Share

276. Tugas untuk Nadya

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2025-01-13 15:10:16

Mobil yang dikendarai Rangga perlahan memasuki pekarangan rumah mewah yang dihuni oleh Sekar. Lampu-lampu taman menyala, menyorot keindahan lanskap yang tertata rapi.

Di teras, Sekar sudah menunggu dengan senyum hangat di wajahnya. Seperti sedang menunggu anak kandungnya sendiri.

Nadya dan Rangga segera turun dari mobil. Nadya merapikan lagi penampilannya, seolah dia akan bertemu dengan ibu mertua yang menuntut kesempurnaan pada menantunya.

“Mampir di mana saja kalian?” tanya Sekar terdengar penuh tuduhan. Bahkan saat Nadya sudah berada di hadapannya Sean menelisik leher jenjang Nadya mencoba mencari sebuah tanda di sana.

Rangga hanya tertawa renyah melihat tingkah Sekar. Sementara itu Nadya yang bisa menyaksikan keakraban Rangga dan Sekar yang terlihat lebih dekat dan natural daripada Sean dan Sekar yang terlihat penuh ketegangan.

“Namanya juga perempuan, Bu. Harus dandan dulu biar sempurna,” Rangga membalas dengan tawa kecil, melirik Nadya yang langsung mencubit lengannya pelan.

Sek
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   277. Ujian Sepulang dari Makan Malam

    Dalam perjalanan pulang dari rumah Sekar, suasana di dalam mobil terasa hangat dan santai. Jalanan malam cukup lengang, hanya terdengar suara mesin mobil dan obrolan ringan antara Rangga dan Nadya.“Menurut kamu, Delisa itu tipe cewek yang bagaimana?” Rangga bertanya sambil melirik Nadya yang duduk di sampingnya, berharap pertanyaannya tidak menimbulkan salah paham di hati calon istrinya.Nadya menghempaskan punggungnya ke jok sambil membuang napas secara kasar. “Jauh banget sama Lila. Mereka seperti tumbuh di dunia yang berbeda.”Nadya tertawa kecil, mengingat kejadian yang melibatkan dirinya dengan Delisa hari ini.“Jujur, aku setuju sama Bu Sekar. Delisa itu terlihat sangat ambisius, seperti tidak peduli caranya apa yang penting tujuannya tercapai. Tapi ada sisi lugu juga, terutama waktu dia tahu dia harus tinggal di kosku.”Rangga mengangkat alis, penasaran. “Oh ya? Dia gimana?”“Dia kelihatan kaget banget waktu lihat kosnya. Berkali-kali dia nanya, ‘Bener di sini? Apa nggak salah

    Last Updated : 2025-01-13
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   278. Seperti Pengantin Baru

    Malam itu di kamar Sean dan Lila yang hangat dan tenang, Lila menatap Brilian yang tidur nyenyak di boks bayi. Tubuh mungilnya bergerak sedikit, tetapi tetap terlihat nyaman. Sean mendekat dan memeluk tubuh Lila dari belakang. Senyum menghiasi bibirnya melihat putranya yang tumbuh dengan baik.“Pengertian banget anak Papa,” ucap Sean dengan penuh kebanggaan, lalu melabuhkan kecupan di punggung Lila.Lila tertawa kecil. Selain karena merasa geli dengan sentuhan Sean, Lila juga tahu apa yang dipikirkan suaminya malam ini.“Sepertinya efek imunisasi tidak terlalu berpengaruh, dari tadi dia tidak rewel dan demam.”“Maaf, tadi tidak bisa menemani imunisasi.” Suara Sean terdengar penuh penyesalan. Sebagai seorang ayah, sebenarnya Sean ingin selalu hadir dalam tumbuh kembang putranya.“Papanya kan kerja, cari uang yang banyak untuk nyenengin keluarga.” Lila menoleh menatap wajah Sean, hingga sebuah kecupan lembut di dahi tidak bisa dia hindari.“Mamanya Brilian mau disenengin dengan cara lai

    Last Updated : 2025-01-14
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   279. Jangan Menambah Beban Hidupnya!

