanyaan.“Saya Nadya, teman Lila.” Nadya melangkah semakin mendekat ke arah Delisa berada. “Kata Lila dan Pak Sean kamu akan tinggal di sini, dan meneruskan kamar kost yang akan saya tinggal,” ucap Nadya dengan lembut.Tangan Nadya sudah meraih koper Delisa untuk dibawa masuk. Tetapi tangan Delisa meraihnya, tatap mata Delisa memindai bangunan di depannya, yang tidak sesuai dengan harapan saat dia merencanakan un
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

275. Surat Lamaran

Di depan laptop yang dipinjam dari Nadya, Delisa sibuk menulis surat lamaran di meja kecil di dalam kamar kosnya. Sesekali ia menggigit bibirnya, tampak berpikir keras untuk menyusun kata-kata yang tepat. Di sudut lain kamar, Nadya sedang berdiri di depan cermin. Dia mengenakan gaun elegan berwarna krem dan menyempurnakan riasan wajahnya dengan lipstik merah muda yang lembut. “Mbak Nadya, apa Mbak yakin aku bakal diterima di Mahendra Securitas?” tanya Delisa tanpa menoleh, matanya masih terpaku pada layar laptop di depannya. Nadya menoleh sebentar dari cermin, senyum kecil terulas di wajahnya. “Tentu saja yakin. Kamu hanya perlu percaya padaku, Lisa,” jawab Nadya santai sambil merapikan rambutnya yang digelung rapi. Delisa mendesah pelan, masih merasa ragu. Dia tidak tahu jika dia akan melamar kerja di perusahaan milik keponakannya yang masih bayi. Pengelolaan akan dipegang oleh Sekar, sampai Lila siap bekerja, dan tentu keadaa Brilian memungkinkan untuk ditinggal kerja. Sete
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

276. Tugas untuk Nadya

Mobil yang dikendarai Rangga perlahan memasuki pekarangan rumah mewah yang dihuni oleh Sekar. Lampu-lampu taman menyala, menyorot keindahan lanskap yang tertata rapi.Di teras, Sekar sudah menunggu dengan senyum hangat di wajahnya. Seperti sedang menunggu anak kandungnya sendiri.Nadya dan Rangga segera turun dari mobil. Nadya merapikan lagi penampilannya, seolah dia akan bertemu dengan ibu mertua yang menuntut kesempurnaan pada menantunya.“Mampir di mana saja kalian?” tanya Sekar terdengar penuh tuduhan. Bahkan saat Nadya sudah berada di hadapannya Sean menelisik leher jenjang Nadya mencoba mencari sebuah tanda di sana.Rangga hanya tertawa renyah melihat tingkah Sekar. Sementara itu Nadya yang bisa menyaksikan keakraban Rangga dan Sekar yang terlihat lebih dekat dan natural daripada Sean dan Sekar yang terlihat penuh ketegangan.“Namanya juga perempuan, Bu. Harus dandan dulu biar sempurna,” Rangga membalas dengan tawa kecil, melirik Nadya yang langsung mencubit lengannya pelan.Sek
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

277. Ujian Sepulang dari Makan Malam

Dalam perjalanan pulang dari rumah Sekar, suasana di dalam mobil terasa hangat dan santai. Jalanan malam cukup lengang, hanya terdengar suara mesin mobil dan obrolan ringan antara Rangga dan Nadya.“Menurut kamu, Delisa itu tipe cewek yang bagaimana?” Rangga bertanya sambil melirik Nadya yang duduk di sampingnya, berharap pertanyaannya tidak menimbulkan salah paham di hati calon istrinya.Nadya menghempaskan punggungnya ke jok sambil membuang napas secara kasar. “Jauh banget sama Lila. Mereka seperti tumbuh di dunia yang berbeda.”Nadya tertawa kecil, mengingat kejadian yang melibatkan dirinya dengan Delisa hari ini.“Jujur, aku setuju sama Bu Sekar. Delisa itu terlihat sangat ambisius, seperti tidak peduli caranya apa yang penting tujuannya tercapai. Tapi ada sisi lugu juga, terutama waktu dia tahu dia harus tinggal di kosku.”Rangga mengangkat alis, penasaran. “Oh ya? Dia gimana?”“Dia kelihatan kaget banget waktu lihat kosnya. Berkali-kali dia nanya, ‘Bener di sini? Apa nggak salah
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

