All Chapters of Terjerat Gairah Pembantu Cantik: Chapter 381 - Chapter 390

399 Chapters

[S2] Anak Mama Sudah Besar

Setelah mobil Jean berhenti di depan rumah, Nilam melepas seatbelt dan menghela napas. Hari ini benar-benar melelahkan, tapi juga menyenangkan. "Kamu gak mau mampir dulu?" tanya Nilam saat Jean membukakan pintu mobil untuknya. Jean tersenyum kecil. "Aku ikut masuk sebentar, tapi gak lama, ya. Aku harus pulang cepet, kasian Qila nungguin." Nilam mengangguk. Lalu mereka berjalan berdampingan menuju pintu rumah. Begitu masuk, mereka langsung disambut oleh Bu Mala yang sedang duduk santai di ruang tengah dengan secangkir teh di tangannya. "Oh, kalian sudah pulang," kata Bu Mala sambil tersenyum. Matanya bergantian menatap Nilam dan Jean dengan penuh arti. "Udah, Ma," jawab Nilam sambil berjalan ke arah sang Mama. "Hari ini capek banget." Dengan manjanya, Nilam langsung menjatuhkan kepalanya di bahu Bu Mala.Sementara Jean mengikuti Nilam dan duduk berseberangan dengan mereka."Capek kenapa?" tanya Bu Mala penasaran."Pulang kantor tadi kita langsung fitting baju pengantin Ma. A
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

[S2] Semakin Rindu

Sinar matahari pagi menyapu halaman panti asuhan, memberikan kehangatan yang lembut pada bangunan sederhana itu. Di teras depan, beberapa anak-anak berlarian riang, sementara di dalam, suasana lebih tenang namun penuh semangat. Elisha berdiri di depan kelas kecil, mengenakan seragam biru muda yang menjadi tanda bahwa ia sedang menjalani program asimilasi. Program ini memungkinkan narapidana dengan perilaku baik untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar lapas sebelum benar-benar bebas. Dalam masa asimilasi ini, mereka diberikan kesempatan untuk bekerja atau melakukan kegiatan sosial di luar lapas, namun tetap dalam pengawasan petugas. Tujuannya adalah agar mereka dapat kembali ke masyarakat dengan lebih mudah dan mengurangi risiko kembali melakukan pelanggaran hukum. Bersama beberapa rekannya, Elisha mendapatkan tugas mengajar anak-anak di panti asuhan ini. Hari ini, ia bertanggung jawab mengajarkan membaca dan menulis untuk anak-anak usia dini. "Baik, adik-adik," kata Elisha de
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

[S2] Berhenti OVT!

"Kalau sebaliknya gimana?"Devi mengangkat alis, menatap Elisha dengan penasaran. "Maksud kamu, kalau Jean sengaja ngejauhkan Qila dari kamu?" Elisha menggigit bibirnya, matanya menerawang jauh. "Aku gak tahu. Tapi selama tiga tahun ini, aku selalu ngerasa ada jarak. Bukan cuma karena aku di sini, tapi... aku takut dia gak mau Qila inget aku lagi. Apalagi setelah apa yang aku lakukan selama ini ke Jean."Devi tertawa kecil, bukan untuk mengejek, tapi lebih kepada ketidakpercayaannya. "Elisha, kita ngomongin Jean di sini. Mantan suami kamu. Ayah dari anak kamu. Kamu pikir dia bisa sejahat itu?" Elisha menghela napas, ragu-ragu. "Aku gak bilang dia jahat, tapi aku juga sadar diri sama kesalahan yang aku perbuat. Siapa tau dia melampiaskan semua kemarahannya dengan mendoktrin Qila buat benci sama aku."Devi menatap Elisha dengan lekat, lalu menghela napas. "Lis, kamu sadar gak sih? Dari tadi kamu cuma nyalahin diri sendiri dan ngebayangin skenario paling buruk. Emang sih, kamu udah n
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

