Semua Bab Terjerat Gairah Pembantu Cantik: Bab 351 - Bab 360

399 Bab

[S2] Bibir Pink Favorit Jean

Jean menghela napas panjang sebelum akhirnya melepas jasnya dan meletakkannya di sandaran kursi. Raut wajahnya masih serius, menunjukkan bahwa sesuatu memang sedang mengganggu pikirannya. Nilam menelan ludah, sedikit canggung berdiri di depan meja Jean sambil menunggu pria itu berbicara. "Polisi bekerja terlalu lambat," gumam Jean akhirnya, nada suaranya penuh ketidakpuasan. "Sudah berhari-hari, dan mereka masih belum bisa menemukan siapa yang menyerang kamu di vila." Mata Nilam sedikit melembut. Ia tahu Jean masih menyimpan amarah karena kejadian itu. Wajar saja, pria itu hampir kehilangan kendali saat pertama kali tahu seseorang menyerangnya. Nilam melangkah mendekat dan berdiri di sisi meja, menatap Jean dengan penuh pengertian. "Pak Jean," katanya lembut, "aku tau kamu marah dan khawatir. Tapi percaya deh, polisi pasti berusaha yang terbaik. Emang butuh waktu untuk menemukan pelaku untuk menemukan pelakunya kan? Apalagi gak ada saksi di sana?"Jean mengusap wajahnya dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

[S2] Boleh Cium?

"Aku ingin mencium kamu." Nilam membeku. Matanya membesar, napasnya tercekat.Jean tersenyum semakin lebar melihat ekspresi gadis itu. Tangannya masih bertumpu di dagu Nilam, sementara wajahnya tetap dekat, menunggu respons dari gadis yang kini jelas-jelas sedang panik. "Lalu?" lanjutnya pelan, suaranya seperti bisikan berbahaya. "Aku boleh kan meminta ciuman darimu?" Nilam membuka mulutnya, ingin menjawab— Tapi sebelum ia bisa mengatakan sesuatu, Jean sudah lebih dulu menutup jarak, mengecup bibirnya dengan lembut. Dan saat itu juga, dunia seolah berhenti berputar bagi Nilam.Ciuman itu dimulai dengan lembut. Bibir Jean menekan bibir Nilam dengan penuh perasaan, seolah ingin meyakinkan dirinya bahwa gadis ini benar-benar nyata—bahwa ia benar-benar ada di sini bersamanya.Nilam sempat membeku di awal, terlalu terkejut dengan keberanian Jean. Namun, seiring detik berlalu, tubuhnya mulai rileks. Jantungnya berdetak kencang, tetapi bukan karena panik. Melainkan karena sensasi y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

[S2] Pertemuan Talita dan Dikta

Kafe itu terletak di sudut kota, agak tersembunyi dari keramaian. Bangunannya bergaya industrial dengan dinding bata ekspos dan lampu-lampu redup yang menciptakan suasana hangat, namun juga penuh rahasia. Musik jazz mengalun pelan, menemani percakapan para pelanggan yang lebih banyak memilih duduk di sudut ruangan, seolah ingin menjaga privasi masing-masing. Talita melangkah masuk dengan hati gelisah. Matanya langsung menyapu ruangan, mencari sosok yang telah menunggunya. Di sudut dekat jendela, seseorang duduk dengan santai. Siluetnya terlihat tenang, tetapi ada aura tekanan yang sulit dijelaskan. Tatapannya tajam, penuh perhitungan, seperti sedang menunggu sesuatu yang lebih dari sekadar pertemuan biasa. Talita menarik napas panjang sebelum akhirnya melangkah mendekat. "Akhirnya kamu sampai?" gumam suara itu begitu ia duduk.Talita menelan ludah. "Kamu nunggu kelamaan ya?"Pria itu menggeleng. "Aku baru aja datang kok."Ada jeda sejenak sebelum suara itu kembali terdengar. "
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

