Share

263. Pengaman

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 13:26:01

Lila sedang menimang Brilian dengan lembut, membisikkan lagu nina bobo hingga bayinya tertidur lelap. Tepat saat dia meletakkan Brilian ke dalam boks bayi, pintu rumah terbuka, dan Sean muncul dengan wajah lelah dan cemberut.

"Sudah pulang?" Lila menyapa dengan senyum kecil.

Sean mengangguk pelan, menghempaskan diri ke sofa. Matanya melirik ke arah Brilian yang sudah terlelap.

"Terlambat lagi. Nggak bisa main sama Brili hari ini," gumamnya, nada suaranya penuh penyesalan.

Beberapa hari terakhir, pekerjaan Sean terasa mulai menumpuk. Sean tidak lagi menyerahkan pekerjaan pada Rangga, karena Rangga sendiri sedang mempersiapkan pernikahannya.

Lila mendekat, menyentuh bahu Sean dengan lembut, mencoba menenangkan hati suaminya. "Kamu masih bisa bermain dengannya besok pagi. Brilian juga butuh istirahat yang cukup supaya tumbuh sehat," ujarnya, mencoba menghibur. "Sekarang, kenapa nggak kamu mandi dulu? Aku siapkan air hangat, ya?"

Sean menggeleng samar, lalu menarik tangan Lila hingga jatu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zhen Zhen
nanggung rhor akhornya swan berbuka puaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   264. Ayah dan Anak

    Dua tubuh polos tertutupi selimut tebal. Sean dengan posisi miring merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah Lila, seolah menghalangi pemandangan indah dari matanya.Sementara itu Lila dengan wajah lelahnya menatap langit-langit kamar dengan senyum lembut, mengingat kejadian-kejadian kecil yang menyenangkan hari ini.“Hari ini Brilian hebat sekali,” ucap Lila membuka pembicaraan, suaranya penuh kebahagiaan dan rasa bangga kepada putranya. “Dia sempat menendang kuat waktu aku ganti popoknya. Aku tidak pernah menyangka, anak yang lahir prematur bisa punya tenaga seperti itu.”Sean tersenyum tipis, menoleh ke arah Lila. “Dia anak kita. Aku yakin dia akan tumbuh jadi anak yang kuat.”Lila melanjutkan, sorot matanya memperlihatkan binar kebahagiaan. “Waktu aku ajak dia berjemur pagi tadi, dia terlihat begitu menikmati matahari. Rasanya tidak sabar melihat dia mulai belajar berguling, merangkak, dan ... ya, semua yang dia lakukan akan jadi momen berharga buat kita.”“Jangan buru-buru

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   265. Nasihat Seorang Ayah

    Sean dan Andika duduk bersama di taman, ditemani secangkir teh hangat. Udara sore terasa sejuk, membawa aroma bunga dari taman yang baru saja disiram. Sean diam sejenak, memandangi sang ayah yang tampak lebih tua dari terakhir kali dia ingat. Garis-garis lelah di wajah Andika menunjukkan perjalanan hidup yang berat, namun matanya masih menyimpan semangat yang sama.“Bagaimana kabar mamamu?” tanya Andika tiba-tiba, memecah keheningan. Ada kerinduan yang tersirat dalam suaranya, meski berusaha disembunyikan.Sean mengangguk perlahan. “Mama baik-baik saja. Dia bahagia sekarang, terutama setelah Brilian lahir.”Mendengar itu, Andika tersenyum kecil. Namun, senyuman itu juga membawa sedikit kesedihan. “Syukurlah ... papa senang mendengarnya. Mamamu wanita yang hebat.”Suasana menjadi hening sesaat. Sean menggenggam cangkir teh di tangannya, matanya menatap ke arah taman. Ada rasa bersalah yang mulai menghantuinya.“Aku minta maaf,” ujar Sean akhirnya, suaranya pelan tapi tegas. “Karena kel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   266. Berjuang Bertahan Hidup

    Sean duduk di sofa ruang keluarga, memangku Brilian yang tertidur pulas di pelukannya. Biasanya, momen seperti ini membuat Sean tersenyum lebar, menikmati kehangatan menjadi seorang ayah. Tapi kali ini, wajahnya terlihat murung, matanya menerawang jauh seolah ada beban berat yang menghimpit hatinya.Lila, yang sedang membuat susu dirinya dan kopi panas Sean, memperhatikan keheningan itu. Setelah dua minuman itu jadi, dengan nampan Lila membawanya ke ruang keluarga."Ada masalah?" tanya Lila dengan suara lembut sambil menjatuhkan tubuhnya di samping sang suami.Sean menghela napas panjang, menatap wajah mungil Brilian yang damai dalam tidurnya."Aku baru pulang dari rumah Papa," jawab Sean pelan, suaranya terdengar berat. "Sekarang Papa sendirian. Ryan dan mamanya meninggalkan Papa setelah semua yang terjadi."Sean tidak bisa menyembunyikan kesedihannya di hadapan sang istri. Melihat betapa rapuhnya Sean saat berbicara tentang papanya, membuat Lila bisa memahami alasan Sean yang dahulu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   267. Peringatan Keras