[S2] Dokter Dion

Devi mendengus. "Duh, peka dikit dong Elisha. Dia kayaknya na—"Elisha mendesah. "Kamu gak capek ngomong gitu terus?"Devi langsung menutup mulutnya dengan rapat. Kalimat Elisha barusan memang terdengar biasa saja. Tapi nada bicaranya yang dalam dan sedikit menusuk itu membuatnya agak merinding."Jujur saja aku udah gak tertarik berhubungan sama laki-laki."Hah? Devi kaget. "Maksudnya?""Maksudnya... Aku mending single aja, Dev. Fokus sama anak dan masa depan daripada punya hubungan sama cowok yang ujung-ujungnya cuma bikin aku kecewa dan salah jalan lagi." Saat berkata seperti itu tatapan Elisha nampak menerawang jauh.Memori tentang masa lalunya dengan Jean dan Dikta selama ini, memberikan goresan trauma dalam dadanya. Selain membuat ia jadi salah jalan, ia juga mengacaukan semua impiannya hanya karena ambisinya pada laki-laki."Semangat ya Elisha." Devi menepuk pundak rekannya itu. "Aku harap suatu hari nanti kamu bisa mengubur semua trauma kamu dan hidup bahagia sama pria yang kam
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

[S2] Kamu Wajib Datang!

Di tempat berbeda, Nilam sedang sibuk menelepon Nana sambil menatap layar laptopnya. Di hadapannya, beberapa undangan pernikahan sudah tertata rapi, siap untuk dikirimkan."Aku bakal nikah bulan depan, Na!" seru Nilam dengan nada ceria.Dari seberang telepon, Nana menghela napas panjang sebelum menjawab, "Apa? Nikah?""Iyaa. Aku mau nikah.""Sama siapa? Jean?"Perempuan itu tersenyum malu-malu sambil memainkan pulpennya. "Iyalah. Emangnya sama siapa lagi?""Kayak baru kemarin kamu balikan lagi ama Jean. Sekarang udah siap nikah aja?"Nilam tertawa kecil. "Ya mau gimana lagi? Kita udah lama bareng. Pak Jean bilang gak ada alasan buat nunda-nunda lagi. Lagipula, semua persiapan udah beres. Tinggal sebar undangan aja.""Akhirnyaaa...." Terdengar helaan nafas panjang dari line seberang. "Sumpah aku lega banget dengernya. Setelah sekian lama dan setelah mengalami banyak cobaan, akhirnya kamu dan Jean nikah juga."Nilam tersenyum kecil, merasa senang tapi juga sedikit malu saat mendengar uc
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

[S2] Aku Mau Kasih Tau Sesuatu

Saat jam istirahat tiba, Nilam duduk di mejanya sambil menggenggam undangan pernikahannya. Dadanya berdebar, tapi ia tahu ini adalah sesuatu yang harus dilakukan. Ia menoleh ke arah meja Rina dan Talita yang sedang berbincang sambil menikmati makan siang mereka.Dengan napas panjang, ia memberanikan diri untuk berdiri dan melangkah ke arah mereka. "Mbak Rina, Mba Talita, kalian ada waktu sebentar nggak?" tanyanya dengan suara sedikit ragu.Rina menoleh dengan alis terangkat, sementara Talita langsung menyahut, "Ada dong, kenapa, Nilam?""Aku mau ngomong sesuatu. Nanti pulang kerja kita nongkrong di kafe, yuk? Aku traktir deh!" ujar Nilam sambil tersenyum, meskipun tangannya sedikit berkeringat.Rina melipat tangannya di depan dada dan menatap Nilam penuh rasa ingin tahu. "Wah, tumben ngajakin nongkrong. Ada apa nih?"Nilam menggaruk belakang kepalanya sambil tersenyum malu-malu. "Iya, ada yang pengen kasih tau berita penting ke Mba Rina sama Mba Talita."Talita saling bertukar pandang
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

[S2] Dilema

Talita cemberut dan pura-pura marah. "Siapa yang iri? Aku cuma gak nyangka aja kalau akhirnya Nilam bisa nikah sama si bos. Soalnya, selama ini dia kelihatan kayak orang yang terlalu serius buat urusan cinta." Nilam tertawa mendengar komentar Talita. "Iya sih, awalnya aku juga gak yakin bakal sampai di titik ini. Tapi ternyata, Pak Jean memang orang yang gak bisa aku lepaskan." Rina menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Ya ampun, Nilam. Aku jadi makin gak sabar buat lihat pernikahan kalian. Bakal jadi momen yang luar biasa." "Amin! Aku juga berharap semuanya lancar," jawab Nilam dengan penuh harap. "Kebayang deh kalau kalian nikah terus punya anak, pasti anaknya bakal cakep-cakep," Rina menaruh tangannya di pipi, membayangkan keluarga kecil Nilam membuat ia seketika tersenyum. "Mba bisa aja." Nilam terlihat malu. "Btw, ini undangannya. Kalian beneran harus datang loh ya! Hukumnya wajib!" ucap perempuan itu sambil menggeser dua undangan itu ke arah mereka. Sementara it
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

