Share

261. Trauma

Author: Henny Djayadi
last update Huling Na-update: 2025-01-08 14:39:38

Pagi itu, sinar matahari menerpa lembut taman kecil di depan rumah. Sean tampak berdiri di bawah bayangan pohon sambil menggendong Brilian. Ia memiringkan tubuhnya sedikit agar wajah mungil putranya terkena sinar matahari pagi yang hangat. Wajah Sean terlihat begitu damai, penuh kasih, saat ia berbicara pada bayi kecil itu.

"Brilian, lihat itu burung di sana," ujar Sean sambil menunjuk burung pipit yang hinggap di cabang pohon. "Kamu tahu nggak? Burung itu terbang untuk mencari makan. Papa juga bekerja untuk memastikan kamu selalu punya makanan yang bergizi. Biar nanti kamu tumbuh kuat."

Di dalam rumah, Lila memperhatikan pemandangan itu dari balik jendela. Senyum hangat tersungging di bibirnya. Tak pernah terlintas di benaknya bahwa Sean, yang dahulu tidak mau memiliki anak, bahkan melakukan segala cara untuk mencegahnya, kini berubah menjadi seorang ayah yang begitu penuh cinta dan perhatian.

Bi Siti datang dengan langkah ringan, kini sudah berdiri di belakang Lila. "Mbak, sarapan s
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   262. Sekretaris Baru

    Pagi itu, Sean kembali tenggelam dalam rutinitas pekerjaannya. Setelah beberapa minggu cuti untuk mendampingi Lila dan Brilian, ia merasa harus segera mengejar pekerjaan yang sempat tertunda. Beruntung, Alex, sekretaris baru yang sebelumnya dilatih Rangga selama masa trainee, sudah cukup paham dengan ritme kerja Sean.Di ruang kerjanya, Alex dengan serius membacakan jadwal hari ini. "Pukul sepuluh, ada rapat dengan tim pemasaran. Setelah itu, makan siang dengan klien potensial dari Singapura. Dan sore, wawancara dengan media terkait peluncuran produk baru."Sean mengangguk mendengarkan, sesekali mencatat poin penting. Meskipun Alex masih baru, Sean menghargai kerja kerasnya. Ia paham bahwa semua orang butuh waktu untuk beradaptasi, termasuk dirinya yang kini harus terbiasa bekerja dengan Alex.Saat Rangga masuk ke ruangan, ia melihat Sean masih tampak canggung dengan sekretaris barunya. Dengan gaya santai, Rangga melemparkan komentar sambil tertawa kecil. "Setidaknya sekarang Mas Sean

    Huling Na-update : 2025-01-08
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   263. Pengaman

    Lila sedang menimang Brilian dengan lembut, membisikkan lagu nina bobo hingga bayinya tertidur lelap. Tepat saat dia meletakkan Brilian ke dalam boks bayi, pintu rumah terbuka, dan Sean muncul dengan wajah lelah dan cemberut."Sudah pulang?" Lila menyapa dengan senyum kecil.Sean mengangguk pelan, menghempaskan diri ke sofa. Matanya melirik ke arah Brilian yang sudah terlelap."Terlambat lagi. Nggak bisa main sama Brili hari ini," gumamnya, nada suaranya penuh penyesalan.Beberapa hari terakhir, pekerjaan Sean terasa mulai menumpuk. Sean tidak lagi menyerahkan pekerjaan pada Rangga, karena Rangga sendiri sedang mempersiapkan pernikahannya.Lila mendekat, menyentuh bahu Sean dengan lembut, mencoba menenangkan hati suaminya. "Kamu masih bisa bermain dengannya besok pagi. Brilian juga butuh istirahat yang cukup supaya tumbuh sehat," ujarnya, mencoba menghibur. "Sekarang, kenapa nggak kamu mandi dulu? Aku siapkan air hangat, ya?"Sean menggeleng samar, lalu menarik tangan Lila hingga jatu

