All Chapters of Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal: Chapter 261 - Chapter 270

289 Chapters

261. Trauma

Pagi itu, sinar matahari menerpa lembut taman kecil di depan rumah. Sean tampak berdiri di bawah bayangan pohon sambil menggendong Brilian. Ia memiringkan tubuhnya sedikit agar wajah mungil putranya terkena sinar matahari pagi yang hangat. Wajah Sean terlihat begitu damai, penuh kasih, saat ia berbicara pada bayi kecil itu."Brilian, lihat itu burung di sana," ujar Sean sambil menunjuk burung pipit yang hinggap di cabang pohon. "Kamu tahu nggak? Burung itu terbang untuk mencari makan. Papa juga bekerja untuk memastikan kamu selalu punya makanan yang bergizi. Biar nanti kamu tumbuh kuat."Di dalam rumah, Lila memperhatikan pemandangan itu dari balik jendela. Senyum hangat tersungging di bibirnya. Tak pernah terlintas di benaknya bahwa Sean, yang dahulu tidak mau memiliki anak, bahkan melakukan segala cara untuk mencegahnya, kini berubah menjadi seorang ayah yang begitu penuh cinta dan perhatian.Bi Siti datang dengan langkah ringan, kini sudah berdiri di belakang Lila. "Mbak, sarapan s
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

262. Sekretaris Baru

Pagi itu, Sean kembali tenggelam dalam rutinitas pekerjaannya. Setelah beberapa minggu cuti untuk mendampingi Lila dan Brilian, ia merasa harus segera mengejar pekerjaan yang sempat tertunda. Beruntung, Alex, sekretaris baru yang sebelumnya dilatih Rangga selama masa trainee, sudah cukup paham dengan ritme kerja Sean.Di ruang kerjanya, Alex dengan serius membacakan jadwal hari ini. "Pukul sepuluh, ada rapat dengan tim pemasaran. Setelah itu, makan siang dengan klien potensial dari Singapura. Dan sore, wawancara dengan media terkait peluncuran produk baru."Sean mengangguk mendengarkan, sesekali mencatat poin penting. Meskipun Alex masih baru, Sean menghargai kerja kerasnya. Ia paham bahwa semua orang butuh waktu untuk beradaptasi, termasuk dirinya yang kini harus terbiasa bekerja dengan Alex.Saat Rangga masuk ke ruangan, ia melihat Sean masih tampak canggung dengan sekretaris barunya. Dengan gaya santai, Rangga melemparkan komentar sambil tertawa kecil. "Setidaknya sekarang Mas Sean
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

263. Pengaman

Lila sedang menimang Brilian dengan lembut, membisikkan lagu nina bobo hingga bayinya tertidur lelap. Tepat saat dia meletakkan Brilian ke dalam boks bayi, pintu rumah terbuka, dan Sean muncul dengan wajah lelah dan cemberut."Sudah pulang?" Lila menyapa dengan senyum kecil.Sean mengangguk pelan, menghempaskan diri ke sofa. Matanya melirik ke arah Brilian yang sudah terlelap."Terlambat lagi. Nggak bisa main sama Brili hari ini," gumamnya, nada suaranya penuh penyesalan.Beberapa hari terakhir, pekerjaan Sean terasa mulai menumpuk. Sean tidak lagi menyerahkan pekerjaan pada Rangga, karena Rangga sendiri sedang mempersiapkan pernikahannya.Lila mendekat, menyentuh bahu Sean dengan lembut, mencoba menenangkan hati suaminya. "Kamu masih bisa bermain dengannya besok pagi. Brilian juga butuh istirahat yang cukup supaya tumbuh sehat," ujarnya, mencoba menghibur. "Sekarang, kenapa nggak kamu mandi dulu? Aku siapkan air hangat, ya?"Sean menggeleng samar, lalu menarik tangan Lila hingga jatu
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