    Di setiap waktu luangnya, Sekar akan menyempatkan diri untuk mengunjungi cucu pertamanya. Bagi Sekar, kelahiran Brilian adalah kemenangan besar. Bukan hanya dia bisa mendapatkan kembali hartanya yang selama ini dikuasai oleh Andika, tetapi juga karena dia sudah lama menantikan kehadiran penerus untuk keluarga dan perusahaannya.Sekar duduk di sofa ruang keluarga, memangku Brilian yang mulai menggeliat kecil dalam pelukannya. Wajah cucunya itu selalu membuat hatinya luluh. Namun, saat bayi itu mulai merengek, Sekar mendesah dan menyerahkan Brilian kepada Lila."Dia haus," ucap Sekar singkat, dengan nada yang menunjukkan otoritas sebagai seorang ibu mertua.Lila tersenyum kecil, meskipun dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia mengambil Brilian dengan lembut dan mulai menyusui.Sekar memperhatikan dengan saksama, matanya menyelidik dari ujung rambut hingga ujung kaki menantunya.Sekar menggelengkan kepala, dengan ekspresi menunjukkan rasa tidak Sukanya. “Kamu itu, Lil!” Sekar ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   268. Tugas Baru untuk Lila

    Lila menggigit bibirnya. Sebagai kakak, dia merasa bertanggung jawab atas Delisa, tetapi ibu mertuanya mempunyai alasan yang sulit untuk dia sangkal."Delisa harus belajar hidup mandiri, Lila. Jangan kamu manjakan dia. Kalau kamu ingin membantunya, bantu dari jarak jauh, bukan dengan membawanya ke dalam rumah tangga kalian,” ucap Sekar dengan nada ketus.Lila akhirnya mengangguk pelan, meski hatinya berat. "Baik, Ma. Saya akan pikirkan lagi."Sekar menghela napas, lalu bangkit berdiri. "Mama hanya ingin yang terbaik untuk kamu dan Sean. Ingat, Lila, rumah tangga itu sudah penuh dengan tantangan. Jangan menambah masalah dengan hal-hal yang sebenarnya bisa dihindari."Lila mengangguk lagi, menyadari bahwa meskipun ketus, Sekar hanya ingin melindungi keluarganya dari kemungkinan konflik yang tidak perlu.Saat mertua dan menantu itu sedang berbincang, terdengar suara pintu terbuka. Tampak Sean melankah dengan ringan, tetapi lelah di wajahnya tidak bisa disembunyikan.Sean melihat Lila sed

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   269. Beri Hukuman Setimpal!

    Malam semakin merangkak, tetapi Sekar tetap memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Di depan pintu, Lila memeluk mertuanya dengan erat. Hubungan antara mertua dan menantu yang sempat merenggang kini kembali erat dengan kelahiran Brilian.Sekar membalas pelukan itu dengan lembut, lalu membisikkan pesan ke telinga Lila.“Sekali lagi mama berpesan, jaga penampilanmu. Jangan anggap sepele, ini sangat penting,” ujar Sekar dengan suara lembut tapi tegas.Lila mengangguk kecil. “Iya, Ma. Saya akan berusaha.”Sekar menatap Lila dalam-dalam, menyampaikan pesan terakhirnya. “Jaga rumah tanggamu. Jangan biarkan masalah kecil menjadi besar. Jika ada yang mengganggu hubungan kalian, bicarakan baik-baik dengan Sean. Mama hanya tidak ingin Brilian tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh, seperti yang pernah Sean alami dulu. Mama tidak ingin Brilian merasakan apa yang Sean rasakan.”Kata-kata itu membuat hati Lila terenyuh. Dia memandang Sekar dengan mata berkaca-kaca. “Saya akan berusaha melakukan yang t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   270. Ambisi Inayah