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   264. Ayah dan Anak

    Dua tubuh polos tertutupi selimut tebal. Sean dengan posisi miring merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah Lila, seolah menghalangi pemandangan indah dari matanya.Sementara itu Lila dengan wajah lelahnya menatap langit-langit kamar dengan senyum lembut, mengingat kejadian-kejadian kecil yang menyenangkan hari ini.“Hari ini Brilian hebat sekali,” ucap Lila membuka pembicaraan, suaranya penuh kebahagiaan dan rasa bangga kepada putranya. “Dia sempat menendang kuat waktu aku ganti popoknya. Aku tidak pernah menyangka, anak yang lahir prematur bisa punya tenaga seperti itu.”Sean tersenyum tipis, menoleh ke arah Lila. “Dia anak kita. Aku yakin dia akan tumbuh jadi anak yang kuat.”Lila melanjutkan, sorot matanya memperlihatkan binar kebahagiaan. “Waktu aku ajak dia berjemur pagi tadi, dia terlihat begitu menikmati matahari. Rasanya tidak sabar melihat dia mulai belajar berguling, merangkak, dan ... ya, semua yang dia lakukan akan jadi momen berharga buat kita.”“Jangan buru-buru

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   265. Nasihat Seorang Ayah

    Sean dan Andika duduk bersama di taman, ditemani secangkir teh hangat. Udara sore terasa sejuk, membawa aroma bunga dari taman yang baru saja disiram. Sean diam sejenak, memandangi sang ayah yang tampak lebih tua dari terakhir kali dia ingat. Garis-garis lelah di wajah Andika menunjukkan perjalanan hidup yang berat, namun matanya masih menyimpan semangat yang sama.“Bagaimana kabar mamamu?” tanya Andika tiba-tiba, memecah keheningan. Ada kerinduan yang tersirat dalam suaranya, meski berusaha disembunyikan.Sean mengangguk perlahan. “Mama baik-baik saja. Dia bahagia sekarang, terutama setelah Brilian lahir.”Mendengar itu, Andika tersenyum kecil. Namun, senyuman itu juga membawa sedikit kesedihan. “Syukurlah ... papa senang mendengarnya. Mamamu wanita yang hebat.”Suasana menjadi hening sesaat. Sean menggenggam cangkir teh di tangannya, matanya menatap ke arah taman. Ada rasa bersalah yang mulai menghantuinya.“Aku minta maaf,” ujar Sean akhirnya, suaranya pelan tapi tegas. “Karena kel

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   266. Berjuang Bertahan Hidup

    Sean duduk di sofa ruang keluarga, memangku Brilian yang tertidur pulas di pelukannya. Biasanya, momen seperti ini membuat Sean tersenyum lebar, menikmati kehangatan menjadi seorang ayah. Tapi kali ini, wajahnya terlihat murung, matanya menerawang jauh seolah ada beban berat yang menghimpit hatinya.Lila, yang sedang membuat susu dirinya dan kopi panas Sean, memperhatikan keheningan itu. Setelah dua minuman itu jadi, dengan nampan Lila membawanya ke ruang keluarga."Ada masalah?" tanya Lila dengan suara lembut sambil menjatuhkan tubuhnya di samping sang suami.Sean menghela napas panjang, menatap wajah mungil Brilian yang damai dalam tidurnya."Aku baru pulang dari rumah Papa," jawab Sean pelan, suaranya terdengar berat. "Sekarang Papa sendirian. Ryan dan mamanya meninggalkan Papa setelah semua yang terjadi."Sean tidak bisa menyembunyikan kesedihannya di hadapan sang istri. Melihat betapa rapuhnya Sean saat berbicara tentang papanya, membuat Lila bisa memahami alasan Sean yang dahulu

    Huling Na-update : 2025-01-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   267. Peringatan Keras

    Di setiap waktu luangnya, Sekar akan menyempatkan diri untuk mengunjungi cucu pertamanya. Bagi Sekar, kelahiran Brilian adalah kemenangan besar. Bukan hanya dia bisa mendapatkan kembali hartanya yang selama ini dikuasai oleh Andika, tetapi juga karena dia sudah lama menantikan kehadiran penerus untuk keluarga dan perusahaannya.Sekar duduk di sofa ruang keluarga, memangku Brilian yang mulai menggeliat kecil dalam pelukannya. Wajah cucunya itu selalu membuat hatinya luluh. Namun, saat bayi itu mulai merengek, Sekar mendesah dan menyerahkan Brilian kepada Lila."Dia haus," ucap Sekar singkat, dengan nada yang menunjukkan otoritas sebagai seorang ibu mertua.Lila tersenyum kecil, meskipun dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia mengambil Brilian dengan lembut dan mulai menyusui.Sekar memperhatikan dengan saksama, matanya menyelidik dari ujung rambut hingga ujung kaki menantunya.Sekar menggelengkan kepala, dengan ekspresi menunjukkan rasa tidak Sukanya. “Kamu itu, Lil!” Sekar ak