264. Ayah dan Anak

Dua tubuh polos tertutupi selimut tebal. Sean dengan posisi miring merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah Lila, seolah menghalangi pemandangan indah dari matanya.Sementara itu Lila dengan wajah lelahnya menatap langit-langit kamar dengan senyum lembut, mengingat kejadian-kejadian kecil yang menyenangkan hari ini.“Hari ini Brilian hebat sekali,” ucap Lila membuka pembicaraan, suaranya penuh kebahagiaan dan rasa bangga kepada putranya. “Dia sempat menendang kuat waktu aku ganti popoknya. Aku tidak pernah menyangka, anak yang lahir prematur bisa punya tenaga seperti itu.”Sean tersenyum tipis, menoleh ke arah Lila. “Dia anak kita. Aku yakin dia akan tumbuh jadi anak yang kuat.”Lila melanjutkan, sorot matanya memperlihatkan binar kebahagiaan. “Waktu aku ajak dia berjemur pagi tadi, dia terlihat begitu menikmati matahari. Rasanya tidak sabar melihat dia mulai belajar berguling, merangkak, dan ... ya, semua yang dia lakukan akan jadi momen berharga buat kita.”“Jangan buru-buru
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

265. Nasihat Seorang Ayah

Sean dan Andika duduk bersama di taman, ditemani secangkir teh hangat. Udara sore terasa sejuk, membawa aroma bunga dari taman yang baru saja disiram. Sean diam sejenak, memandangi sang ayah yang tampak lebih tua dari terakhir kali dia ingat. Garis-garis lelah di wajah Andika menunjukkan perjalanan hidup yang berat, namun matanya masih menyimpan semangat yang sama.“Bagaimana kabar mamamu?” tanya Andika tiba-tiba, memecah keheningan. Ada kerinduan yang tersirat dalam suaranya, meski berusaha disembunyikan.Sean mengangguk perlahan. “Mama baik-baik saja. Dia bahagia sekarang, terutama setelah Brilian lahir.”Mendengar itu, Andika tersenyum kecil. Namun, senyuman itu juga membawa sedikit kesedihan. “Syukurlah ... papa senang mendengarnya. Mamamu wanita yang hebat.”Suasana menjadi hening sesaat. Sean menggenggam cangkir teh di tangannya, matanya menatap ke arah taman. Ada rasa bersalah yang mulai menghantuinya.“Aku minta maaf,” ujar Sean akhirnya, suaranya pelan tapi tegas. “Karena kel
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

266. Berjuang Bertahan Hidup

Sean duduk di sofa ruang keluarga, memangku Brilian yang tertidur pulas di pelukannya. Biasanya, momen seperti ini membuat Sean tersenyum lebar, menikmati kehangatan menjadi seorang ayah. Tapi kali ini, wajahnya terlihat murung, matanya menerawang jauh seolah ada beban berat yang menghimpit hatinya.Lila, yang sedang membuat susu dirinya dan kopi panas Sean, memperhatikan keheningan itu. Setelah dua minuman itu jadi, dengan nampan Lila membawanya ke ruang keluarga."Ada masalah?" tanya Lila dengan suara lembut sambil menjatuhkan tubuhnya di samping sang suami.Sean menghela napas panjang, menatap wajah mungil Brilian yang damai dalam tidurnya."Aku baru pulang dari rumah Papa," jawab Sean pelan, suaranya terdengar berat. "Sekarang Papa sendirian. Ryan dan mamanya meninggalkan Papa setelah semua yang terjadi."Sean tidak bisa menyembunyikan kesedihannya di hadapan sang istri. Melihat betapa rapuhnya Sean saat berbicara tentang papanya, membuat Lila bisa memahami alasan Sean yang dahulu
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

267. Peringatan Keras

Di setiap waktu luangnya, Sekar akan menyempatkan diri untuk mengunjungi cucu pertamanya. Bagi Sekar, kelahiran Brilian adalah kemenangan besar. Bukan hanya dia bisa mendapatkan kembali hartanya yang selama ini dikuasai oleh Andika, tetapi juga karena dia sudah lama menantikan kehadiran penerus untuk keluarga dan perusahaannya.Sekar duduk di sofa ruang keluarga, memangku Brilian yang mulai menggeliat kecil dalam pelukannya. Wajah cucunya itu selalu membuat hatinya luluh. Namun, saat bayi itu mulai merengek, Sekar mendesah dan menyerahkan Brilian kepada Lila."Dia haus," ucap Sekar singkat, dengan nada yang menunjukkan otoritas sebagai seorang ibu mertua.Lila tersenyum kecil, meskipun dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia mengambil Brilian dengan lembut dan mulai menyusui.Sekar memperhatikan dengan saksama, matanya menyelidik dari ujung rambut hingga ujung kaki menantunya.Sekar menggelengkan kepala, dengan ekspresi menunjukkan rasa tidak Sukanya. “Kamu itu, Lil!” Sekar ak
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