    Lila terbangun dari tidurnya dengan perasaan dingin yang menusuk, bukan karena udara malam, tetapi karena tidak merasakan pelukan hangat Sean di sampingnya.Lila menghela napas pelan, lalu bangkit dari ranjang. Mengenakan jubah tidurnya, Lila melirik sebentar ke arah Brilian, memastikan putranya masih terlelap dengan damai.Tanpa membuat suara, Lila melangkah keluar dari kamar, berjalan menuju ruang kerja Sean. Ketika ia membuka pintu perlahan, pandangannya langsung tertuju pada suaminya yang masih duduk di depan meja penuh dokumen.Cahaya lampu meja menerangi wajah Sean yang tampak serius, matanya tertuju pada kertas-kertas di hadapannya.Lila berdiri di ambang pintu, mengamati Sean sejenak sebelum melangkah masuk. Sean menyadari kehadiran istrinya dan menoleh. Sebuah senyum hangat terlukis di wajahnya, seolah kehadiran Lila adalah jeda yang ia butuhkan dari segala kerumitannya."Kenapa bangun? Brilian baik-baik saja, kan?" tanya Sean sambil merapikan dokumen di meja kerjanya.Lila m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   271. Perjalanan Menuju Impian

    Pagi itu, suasana di kamar Sean dan Lila terasa hangat. Seperti biasa, dengan lembut merapikan dasi Sean yang sudah berdiri rapi dengan jasnya. Tangannya cekatan membetulkan simpul dasi, sementara Sean berdiri memerhatikannya dengan senyum kecil di wajahnya."Kamu tahu, setelah menikah nanti, Nadya akan kembali bekerja di Mahendra Securitas," ucap Sean di sela-sela kebersamaan mereka.Lila mengangkat wajahnya, menatap suaminya. "Atas permintaan Mama?"Sean mengangguk. "Iya, Mama yang memintanya. Katanya, Nadya bisa membantu mengurangi bebanmu nanti."Lila tersenyum kecil. "Membantu mengurangi bebanku?" Lila bertanya sambil mengulang kalimat suaminya.Sean tertawa pelan. "Ya, itu yang jadi pertanyaan, apakah kamu sendiri sudah siap untuk memimpin Mahendra Securitas?"Pertanyaan itu membuat senyum Lila memudar. Tangannya terhenti di dasi Sean, lalu perlahan dia mengalihkan pandangannya ke arah boks bayi di sudut ruangan. Dari sana terdengar suara Brilian yang sedang berceloteh sendiri,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   415. Jalan yang Tidak Mungkin

    Sekar berdiri di tengah ruangan, tatap matanya menyapu seluruh karyawan Mahendra Securitas yang telah berkumpul. Suaranya tegas namun tetap bersahabat saat dia melontarkan pertanyaan."Apakah kalian mengenal Marina Adriana?"Sejenak suasana hening, lalu beberapa karyawan lama saling berpandangan sebelum akhirnya mengangguk dengan mantap. Nama itu bukanlah nama asing bagi mereka. Rina, begitu mereka biasa memanggilnya, adalah sosok yang pernah menjadi bagian dari keluarga besar Mahendra Securitas.Sekar tersenyum kecil, lalu melanjutkan dengan nada lebih santai, "Nah, kalau begitu, izinkan aku memperkenalkan suaminya."Sekar menoleh ke arah Ryan yang berdiri di sampingnya. "Yang berdiri di sampingku ini adalah Ryan Aditya Mahendra, suami dari Marina Adriana. Dan mulai hari ini, dia yang akan menggantikan posisi Lila sebagai pemimpin di Mahendra Securitas."Tawa meriah langsung memenuhi ruangan. Tidak hanya karena cara Sekar memperkenalkan Ryan, tetapi juga karena Ryan sendiri bukanlah

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   414. Babak Baru Kehidupan

    Lila menghela napas panjang sambil merapikan meja kerjanya. Semua dokumen penting sudah disortir, file-file tersusun rapi, dan barang pribadinya mulai dikemasi. Esok hari, Ryan sudah akan menggantikan posisinya.Saat itu, pintu ruangannya diketuk. Lila menoleh dan melihat Ryan berdiri di ambang pintu. Mereka saling menatap sejenak sebelum Lila melempar senyum dan memberi isyarat agar adik iparnya itu masuk.Di hadapan banyak orang, mereka bisa bersikap biasa saja. Profesional, seperti dua rekan kerja yang hanya berbagi tanggung jawab. Namun, saat hanya berdua, kecanggungan itu muncul begitu saja.Ryan berjalan mendekat, melihat meja yang hampir kosong. “Jadi, ini hari terakhirmu di sini,” ucap Ryan yang mencoba bersikap santai kala berhadapan dengan Lila.Lila mengangguk. “Ya. Besok semua yang ada di sini sudah menjadi tanggung jawabmu.”Ryan menatap sekeliling. Ia berusaha mengendalikan perasaannya. Bukan tentang masa lalu dirinya yang sudah pernah berada di posisi Lila, tetapi tenta