    Huling Na-update : 2025-01-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   268. Tugas Baru untuk Lila

    Lila menggigit bibirnya. Sebagai kakak, dia merasa bertanggung jawab atas Delisa, tetapi ibu mertuanya mempunyai alasan yang sulit untuk dia sangkal."Delisa harus belajar hidup mandiri, Lila. Jangan kamu manjakan dia. Kalau kamu ingin membantunya, bantu dari jarak jauh, bukan dengan membawanya ke dalam rumah tangga kalian,” ucap Sekar dengan nada ketus.Lila akhirnya mengangguk pelan, meski hatinya berat. "Baik, Ma. Saya akan pikirkan lagi."Sekar menghela napas, lalu bangkit berdiri. "Mama hanya ingin yang terbaik untuk kamu dan Sean. Ingat, Lila, rumah tangga itu sudah penuh dengan tantangan. Jangan menambah masalah dengan hal-hal yang sebenarnya bisa dihindari."Lila mengangguk lagi, menyadari bahwa meskipun ketus, Sekar hanya ingin melindungi keluarganya dari kemungkinan konflik yang tidak perlu.Saat mertua dan menantu itu sedang berbincang, terdengar suara pintu terbuka. Tampak Sean melankah dengan ringan, tetapi lelah di wajahnya tidak bisa disembunyikan.Sean melihat Lila sed

    Huling Na-update : 2025-01-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   269. Beri Hukuman Setimpal!

    Malam semakin merangkak, tetapi Sekar tetap memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Di depan pintu, Lila memeluk mertuanya dengan erat. Hubungan antara mertua dan menantu yang sempat merenggang kini kembali erat dengan kelahiran Brilian.Sekar membalas pelukan itu dengan lembut, lalu membisikkan pesan ke telinga Lila.“Sekali lagi mama berpesan, jaga penampilanmu. Jangan anggap sepele, ini sangat penting,” ujar Sekar dengan suara lembut tapi tegas.Lila mengangguk kecil. “Iya, Ma. Saya akan berusaha.”Sekar menatap Lila dalam-dalam, menyampaikan pesan terakhirnya. “Jaga rumah tanggamu. Jangan biarkan masalah kecil menjadi besar. Jika ada yang mengganggu hubungan kalian, bicarakan baik-baik dengan Sean. Mama hanya tidak ingin Brilian tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh, seperti yang pernah Sean alami dulu. Mama tidak ingin Brilian merasakan apa yang Sean rasakan.”Kata-kata itu membuat hati Lila terenyuh. Dia memandang Sekar dengan mata berkaca-kaca. “Saya akan berusaha melakukan yang t

    Huling Na-update : 2025-01-11

Pinakabagong kabanata

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   470. Takdir yang Sempurna

    Setelah memastikan Brilian tidur, Sean melangkah menuju ke kamarnya. Dia harus segera membantu Lila untuk menidurkan Bintang dan Berlian. Semakin hari, bocah kembar itu semakin aktif, bahkan hanya untuk tidur saja akan banyak drama.Lila menatap suaminya yang baru saja masuk ke kamar. Senyum hangatnya masih sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit gelisah.Sean bertambah usia, tetapi justru semakin menawan di matanya.Lila menelan ludah pelan. Sebagai istri, tentu saja ia bangga memiliki suami seperti Sean, tetapi di sisi lain… ia juga merasa was-was. Sampai sekarang masih banyak perempuan di luar sana yang mengincar suaminya, meskipun mereka tahu jika Sean sudah menikah dan memiliki tiga anak.Sementara itu, Sean berjalan mendekat. Tatapan matanya lembut saat melihat si kembar yang sudah terlelap di dalam boks.“Mereka tidur lebih cepat dari biasanya,” ucap Sean pelan terdengar nyaris seperti bisikan, takut membangunkan bayi-bayi mereka.Lila mengangguk. “Hari ini

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   469. Rama dan Cinta

    Suasana kafe yang semula tenang mendadak ricuh ketika pintu terbuka dengan keras. Seorang perempuan paruh baya melangkah masuk dengan ekspresi penuh amarah, diikuti oleh seorang perempuan muda yang cantik, sama garangnya."Mana Cinta?! Keluar kau sekarang juga!" seru perempuan paruh baya itu, suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian para pengunjung dan pegawai kafe.Beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka langsung menoleh, ada yang membeku di tempat, ada yang berbisik penasaran. Sementara itu, seorang barista yang berdiri di belakang meja kasir tampak panik, ragu-ragu apakah harus menenangkan situasi atau membiarkan saja.Perempuan cantik yang berdiri di sampingnya menyusuri ruangan dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah. Sepertinya dia tahu betul siapa yang sedang mereka cari.Salah satu pegawai kafe memberanikan diri mendekat. "Maaf, Bu. Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan suara hati-hati.Perempuan paruh baya itu menoleh tajam. "Panggi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   468. Hidup yang Lebih Berwarna