268. Tugas Baru untuk Lila

Lila menggigit bibirnya. Sebagai kakak, dia merasa bertanggung jawab atas Delisa, tetapi ibu mertuanya mempunyai alasan yang sulit untuk dia sangkal."Delisa harus belajar hidup mandiri, Lila. Jangan kamu manjakan dia. Kalau kamu ingin membantunya, bantu dari jarak jauh, bukan dengan membawanya ke dalam rumah tangga kalian,” ucap Sekar dengan nada ketus.Lila akhirnya mengangguk pelan, meski hatinya berat. "Baik, Ma. Saya akan pikirkan lagi."Sekar menghela napas, lalu bangkit berdiri. "Mama hanya ingin yang terbaik untuk kamu dan Sean. Ingat, Lila, rumah tangga itu sudah penuh dengan tantangan. Jangan menambah masalah dengan hal-hal yang sebenarnya bisa dihindari."Lila mengangguk lagi, menyadari bahwa meskipun ketus, Sekar hanya ingin melindungi keluarganya dari kemungkinan konflik yang tidak perlu.Saat mertua dan menantu itu sedang berbincang, terdengar suara pintu terbuka. Tampak Sean melankah dengan ringan, tetapi lelah di wajahnya tidak bisa disembunyikan.Sean melihat Lila sed
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

269. Beri Hukuman Setimpal!

Malam semakin merangkak, tetapi Sekar tetap memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Di depan pintu, Lila memeluk mertuanya dengan erat. Hubungan antara mertua dan menantu yang sempat merenggang kini kembali erat dengan kelahiran Brilian.Sekar membalas pelukan itu dengan lembut, lalu membisikkan pesan ke telinga Lila.“Sekali lagi mama berpesan, jaga penampilanmu. Jangan anggap sepele, ini sangat penting,” ujar Sekar dengan suara lembut tapi tegas.Lila mengangguk kecil. “Iya, Ma. Saya akan berusaha.”Sekar menatap Lila dalam-dalam, menyampaikan pesan terakhirnya. “Jaga rumah tanggamu. Jangan biarkan masalah kecil menjadi besar. Jika ada yang mengganggu hubungan kalian, bicarakan baik-baik dengan Sean. Mama hanya tidak ingin Brilian tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh, seperti yang pernah Sean alami dulu. Mama tidak ingin Brilian merasakan apa yang Sean rasakan.”Kata-kata itu membuat hati Lila terenyuh. Dia memandang Sekar dengan mata berkaca-kaca. “Saya akan berusaha melakukan yang t
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

270. Ambisi Inayah

Lila terbangun dari tidurnya dengan perasaan dingin yang menusuk, bukan karena udara malam, tetapi karena tidak merasakan pelukan hangat Sean di sampingnya.Lila menghela napas pelan, lalu bangkit dari ranjang. Mengenakan jubah tidurnya, Lila melirik sebentar ke arah Brilian, memastikan putranya masih terlelap dengan damai.Tanpa membuat suara, Lila melangkah keluar dari kamar, berjalan menuju ruang kerja Sean. Ketika ia membuka pintu perlahan, pandangannya langsung tertuju pada suaminya yang masih duduk di depan meja penuh dokumen.Cahaya lampu meja menerangi wajah Sean yang tampak serius, matanya tertuju pada kertas-kertas di hadapannya.Lila berdiri di ambang pintu, mengamati Sean sejenak sebelum melangkah masuk. Sean menyadari kehadiran istrinya dan menoleh. Sebuah senyum hangat terlukis di wajahnya, seolah kehadiran Lila adalah jeda yang ia butuhkan dari segala kerumitannya."Kenapa bangun? Brilian baik-baik saja, kan?" tanya Sean sambil merapikan dokumen di meja kerjanya.Lila m
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more
PREV
1
...
242526272829
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status