    Waluya baru saja menyelesaikan transaksi dengan salaj satu pedagang telur. Wajahnya terlihat sumringah dengan hasil panen hari ini. Tetapi ketika suara tinggi Inayah mengetarkan gendang telinganya, Waluya sadar, ini bukan pertanda baik.Belum sempat Waluya membersihkan diri setelah dari kendang, dia sudah harus menghadapi amarah besar sang istri.“Pak! Apa kamu tahu kalau dari kemarin handphone Lila tidak bisa dihubungi?” Suara Inayah melengking, tangan di pinggang dan sorot matanya tajam.Waluya mendesah pelan, berusaha tetap tenang. “Mungkin dia sedang sibuk. Kamu tahu sendiri, anakmu itu punya bayi yang butuh banyak perhatian.”“Tapi Delisa baru saja meneleponku!” Inayah menyela dengan nada keras. “Dia bilang Lila menempatkannya di tempat kos yang nggak layak sama sekali. Apa itu cara Lila menunjukkan rasa sayang ke adiknya sendiri?”Waluya menghela napas panjang, meletakkan keranjang telurnya di meja. “Dengar dulu, Bu. Mungkin ini bukan sepenuhnya salah Lila. Kamu tahu, rumah yang

    Last Updated : 2025-01-14
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   280. Keras Kepala

    Delisa melangkah keluar dari taksi online dengan percaya diri. Penampilannya tampak rapi, mengenakan blazer krem yang dipadukan dengan rok pensil hitam. Ia menegakkan punggungnya saat memasuki lobi kantor Sean terlihat penuh percaya diri.Tatap mata Delisa menelusuri kemewahan interior ruangan itu, berharap bisa bekerja di perusahaan besar milik saudara iparnya. Jika ini terwujud, tentu bukan hanya membuat kedua orang tuanya bangga, tetapi juga teman-teman yang pernah merendahkannya akan merasa iri dan terpukul.Dengan senyum ramah, ia menghampiri meja resepsionis. "Selamat pagi. Saya Delisa, adiknya Pak Sean. Saya ingin bertemu dengannya."Resepsionis, seorang perempuan muda dengan seragam formal, membalas senyum Delisa dengan sopan. "Selamat pagi, Bu Delisa. Mohon maaf, apakah Anda sudah membuat janji sebelumnya dengan Pak Sean?"Delisa mengerutkan kening. "Saya memang belum membuat janji, tapi saya ini adiknya, lho. Saya yakin dia pasti akan mau menemui saya."Menghadapi sikap arog

    Last Updated : 2025-01-14
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   281. Sikap Tegas Sean

    Alex melangkah cepat menuju ruang rapat, napasnya mulai memburu. Ia tahu dirinya terlambat, dan itu semua karena perbincangannya dengan Delisa di lobi.Saat mendekati pintu kaca ruang rapat, ia melihat Sean dan Rangga sedang berjalan masuk. Panik, Alex mulai berlari kecil, berharap bisa mengejar mereka sebelum rapat dimulai."Pak Sean! Pak Rangga!" panggil Alex dengan suara yang sedikit terengah.Sean dan Rangga berhenti di depan pintu, berbalik menghadap Alex. Keduanya menatapnya dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan, tatap mata keduanya dingin hingga membuat Alex semakin gugup.“Maaf, Pak, saya terlambat,” ucap Alex cepat, mencoba menjelaskan tanpa ditanya. Namun, baik Sean maupun Rangga tidak berkata sepatah kata pun.Mata Sean yang tajam menatap Alex seperti menembus dirinya. Rangga hanya melirik sekilas, lalu mengangkat alis dengan ekspresi datar. Keduanya kemudian masuk ke ruang rapat tanpa memberikan respons.Alex merasa perutnya mengerut. Tatapan mereka lebih menusuk daripa

    Last Updated : 2025-01-15
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   282. Apa Niatnya?

    Sekar duduk nyaman di sofa empuk, memangku Brilian yang tampak tenang dalam balutan selimut hangat. Sepanjang sore, Sekar terus berbicara dengan cucunya, menatap wajah mungil itu dengan penuh kasih sayang."Kamu tahu, Brili? Oma sekarang yang urus perusahaan kamu," ucap Sekar dengan lembut. Sesekali, bayi itu membalas dengan gumaman khas bayi, seolah berusaha merespons."Oh, pintar sekali cucu nenek ini!" seru Sekar dengan penuh kebahagiaan, mencium kening Brilian dengan lembut. “Oma akan membuat perusahaanmu semakin besar. Dan saat kamu besar nanti, kamu yang akan membuatnya semakin mendunia.”Lila muncul dari dapur, membawa secangkir teh hijau hangat yang menjadi favorit ibu mertuanya. Dengan senyuman, dia meletakkan teh itu di meja kecil di samping Sekar sebelum duduk di sofa dekat mereka.Sekar menoleh sebentar menatap Lila dengan senyum di bibirnya. "Terima kasih, Lil. Lihat wajah Brili, dia seperti magnet yang menarik kebahagiaan," ucap Sekar dengan binar bahagia di matanya.Set