    Waktu berlalu dengan tenang, membawa kebahagiaan yang seolah tak pernah habis bagi keluarga Wismoyojati. Kehidupan penuh berbagi dalam keluarga diisi oleh tawa renyah dan kehangatan. Perdebatan tentu tetap ada sebagai bumbu dalam kehidupan, tetapi mereka bisa menyelesaikan dengan bijaksana.Lila menjalani perannya sebagai ibu dengan penuh cinta, merawat Brilian, Bintang, dan Berlian dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas. Ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial, menemukan kebahagiaan dalam membantu sesama, sambil tetap menyeimbangkan perannya sebagai istri dan ibu.Setelah Sekar dan Prabu memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, suasana di kediaman Sean dan Lila sedikit berubah. Tidak ada lagi suara teguran tegas Sekar atau candaan ringan Prabu di meja makan, tapi bukan berarti rumah itu kehilangan kehangatan.Sean yang memahami betapa besarnya tanggung jawab Lila dalam mengurus tiga anak mereka, mengambil keputusan besar. Ia mencari pengasuh anak profession

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   467. Paket dari Delisa

    Malika berdiri tak jauh dari ayunan, matanya membulat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ia datang ingin bermain bersama Brilian, tapi malah menyaksikan sesuatu yang menghancurkan dunianya.Brilian, sahabat kecilnya, kakak yang dia banggakan baru saja dicium oleh Almahira.Gadis kecil yang masih duduk di TK itu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Seperti ada beban besar menekan hatinya. Wajahnya menegang, bibirnya sedikit bergetar.Brilian masih berdiri di tempatnya, memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut, sementara Almahira sudah berlari pergi dengan riang.Malika mengepalkan tangannya kecil-kecil. Brilian sudah ternoda.Entah dari mana gadis mungil itu mendapatkan pemikiran seperti itu, tapi itulah yang muncul di kepalanya. Sejak kecil, ia selalu menganggap Brilian adalah miliknya, teman bermain yang paling seru, kakak yang selalu membelanya dan menjaganya. Tapi sekarang?Brilian sudah dicium gadis lain.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berteriak, ingin menangis, t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   466. Ditandai

    466Lila membuka matanya perlahan saat mendengar suara rengekan bayi. Seketika, nalurinya sebagai ibu membuatnya ingin segera bangkit. Namun, saat menoleh ke samping, tempat tidur Sean kosong.Dia menoleh ke arah boks bayi dan menemukan suaminya sudah lebih dulu terjaga. Sean duduk di kursi di samping boks, memangku salah satu bayi mereka sambil memberikan dot. Dengan satu tangan lainnya, dia berusaha menenangkan si kecil yang masih berada di boks, menyentuhnya dengan lembut agar tidak terus menangis.Lila menggeleng pelan. Kenapa dalam keadaan repot seperti itu Sean tidak membangunkannya?Dia mengamati suaminya yang tampak begitu telaten. Mata Sean terlihat sedikit sayu karena mengantuk, tetapi senyumnya tetap ada saat membisikkan sesuatu pada anak mereka. Lila merasa hangat melihat pemandangan itu.Dia bangkit perlahan, mendekati Sean, lalu bertanya pelan, "Kenapa tidak membangunkanku?"Sean menoleh dan tersenyum kecil. "Kau masih butuh istirahat, sayang. Aku bisa mengurus mereka."