[S2] Rasa Penasaran Yang Semakin Besar

Keesokan harinya, Nilam dan Talita duduk bersama di kantin kantor saat jam istirahat. Mereka menikmati segelas jus dingin masing-masing, sementara suasana di sekitar mereka dipenuhi dengan suara obrolan rekan kerja lainnya.Talita menopang dagunya dengan satu tangan, memperhatikan Nilam yang tengah serius menulis di tablet dengan stylus-nya. Sesekali, perempuan itu menggigit bibirnya, tampak berpikir keras sebelum kembali mengetik."Kamu lagi ngerjain apa, sih? Serius banget," tanya Talita akhirnya, mencoba mengalihkan pikirannya yang sejak tadi dipenuhi oleh sesuatu yang lebih berat.Nilam mengangkat wajahnya sejenak, tersenyum kecil. "Lagi nyusun konsep acara pernikahan. Ada beberapa hal yang masih perlu aku pastikan sebelum meeting sama wedding organizer nanti sore.""Belom selesai? Kirain udah beres semua?"Tanpa menoleh, gadis itu menjawab, "Ada beberapa detail yang kurang."Talita mengangguk pelan, tapi pikirannya justru semakin dipenuhi pertanyaan lain. Tatapannya perlahan-laha
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

[S2] Jangan Macam-Macam

Dikta menatap Talita tajam, ekspresinya semakin gelap. Ia melangkah lebih dekat, membuat Talita refleks mundur satu langkah. Namun, Dikta lebih cepat. Tangannya mencengkeram lengan Talita dengan kuat, membuat perempuan itu tersentak kaget."Dikta, lepasin!" Talita berusaha menarik lengannya, tapi genggaman Dikta semakin erat."Aku gak percaya kamu gak nyembunyiin sesuatu," suaranya rendah, nyaris berbisik, tapi ada nada ancaman di dalamnya. "Kamu berubah, Talita. Dan aku mau tahu kenapa."Jantung Talita berdebar kencang. Rasa takut mulai menjalar dalam dirinya. "Aku bilang nggak ada apa-apa! Akh! Sakit, Dikta! Lepasin aku!"Alih-alih melepasnya, Dikta malah menarik Talita lebih dekat, menatapnya dalam-dalam. "Apa ini tentang kecelakaan Nilam? Kamu tahu sesuatu, kan?"Talita terkejut mendengar itu. Dari mana Dikta tahu ia memikirkan kecelakaan Nilam? Rasa takutnya semakin menjadi."Dikta, kamu nyakitin aku," ucap Talita lirih, berusaha mengendalikan suaranya agar tidak terdengar panik.
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

[S2] Cerita Ke Siapa

Pagi itu, Talita berdiri di depan gedung kantornya dengan wajah pucat dan mata sembab. Angin pagi yang menyapa kulitnya tak mampu meredakan ketegangan yang mengikat tubuhnya. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantung yang masih kacau. Tapi pikirannya terus berputar—wajah Dikta, tatapan mengancamnya, suara ancamannya yang masih terngiang jelas di telinga.Dengan langkah ragu, ia masuk ke dalam gedung. Beberapa rekan kerjanya menyapa, tapi Talita hanya mengangguk kecil tanpa senyum. Ia duduk malas di area lobby sebelum naik ke atas.“Apa aku harus cerita ke Nilam?" gumamnya lirih. "Siapa tau dia bisa bantu bisa bantu kan?"Nilam—sahabat terdekatnya sekarang. Seseorang yang selalu ada, yang mungkin akan percaya tanpa perlu banyak tanya. Tapi ingatan tentang mata Nilam yang berbinar saat membicarakan persiapan pernikahannya… menghentikan niat itu seketika."Sebenarnya bagus juga aku cerita ke dia. Karena Nilam sendiri target Dikta untuk sekarang ini.""Tapi kan Nilam lag
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more
PREV
1
...
353637383940
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status