    Last Updated : 2025-01-15
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   283. Undangan

    Delisa terdiam di tempatnya, menundukkan kepala tanpa membalas tatapan Lila. Kata-kata Nadya sebelumnya masih membekas di hatinya, tetapi dia memilih untuk menahan diri. Dia sadar, keadaan ini sudah menjadi keputusan sang kakak, dan dia tidak punya pilihan selain menerimanya.Lila mengambil kursi di dekat Delisa dan duduk dengan lembut, menjaga jarak agar percakapannya tidak terasa mendominasi."Lisa, Mbak tahu ini mungkin tidak seperti yang kamu harapkan," kucap Lila dengan nada lembut. "Tapi Mbak juga mau kamu tahu, ini semua untuk kebaikanmu. Mbak dulu juga pernah bekerja di Mahendra Securitas, dan itu tempat yang sangat baik untuk belajar dan berkembang."Delisa mengangkat sedikit wajahnya, cukup penasaran untuk mendengarkan. Lila melanjutkan, "Di sana, suasana kerja sangat mendukung selama kita bisa membawa diri. Mbak yakin kamu bisa menyesuaikan diri dengan baik. Apalagi Nadya nanti juga akan membimbing kamu. Akan ada banyak ilmu dan pengalaman yang kamu dapatkan."Nadya yang du

    Last Updated : 2025-01-16
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   284. Berbuah Manis

    Dengan hati-hati, Lila membuka amplop itu. Matanya membesar begitu membaca isinya."Konten kreator terbaik bidang edukasi ekonomi?" Lila membaca perlahan, tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. "Aku masuk nominasi? Ini tidak salah, kan, Ma?"Sekar mengangguk, wajahnya memancarkan kebanggaan. "Iya, kamu masuk nominasi, Lila. Itu bukan hal kecil. Mama sangat bangga padamu." Sekar memeluk Lila dengan hangat.Sekar tidak pernah menduga, masa-masa sulit yang Lila jalani saat bercerai dengan Sean membuahkan hasil yang tidak terduga.Sekar mengurai pelukannya, dengan senyum lebar dia menatap wajah Lila. “Kamu perempuan hebat, mama tidak salah memilih pendamping untuk Sean.” Sekar melabuhkan kecupan setelah mengakhiri kalimatnya. “Sean pasti bangga kalau tahu berita ini.”Lila tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Dia menggeleng samar, masih dalam keterkejutannya dan tidak percaya.“Saya benar-benar tidak pernah mengira ini akan terjadi. Banyak hujatan di setiap video saya, y

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   289. Keberuntungan

    Di ruang kerja yang penuh dengan suasana santai, Rangga duduk di belakang meja dengan beberapa berkas yang tersusun rapi. Di depannya, Alex berdiri dengan tangan terlipat, memperhatikan Rangga yang sibuk memberi instruksi."Alex, ini hari terakhirku sebelum cuti panjang. Aku ingin memastikan semuanya berjalan lancar selama aku tidak ada," kata Rangga, suaranya tenang namun tegas.Alex mengangguk. "Ya, Pak Rangga. Apa saja yang perlu saya perhatikan?"Rangga memutar layar laptopnya, menunjukkan beberapa file. "Ini daftar pekerjaan yang harus kamu awasi. Fokus utamanya ada pada proyek merger ini. Pastikan semua dokumen sudah selesai sebelum tenggat waktu."Alex mencatat dengan cepat di buku kecilnya."Dan satu hal lagi," tambah Rangga, menatap Alex serius. "Kalau Sean sedang marah, jangan terlalu diambil hati. Dia bos besar kita, dan tekanan yang dia hadapi kadang membuat emosinya meledak. Tapi selama dia tidak merendahkan harga dirimu, kamu harus tetap profesional."Alex tersenyum tipi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   288. Menjelang Persidangan

    Sean menekan tombol di ponselnya, berbicara dengan nada tegas namun santai. “Titipkan saja berkasnya di pos satpam. Nanti orangku akan mengambil ke rumah,” katanya sebelum mengakhiri panggilan.Setelah meletakkan ponselnya di meja, Sean menekan tombol interkom dan memanggil sekretarisnya. Tak lama, Alex, sekretarisnya yang selalu sigap, masuk ke ruangan.“Ya, Pak?” tanya Alex dengan sopan, berdiri tegak di depan meja kerja Sean.Sean langsung memberikan instruksi, suaranya serius namun tetap tenang. “Alex, berkas yang kita butuhkan untuk meeting nanti siang tertinggal di rumah. Aku sempat membawanya saat makan siang tadi, tapi lupa memasukkan kembali ke tas. Tolong kamu ke rumahku sekarang, ambil di pos satpam. Berkasnya akan dititipkan di sana.”Alex mengangguk cepat. “Baik, Pak. Saya berangkat sekarang.”“Jangan ganggu istri saya!” ucap Sean dengan tegas dan terdengar penuh ancaman.“I iya, Pak!” Alex terlihat ketakutan. Mana berani Alex mengganggu istri bosnya yang galak tersebut.