[S2] Awal Kerja Sama

Flashback...["Dikta... Ini aku. Talita."]Talita?Dikta mengerutkan keningnya. Nama itu terdengar begitu asing baginya. Dia tidak ingat sama sekali siapa wanita ini dan untuk apa dia menghubunginya.["Tapi sepertinya kamu sudah lupa, ya kan?"]["Btw, kita ini teman satu sekolah. Aku adik kelas kamu lebih tepatnya."]"Talita..." Ia kembali mengingat. "Oh? Si cupu itu? Aku baru ingat."Begitu gambaran tentang si perempuan muncul di dalam benaknya, ia pun segera membalas pesan Talita, "Iya. Aku ingat kok. Kamu yang dulu pakai kacamata tebal dan pendiam itu kan?"["Ternyata kamu notice juga."]["Duh. Jadi malu."]Dikta membalas lagi, "Ada perlu denganku?"["Aku dengar kamu udah keluar dari penjara kemarin. Apa itu benar?"]"Ya, aku baru keluar kemarin."["Dikta, kalau ada waktu apa bisa kita ketemu? Aku kangen banget sama kamu."]Dikta menatap layar ponselnya cukup lama, mempertimbangkan pesan dari Talita. Ia memang tidak terlalu mengenal perempuan itu saat sekolah dulu. Talita hanya seo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

[S2] Kebohongan 01

Talita mengerjapkan mata, sedikit terkejut. “Iya. Kok kamu tahu?” Jantung Dikta berdetak lebih cepat. Ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, berusaha tetap tenang. “Dia… kerja di mana sekarang?”“Oh, dia sekertaris di perusahaan tempat aku kerja juga. Kami lumayan dekat,” jawab Talita santai, tidak menyadari ketegangan yang tiba-tiba muncul di wajah Dikta. “Kenapa? Kamu kenal sama Nilam?”Dikta menatapnya sejenak sebelum akhirnya menghela napas. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap langit-langit kafe seolah mencari cara terbaik untuk menjelaskan sesuatu yang berat."Bukan cuma kenal, Talita," katanya akhirnya. "Nilam adalah salah satu alasan kenapa aku masuk penjara."Talita terperanjat. "Apa?!" Dikta menatapnya lekat, memperhatikan bagaimana ekspresi Talita berubah dari bingung menjadi terkejut. "Mustahil," ujar Talita cepat. "Nilam itu cuma gadis biasa, Dikta. Aku gak mungkin percaya kalau dia ada hubungannya sama kamu, apalagi sampai bikin kamu masuk penjara!" Di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

[S2] Kebohongan 02

"Mba Talita!"Talita tersentak lagi. Kali ini, yang memanggilnya adalah Nilam sendiri. "Kamu kenapa? Dari tadi diem terus. Ada masalah? Cerita dong! Siapa tau aku bisa bantu." Talita tersenyum tipis, berusaha terlihat santai. "Aku lagi capek. Dikit," lanjutnya sambil memaksakan diri untuk tersenyum."Kamu gak pulang?""Ini masih nunggu ojol. Daritadi gak dapet-dapet."Nilam mengangguk sambil melirik jam tangannya yang juga tampak mahal. "Em, taksi langganan aku udah datang, kamu mau pulang bareng gak?"Talita melirik jam dinding. Masih jam lima sore, waktu yang biasa mereka pakai untuk pulang bersama. Biasanya, Nilam akan menunggu atau mengajak Talita mampir dulu ke kafe dekat kantor."Kok tumben langsung pulang?" tanya Talita hati-hati. Nilam tersenyum, tapi kali ini terasa berbeda—seperti ada sesuatu yang disembunyikannya. "Ada urusan di rumah, dan Mama minta aku pulang cepat. Kamu gak bareng?"Talita hanya bisa menggeleng sambil melihat Nilam melangkah keluar kantor. "Enggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

[S2] Bekerja Sama

PERANGKAP DIKTA"Kamu percaya aku, kan?"Talita menatap mata pria itu, mencoba mencari kebohongan. Namun, Dikta terlalu pandai menyembunyikan niatnya—ekspresinya begitu tulus, penuh luka.Talita mengangguk pelan. "Aku... aku gak tahu, Dik. Tapi aku akan mencari tahu kebenarannya."Dikta tersenyum tipis. "Itu sudah cukup."Talita menghela napas, merasa terjebak dalam sesuatu yang jauh lebih besar dari dugaannya.Yang tidak ia sadari, malam itu ia telah masuk ke dalam perangkap Dikta.Talita duduk di pojokan kafe, menunggu Dikta yang sedikit terlambat. Jujur, ia masih bimbang. Setelah pertemuan terakhir mereka, ia berusaha mengabaikan semua cerita Dikta, mencoba meyakinkan dirinya bahwa Nilam tidak seperti yang pria itu katakan. Namun, semakin ia menghindar, semakin banyak hal yang terasa janggal.Pakaian mahal. Ponsel terbaru. Supir pribadi yang selalu berganti mobil. Dan yang paling mencurigakan, caranya menghindari pertanyaan tentang keluarganya."Maaf telat," suara Dikta mengagetkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