278. Seperti Pengantin Baru

Malam itu di kamar Sean dan Lila yang hangat dan tenang, Lila menatap Brilian yang tidur nyenyak di boks bayi. Tubuh mungilnya bergerak sedikit, tetapi tetap terlihat nyaman. Sean mendekat dan memeluk tubuh Lila dari belakang. Senyum menghiasi bibirnya melihat putranya yang tumbuh dengan baik.“Pengertian banget anak Papa,” ucap Sean dengan penuh kebanggaan, lalu melabuhkan kecupan di punggung Lila.Lila tertawa kecil. Selain karena merasa geli dengan sentuhan Sean, Lila juga tahu apa yang dipikirkan suaminya malam ini.“Sepertinya efek imunisasi tidak terlalu berpengaruh, dari tadi dia tidak rewel dan demam.”“Maaf, tadi tidak bisa menemani imunisasi.” Suara Sean terdengar penuh penyesalan. Sebagai seorang ayah, sebenarnya Sean ingin selalu hadir dalam tumbuh kembang putranya.“Papanya kan kerja, cari uang yang banyak untuk nyenengin keluarga.” Lila menoleh menatap wajah Sean, hingga sebuah kecupan lembut di dahi tidak bisa dia hindari.“Mamanya Brilian mau disenengin dengan cara lai
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

279. Jangan Menambah Beban Hidupnya!

Waluya baru saja menyelesaikan transaksi dengan salaj satu pedagang telur. Wajahnya terlihat sumringah dengan hasil panen hari ini. Tetapi ketika suara tinggi Inayah mengetarkan gendang telinganya, Waluya sadar, ini bukan pertanda baik.Belum sempat Waluya membersihkan diri setelah dari kendang, dia sudah harus menghadapi amarah besar sang istri.“Pak! Apa kamu tahu kalau dari kemarin handphone Lila tidak bisa dihubungi?” Suara Inayah melengking, tangan di pinggang dan sorot matanya tajam.Waluya mendesah pelan, berusaha tetap tenang. “Mungkin dia sedang sibuk. Kamu tahu sendiri, anakmu itu punya bayi yang butuh banyak perhatian.”“Tapi Delisa baru saja meneleponku!” Inayah menyela dengan nada keras. “Dia bilang Lila menempatkannya di tempat kos yang nggak layak sama sekali. Apa itu cara Lila menunjukkan rasa sayang ke adiknya sendiri?”Waluya menghela napas panjang, meletakkan keranjang telurnya di meja. “Dengar dulu, Bu. Mungkin ini bukan sepenuhnya salah Lila. Kamu tahu, rumah yang
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

280. Keras Kepala

Delisa melangkah keluar dari taksi online dengan percaya diri. Penampilannya tampak rapi, mengenakan blazer krem yang dipadukan dengan rok pensil hitam. Ia menegakkan punggungnya saat memasuki lobi kantor Sean terlihat penuh percaya diri.Tatap mata Delisa menelusuri kemewahan interior ruangan itu, berharap bisa bekerja di perusahaan besar milik saudara iparnya. Jika ini terwujud, tentu bukan hanya membuat kedua orang tuanya bangga, tetapi juga teman-teman yang pernah merendahkannya akan merasa iri dan terpukul.Dengan senyum ramah, ia menghampiri meja resepsionis. "Selamat pagi. Saya Delisa, adiknya Pak Sean. Saya ingin bertemu dengannya."Resepsionis, seorang perempuan muda dengan seragam formal, membalas senyum Delisa dengan sopan. "Selamat pagi, Bu Delisa. Mohon maaf, apakah Anda sudah membuat janji sebelumnya dengan Pak Sean?"Delisa mengerutkan kening. "Saya memang belum membuat janji, tapi saya ini adiknya, lho. Saya yakin dia pasti akan mau menemui saya."Menghadapi sikap arog
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
PREV
1
...
242526272829
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status