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   287. Salah Paham

    Lila berdiri di depan cermin panjang, memandang pantulan dirinya dalam gaun satin berwarna biru tua yang elegan. Gaun itu dirancang dengan detail lipatan halus di bagian pinggang dan potongan bagian leher berbentuk sabrina yang agak rendah. Meski wajahnya dihiasi senyum tipis, matanya menyiratkan keraguan.Sean duduk di sofa dekat cermin, pandangannya tajam namun tak banyak bicara. Wajahnya yang serius membuat Lila merasa tidak percaya diri.“Sean, gaunnya kurang cocok, ya?” Lila bertanya ragu, melirik Sean dari cermin. “Ini rekomendasi langsung dari yang punya butik lho.”Sean tidak menjawab. Ia berdiri dan berjalan mendekat, hingga berdiri tepat di belakang Lila. Tatapan mereka bertemu dalam pantulan cermin, dan Sean meletakkan kedua tangannya di bahu Lila.“Katanya model ini untuk menutupi perutku yang masih buncit,” ucap Lila sambil menunduk karena merasa kurang percaya diri.Meskipun dokter sudah mengatakan jika bekas jahitan sembuh, tetapi Lila belum berani menggunakan korset un

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   286. Hanya Bisa Diam

    Dengan langkah tergopoh-gopoh, Delisa memasuki lobi kantor Mahendra Securitas yang megah. Matanya sibuk memindai ruangan sambil menahan gugup. Dia tahu ini adalah hari pertamanya bekerja, dan dia tidak ingin membuat kesan buruk.Delisa mendekati meja resepsionis, seorang wanita berpenampilan rapi dengan senyum profesional menyambutnya. "Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?"Delisa menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Pagi. Saya Delisa, karyawan baru. Saya diberitahu untuk melapor hari ini."Resepsionis itu membuka buku catatan kecil di mejanya, matanya memindai daftar nama. "Ah, ya. Mbak Delisa, Anda sudah ditunggu oleh Bu Sekar di ruangannya."Mendengar nama itu, Delisa membelalakkan mata. "Bu Sekar? Maksudnya ... Sekar Wismoyojati?""Ya, beliau CEO di sini," potong resepsionis dengan ramah. "Ruangannya ada di lantai dua, belok kanan dari lift."Delisa mengangguk perlahan, pikirannya kalut. Sekar adalah ibu mertua Lila, kakaknya. Dia tahu betul bagaimana Sekar, seorang wan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   285. Bukan Batita

    Malam itu, setelah Sekar pulang Brilian tertidur pulas di kamar bayi, Sean dan Lila berbaring di kamar mereka. Lampu kamar redup memberikan suasana yang tenang, namun pikiran Sean masih penuh dengan berbagai rencana.Sean memandang Lila yang masih berbalas pesan dengan ponselnya. Setelah ponsel Lila aktif, ternyata banyak notifikasi pesan. Hanya beberapa yang dia anggap penting yang di balas, terutama dari orang tuanya. Di tengah kesibukan Lila, Sean memulai pembicaraan."Lil," panggil Sean dengan suara lirih dan terdengar ragu."Hm?" sahut Lila tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya."Aku berpikir untuk mengajak Mama tinggal bersama kita," ujar Sean, suaranya penuh pertimbangan.Lila menoleh ke arah Sean sebentar. Setelah mengirim pesan yang sudah dia tulis, Lila meletakkan ponselnya di nakas dalam keadaan di nonaktifkan. Dia sadar apa yang akan dibicarakan oleh suaminya sangat serius dan penting.Lila menatap Sean dengan lembut. "Kenapa tiba-tiba kepikiran itu?"Sean menghela