[S2] Liburan Bersama

Nilam mengetuk pintu ruang kerja Jean dengan ringan sebelum membukanya sedikit. Ia melongok ke dalam, mendapati pria itu tengah sibuk dengan laptop dan setumpuk dokumen di mejanya. "Pak Jean," panggilnya pelan. "Aku boleh masuk?"Jean mengangkat kepalanya, ekspresinya sedikit lelah. Namun, begitu melihat Nilam berdiri di ambang pintu, bibirnya melengkung tipis. "Hei, sayang... Tentu aja dong. Ada apa?" Nilam melangkah masuk sambil membawa sebuah kotak makan berwarna pastel. "Aku masak makan siang. Kita makan sama-sama ya?" Jean melirik jam di sudut laptopnya dan baru menyadari kalau sudah lewat jam makan siang. Ia mengusap tengkuknya, lalu menutup dokumen yang sedang ia baca. "Boleh. Tapi aku selesaikan ini dulu ya!"Nilam mendecak pelan sambil menghampiri meja kerja Jean, lalu meletakkan kotak makan yang dibawanya. "Berapa lama?""Lima menit," tawar Jean."Okey. Aku tunggu."Jean tertawa kecil. "Thank's sayang.""Sama-sama sayang." Sembari menunggu Jean menyelesaikan tugasnya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

[S2] Trauma dan Sebuah Firasat

"Boleh ya Paaak..." Mohon Nilam dengan mata berkaca-kaca.Jean mengusap wajahnya dengan tangannya, masih merasa tidak sepenuhnya puas dengan keputusan ini. Namun, melihat Nilam yang begitu antusias, ia tahu tidak ada gunanya lagi melarang. "Aku nggak tahu kenapa, tapi firasatku nggak enak kalau kamu pergi sendiri," katanya akhirnya. Nilam menghela napas panjang, tahu kalau pria ini memang suka overprotektif, tapi kali ini ia terlihat lebih serius dari biasanya. "Kamu masih takut soal penyerangan waktu itu?""Nah itu kamu tau.""Tapi sekarang kan aku pergi tanpa kamu. Target orang itu kan kamu, bukan aku. Lagian Mba Rina dan Mba Talita juga pasti jagain aku kok. Kita bakal saling jaga satu sama lain."Jean menggeleng pelan, matanya tak lepas dari wajah Nilam. "Dengar, Nilam. Aku tahu mereka temanmu, tapi kita nggak boleh terlalu percaya sama orang lain, apalagi setelah kejadian di vila waktu itu."Nama "villa" langsung membuat Nilam terdiam sejenak. Ia tahu persis apa yang dimaks
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

[S2] Seperti Diawasi

Matahari baru saja muncul ketika Nilam tiba di rumah Rina. Ia melihat Talita sudah lebih dulu datang, duduk di teras sambil memainkan ponselnya. "Hei, pagi!" sapa Nilam ceria. Talita mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Pagi Mba..." Ia menyambut Nilam dengan senyum lebarnya yang khas. "Kamu semangat banget." "Ya iyalah! Ini kan pertama kalinya kita pergi ke pantai sama-sama." sahut Nilam sambil menaruh tasnya di dekat koper Talita. Tak lama kemudian, Rina keluar dari dalam rumah sambil menggandeng tangan putrinya yang masih kecil, Kayla. "Oke, kalian udah siap berangkat!" Setelah memasukkan barang-barang ke dalam mobil, mereka pun memulai perjalanan. Sang suami duduk di kursi kemudi dengan di dampingi kedua anaknya. Sedangkan Rina duduk bertiga dengan Talita dan juga Nilam.Perjalanan berlangsung dengan penuh tawa dan obrolan seru. Mereka bercerita tentang pekerjaan, gosip ringan, hingga rencana seru setibanya di pantai. Sesekali, Nilam mengambil ponselnya untuk membalas pes
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3435363738
...
40
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status