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   465. Kemarahan Ibu Hamil

    Ryan menghela napas panjang, berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat Rina berbaring. Sejak sadar, istrinya berubah total. Biasanya Rina adalah perempuan yang mandiri, kalem, dan penurut. Tapi sekarang? Manja, gampang marah, dan yang paling membuat Ryan frustasi, diam seribu bahasa setiap kali mereka hanya berdua."Rina, kau mau sesuatu?" tanya Ryan pelan, berharap mendapat jawaban.Rina hanya membuang muka, menatap ke arah jendela.Ryan mengusap wajahnya, mencoba bersabar. Sejak dokter memberi kabar tentang kehamilan Rina, perubahan sikap istrinya semakin menjadi-jadi. Setiap kali ia mencoba membicarakannya, Rina malah menutup diri.Namun, saat Sekar dan Prabu datang bersama Brilian dan Renasya, suasana langsung berubah. Seakan-akan Rina adalah orang yang berbeda."Bunda!" Renasya berlari kecil mendekati ranjang, matanya berbinar.Rina tersenyum hangat, membuka tangannya untuk menyambut putrinya. "Sayang, ke sini, Bunda kangen."Ryan memandangi pemandangan itu dengan kening

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   464. Janji tak Terucap

    Sean melepas dasinya dengan satu tarikan kasar. Rumah besar itu terasa begitu sepi.Tidak ada suara Sekar yang biasanya sibuk memberi perintah. Tidak ada tawa Prabu yang sering menggoda Brilian. Bahkan Brilian sendiri tak terdengar, padahal biasanya selalu berlari-lari dengan ocehan tak ada habisnya.Setelah mencuci tangan, Sean melangkah menuju kamar bayi, membuka pintu perlahan.Di dalam, Lila sedang menggendong Berlian yang masih mengenakan baju tidur, sementara Bintang terbaring di boks bayi, menggeliat pelan. Wajah Lila tampak lelah, rambutnya berantakan, tetapi senyumnya tetap ada saat menenangkan putri kecil mereka.Sean bersandar di ambang pintu, matanya melembut. "Kenapa sendirian?"Lila menoleh, sedikit terkejut, lalu tersenyum tipis. "Mama dan Papa mengantar Renasya ke rumah sakit. Brilian ikut, nanti pulangnya langsung ke rumah Om Prabu. Mereka akan menginap kurang lebih satu minggu di sana sampai Paksi berangkat ke London."Sean mengangguk pelan, beberapa hari yang lalu P

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   463. Masa Tua yang Bahagia

    Di perjalanan pulang, Sekar sesekali melirik ke arah Renasya yang tertidur di pangkuannya. Wajah mungil itu tampak lelah, sesekali bergumam dalam tidurnya, mungkin memanggil ibunya. Prabu yang menyetir pun sesekali melirik ke kaca spion, memastikan keadaan mereka baik-baik saja."Kasihan anak ini, tidak ada yang asuh karena mamanya harus di" gumam Sekar pelan, mengusap rambut Renasya dengan lembut."Kita jaga dia baik-baik sampai ibunya pulang," sahut Prabu, suaranya tenang tetapi tegas.Sesampainya di rumah, Sekar langsung memanggil Bi Siti. "Bi, tolong mandikan Renasya dulu, ya. Pakaiannya ada di kamar tamu yang dulu dia pakai waktu menginap di sini."Bi Siti mengangguk. Dengan penuh kesabaran, ia membimbing Renasya yang masih setengah sadar karena mengantuk. Anak itu berjalan dengan langkah gontai, menggenggam tangan Bi Siti erat-erat.Sekar dan Prabu menghembuskan napas lega. "Semoga besok Rina sudah bisa dibawa pulang," kata Sekar pelan, lebih kepada dirinya sendiri.“Ya, tapi Re

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   462. Ada Apa dengan Rina

    Ryan duduk di kursi tunggu ruang UGD, masih mengenakan kaus rumahan dan celana training. Melihat keadaan istrinya yang tidak sadarkan diri, ayah satu anak itu mengambil pakaian sedapatnya dari lemari.Napas Ryan tersengal, dadanya naik turun cepat. Di pelukannya, Renasya meringkuk, masih mengenakan piyama tidurnya, kepalanya bersandar di bahu Ryan dengan wajah bingung dan takut."Ayah, Bunda kenapa?" Suara kecil putrinya bergetar.Ryan mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan anaknya meski dirinya sendiri diliputi ketakutan yang luar biasa."Bunda sakit, Nak. Kita doain Bunda, ya?" Suara Ryan terdengar serak, matanya terus terpaku pada pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat.Tadi pagi, setelah menemukan Rina tidak sadarkan diri, Ryan nyaris kehilangan akal. Ia menggendong istrinya keluar kamar, berlari ke garasi, dan tanpa berpikir panjang, memasukkan Rina ke mobil.Renasya, yang terbangun karena suara ayahnya berteriak, ikut dibawa serta dalam keadaan setengah mengantuk.P

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status