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   413. Janji Ryan

    Anggap saja nekat, Sekar kembali melakukan pertemuan dengan Tetapi pertemuan mereka tidak seprivate pertemuan-pertemuan terdahulu. Mereja hanya melakukan pertemuan sambil makan siang di sebuah restoran yang tidak jauh dari kantor Ryan.Wajah Sekar tetap tampak serius seperti biasanya, mencerminkan kegelisahan yang sudah ia tahan sejak pagi. Senyum sumir terukir di bibir Sekar saat Ryan duduk tepat di hadapannya.“Kau sudah urus pengunduran dirimu?” tanya Sekar tanpa basa-basi.Ryan mengangkat kepala, melihat Sekar yang tampak terburu-buru. Ia menghela napas sejenak sebelum menjawab, “Tinggal menunggu serah terima saja. Masih ada beberapa tanggung jawab yang harus kuselesaikan.”Sekar menatapnya lekat, seakan memastikan bahwa Ryan benar-benar serius dengan keputusannya.“Tapi aku pastikan awal bulan nanti aku sudah bisa ke Mahendra Securitas,” lanjut Ryan dengan nada meyakinkan.Seketika ketegangan di wajah Sekar mereda. Ada kelegaan di matanya, meskipun ia berusaha untuk tidak terlalu

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   412. Trauma yang Mengancam

    Sean menyendiri di ruang kerja, bukan karena banyaknya pekerjaan yang belum dia selesaikan, tetapi ada beban pikiran lain yang sulit dia singkirkan. Dan dia tidak ingin Lila mengetahuinya.Sekar yang sedang mengambil air minum di dapur melihat lampu ruang kerja putranya belum juga padam. Hal itu membuatnya penasaran hingga ingin melihat dan mengetahui apa yang sedang dilakukan putranya saat tengah malam begini.Sekar berjalan pelan menuju ruang kerja Sean. Ia melihat putranya duduk di belakang meja, bahunya sedikit membungkuk, tatapan matanya kosong menatap layar laptop yang bahkan belum menyala.“Sean?” panggil Sekar lembut.Sean mengangkat wajahnya, sedikit terkejut melihat ibunya berdiri di ambang pintu. “Ma?”Sekar melangkah masuk, menaruh gelas air yang dibawanya di meja. “Kamu belum tidur?”Sean menghela napas, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. “Belum ngantuk.”Sekar mengamati wajah putranya yang terlihat lelah, bukan karena pekerjaan, tetapi karena sesuatu yang mengganggu

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   411. Kekecewaan Brilian

    Setelah mobil terparkir sempurna di garasi, Lila masih terlihat ragu untuk turun. Rasa takut itu belum sepenuhnya pergi dari hati Lila. Dia tidak ingin mengecewakan anak dan ibu mertuanya.Sean mematikan mesin mobil, lalu meletakkan tangannya di atas perut istrinya. “Jangan membuat kehadiran mereka seperti tidak diterima. Aku yakin kita semua sangat menyayanginya.”Lila mengangguk samar. Saat Sean akan membuka pintu, Lila menahan tangannya seolah tidak ingin keluar.“Beri aku kekuatan,” ucap Lila sambil mengangkat dagunya, dengan senyum menggoda.“Manja banget mama yang satu ini.” Tanpa ragu, Sean melabuhkan satu kecupan yang mendalam. “Kamu harus tanggung jawab untuk melanjutkan semua ini nanti malam.”“Tapi aku harus banyak istirahat, lho.”“Aku yakin kamu akan beristirahat dengan lebih baik, setelah semua tanggung jawabmu selesai.”“Sean ….”Sean bergegas keluar tanpa mempedulikan rengekan Lila. Bukan karena tidak peduli, dia hanya tidak ingin menerkam istrinya di garasi saat hari