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   284. Berbuah Manis

    Dengan hati-hati, Lila membuka amplop itu. Matanya membesar begitu membaca isinya."Konten kreator terbaik bidang edukasi ekonomi?" Lila membaca perlahan, tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. "Aku masuk nominasi? Ini tidak salah, kan, Ma?"Sekar mengangguk, wajahnya memancarkan kebanggaan. "Iya, kamu masuk nominasi, Lila. Itu bukan hal kecil. Mama sangat bangga padamu." Sekar memeluk Lila dengan hangat.Sekar tidak pernah menduga, masa-masa sulit yang Lila jalani saat bercerai dengan Sean membuahkan hasil yang tidak terduga.Sekar mengurai pelukannya, dengan senyum lebar dia menatap wajah Lila. “Kamu perempuan hebat, mama tidak salah memilih pendamping untuk Sean.” Sekar melabuhkan kecupan setelah mengakhiri kalimatnya. “Sean pasti bangga kalau tahu berita ini.”Lila tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Dia menggeleng samar, masih dalam keterkejutannya dan tidak percaya.“Saya benar-benar tidak pernah mengira ini akan terjadi. Banyak hujatan di setiap video saya, y

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   283. Undangan

    Delisa terdiam di tempatnya, menundukkan kepala tanpa membalas tatapan Lila. Kata-kata Nadya sebelumnya masih membekas di hatinya, tetapi dia memilih untuk menahan diri. Dia sadar, keadaan ini sudah menjadi keputusan sang kakak, dan dia tidak punya pilihan selain menerimanya.Lila mengambil kursi di dekat Delisa dan duduk dengan lembut, menjaga jarak agar percakapannya tidak terasa mendominasi."Lisa, Mbak tahu ini mungkin tidak seperti yang kamu harapkan," kucap Lila dengan nada lembut. "Tapi Mbak juga mau kamu tahu, ini semua untuk kebaikanmu. Mbak dulu juga pernah bekerja di Mahendra Securitas, dan itu tempat yang sangat baik untuk belajar dan berkembang."Delisa mengangkat sedikit wajahnya, cukup penasaran untuk mendengarkan. Lila melanjutkan, "Di sana, suasana kerja sangat mendukung selama kita bisa membawa diri. Mbak yakin kamu bisa menyesuaikan diri dengan baik. Apalagi Nadya nanti juga akan membimbing kamu. Akan ada banyak ilmu dan pengalaman yang kamu dapatkan."Nadya yang du

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   282. Apa Niatnya?

    Sekar duduk nyaman di sofa empuk, memangku Brilian yang tampak tenang dalam balutan selimut hangat. Sepanjang sore, Sekar terus berbicara dengan cucunya, menatap wajah mungil itu dengan penuh kasih sayang."Kamu tahu, Brili? Oma sekarang yang urus perusahaan kamu," ucap Sekar dengan lembut. Sesekali, bayi itu membalas dengan gumaman khas bayi, seolah berusaha merespons."Oh, pintar sekali cucu nenek ini!" seru Sekar dengan penuh kebahagiaan, mencium kening Brilian dengan lembut. “Oma akan membuat perusahaanmu semakin besar. Dan saat kamu besar nanti, kamu yang akan membuatnya semakin mendunia.”Lila muncul dari dapur, membawa secangkir teh hijau hangat yang menjadi favorit ibu mertuanya. Dengan senyuman, dia meletakkan teh itu di meja kecil di samping Sekar sebelum duduk di sofa dekat mereka.Sekar menoleh sebentar menatap Lila dengan senyum di bibirnya. "Terima kasih, Lil. Lihat wajah Brili, dia seperti magnet yang menarik kebahagiaan," ucap Sekar dengan binar bahagia di matanya.Set

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   281. Sikap Tegas Sean

    Alex melangkah cepat menuju ruang rapat, napasnya mulai memburu. Ia tahu dirinya terlambat, dan itu semua karena perbincangannya dengan Delisa di lobi.Saat mendekati pintu kaca ruang rapat, ia melihat Sean dan Rangga sedang berjalan masuk. Panik, Alex mulai berlari kecil, berharap bisa mengejar mereka sebelum rapat dimulai."Pak Sean! Pak Rangga!" panggil Alex dengan suara yang sedikit terengah.Sean dan Rangga berhenti di depan pintu, berbalik menghadap Alex. Keduanya menatapnya dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan, tatap mata keduanya dingin hingga membuat Alex semakin gugup.“Maaf, Pak, saya terlambat,” ucap Alex cepat, mencoba menjelaskan tanpa ditanya. Namun, baik Sean maupun Rangga tidak berkata sepatah kata pun.Mata Sean yang tajam menatap Alex seperti menembus dirinya. Rangga hanya melirik sekilas, lalu mengangkat alis dengan ekspresi datar. Keduanya kemudian masuk ke ruang rapat tanpa memberikan respons.Alex merasa perutnya mengerut. Tatapan mereka lebih menusuk daripa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status