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   410. Obat Kecewa

    Sean menggenggam erat tangan Lila saat mengemudikan mobil, sesekali melirik istrinya yang duduk diam di sampingnya. Lila menatap keluar jendela, dan Sean bisa melihat sudut matanya yang mulai basah.Hatinya mencelos. Lila jarang menangis tanpa alasan.Sean menghela napas, lalu menepikan mobil ke bahu jalan. Dia mematikan mesin, lalu berbalik menghadap istrinya.“Sayang, ada apa?” tanya Sean lembut meski dia sudah tahu alasan sebenarnya yang membuat istrinya menangis.Lila menggeleng, menundukkan wajahnya. Tapi Sean tahu lebih baik. Dia meraih bahu istrinya dan menariknya ke dalam pelukan.“Maaf...” suara Lila terdengar lirih, hampir tak terdengar.Sean mengerutkan kening. “Maaf untuk apa?”Lila mengusap matanya yang mulai basah. “Aku tahu ini konyol, tapi... aku merasa mengecewakan. Aku berharap ada anak perempuan di antara mereka. Aku ingin ada satu anak perempuan di rumah kita.”Sean tersenyum kecil, lalu mengangkat dagu Lila, menatap mata istrinya dengan penuh kelembutan. “Sayang,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   409. Di Luar Kendali

    Jika Ryan sedang merencanakan akan memiliki anak lagi, berbeda dengan Sean yang sedang berbahagia dengan kehamilan kembar Lila.Pagi itu, Lila sedang merapikan dasi Sean. Perutnya yang semakin membesar cukup menghalangi pekerjaan mudah itu. Bukan karena jarak yang semakin menjauh, tetapi lebih karena sean yang sering menunduk dan terus memainkan tangan di perutnya yang mengganggu konsentrasinya.“Kapan pemeriksaan berikutnya?” tanya Sean yang terlihat sudah tidak sabar.“Minggu depan,” jawab singkat Lila, yang terpaksa menyingkirkan tangan Sean dari perutnya.Karena merasa geli, Lila sampai salah mengikatkan dasi. Sesuatu yang sebenarnya sudah hafal di luar kepala.Kehamilan Lila yang kini memasuki bulan kelima membuat semakin penasaran dengan jenis kelamin bayi kembar mereka.“Bukankah pemeriksaan besok sudah bisa melihat jenis kelamin mereka?”Lila hanya menjawab dengan deheman, saat dia menyelesaikan kegiatan mengikat dasi sampai rapi."Aku yakin mereka perempuan," kata Sean penuh

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   408. Mengakhiri Duka

    Sesampainya di rumah, Rina sudah menunggu di depan pintu dengan ekspresi penuh harap. Saat pintu mobil terbuka, ia tersenyum lega melihat Renasya melompat keluar dari sisi lain mobil dan berlari menghampirinya."Mama! Lihat ini!" seru Renasya, mengangkat bola basket kecil yang diberikan Brilian.Rina tersenyum, tetapi segera menggeleng. "Tapi Rena tidak boleh main basket di dalam rumah."Renasya mengerucutkan bibir sambil mengalihkan pandangannya ke arah sang papa. "Tapi Papa tadi sudah izinin."Ryan yang baru turun dari mobil tertawa kecil. "Papa mengizinkan main, tapi di taman kompleks. Bukan di dalam rumah."Renasya tampak kecewa. "Tapi aku mau main sekarang..."Ryan mengusap kepala putrinya. "Kalau Rena mau main basket, bisa main lagi ke rumah Kak Brili."Mata Renasya langsung berbinar. "Beneran, Pa? Aku bisa main sama Kak Brili lagi?"Ryan mengangguk, dan Renasya langsung bersorak gembira. Sementara itu, Rina menatap suaminya dengan ekspresi tidak percaya. Ada sesuatu dalam cara

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   407. Ibu Baru

    Ryan tertawa lepas di hadapan Sekar, sungguh dia tidak menduga perempuan tegar di hadapannya memiliki selera humor yang cukup aneh baginya.“Apa salahnya kau menitipkan Renasya di rumah ini. sekaligus mendekatkan Brili dan Rena, bagaimana pun mereka itu saudara,” ucap Sekar dengan ekspresi wajah yang datar, meski Ryan belum bisa menghentikan tawanya.“Bukan masalah yang itu,” sahut Ryan sambil menahan tawa.“Ya, apa salahnya kalau kamu menikmati bulan madu bersama Rina untuk melepaskan semua kesedihan?” Sekar terdiam menunggu jawaban dari Ryan.Ryan mengalihkan pandangan sambil menyembunyikan senyum. Ayah satu anak tidak pernah menduga jika dia bisa tertawa lepas bersama Sekar.“Apa salahnya Renasya memiliki adik? Biar dia tidak kesepian.”“Tidak ada yang salah,” jawab Ryan dengan kepala menunduk, tawanya meredup, berganti dengan sesuatu yang lain.Mata Ryan berkaca-kaca, napasnya tersendat. Sekar diam, menunggu, membiarkan kata-kata yang tadi meluncur darinya mengendap dalam diri Rya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status