Share

[S2] Liburan Bersama

last update Last Updated: 2025-03-17 20:42:06

Nilam mengetuk pintu ruang kerja Jean dengan ringan sebelum membukanya sedikit. Ia melongok ke dalam, mendapati pria itu tengah sibuk dengan laptop dan setumpuk dokumen di mejanya.

"Pak Jean," panggilnya pelan. "Aku boleh masuk?"

Jean mengangkat kepalanya, ekspresinya sedikit lelah. Namun, begitu melihat Nilam berdiri di ambang pintu, bibirnya melengkung tipis. "Hei, sayang... Tentu aja dong. Ada apa?"

Nilam melangkah masuk sambil membawa sebuah kotak makan berwarna pastel. "Aku masak makan siang. Kita makan sama-sama ya?"

Jean melirik jam di sudut laptopnya dan baru menyadari kalau sudah lewat jam makan siang. Ia mengusap tengkuknya, lalu menutup dokumen yang sedang ia baca. "Boleh. Tapi aku selesaikan ini dulu ya!"

Nilam mendecak pelan sambil menghampiri meja kerja Jean, lalu meletakkan kotak makan yang dibawanya. "Berapa lama?"

"Lima menit," tawar Jean.

"Okey. Aku tunggu."

Jean tertawa kecil. "Thank's sayang."

"Sama-sama sayang." Sembari menunggu Jean menyelesaikan tugasnya,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Trauma dan Sebuah Firasat

    "Boleh ya Paaak..." Mohon Nilam dengan mata berkaca-kaca.Jean mengusap wajahnya dengan tangannya, masih merasa tidak sepenuhnya puas dengan keputusan ini. Namun, melihat Nilam yang begitu antusias, ia tahu tidak ada gunanya lagi melarang. "Aku nggak tahu kenapa, tapi firasatku nggak enak kalau kamu pergi sendiri," katanya akhirnya. Nilam menghela napas panjang, tahu kalau pria ini memang suka overprotektif, tapi kali ini ia terlihat lebih serius dari biasanya. "Kamu masih takut soal penyerangan waktu itu?""Nah itu kamu tau.""Tapi sekarang kan aku pergi tanpa kamu. Target orang itu kan kamu, bukan aku. Lagian Mba Rina dan Mba Talita juga pasti jagain aku kok. Kita bakal saling jaga satu sama lain."Jean menggeleng pelan, matanya tak lepas dari wajah Nilam. "Dengar, Nilam. Aku tahu mereka temanmu, tapi kita nggak boleh terlalu percaya sama orang lain, apalagi setelah kejadian di vila waktu itu."Nama "villa" langsung membuat Nilam terdiam sejenak. Ia tahu persis apa yang dimaks

    Last Updated : 2025-03-17
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Seperti Diawasi

    Matahari baru saja muncul ketika Nilam tiba di rumah Rina. Ia melihat Talita sudah lebih dulu datang, duduk di teras sambil memainkan ponselnya. "Hei, pagi!" sapa Nilam ceria. Talita mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Pagi Mba..." Ia menyambut Nilam dengan senyum lebarnya yang khas. "Kamu semangat banget." "Ya iyalah! Ini kan pertama kalinya kita pergi ke pantai sama-sama." sahut Nilam sambil menaruh tasnya di dekat koper Talita. Tak lama kemudian, Rina keluar dari dalam rumah sambil menggandeng tangan putrinya yang masih kecil, Kayla. "Oke, kalian udah siap berangkat!" Setelah memasukkan barang-barang ke dalam mobil, mereka pun memulai perjalanan. Sang suami duduk di kursi kemudi dengan di dampingi kedua anaknya. Sedangkan Rina duduk bertiga dengan Talita dan juga Nilam.Perjalanan berlangsung dengan penuh tawa dan obrolan seru. Mereka bercerita tentang pekerjaan, gosip ringan, hingga rencana seru setibanya di pantai. Sesekali, Nilam mengambil ponselnya untuk membalas pes

    Last Updated : 2025-03-17
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Sedang Diawasi

    "Mba, kamu ngerasa kita kayak diawasi gak sih?"Talita melihat Nilam, lalu mengedikkan bahu. "Enggak tuh Mba. Mungkin itu cuma perasaan kamu aja.""Gitu ya?" Nilam menghela napas, mencoba menghilangkan rasa tidak nyaman yang terus mengganggunya. "Mungkin aku cuma kebanyakan mikir," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. Talita menepuk pundaknya dengan santai. "Udah, jangan kepikiran yang aneh-aneh! Kita di tempat wisata, wajar kalau ada orang yang ngeliatin. Bisa jadi cuma turis biasa, ya kan?"Nilam mengangguk, meskipun dalam hati ia masih merasa ada yang janggal. "Daripada mikirin yang enggak-enggak, mending kita cari spot lain buat foto. Yuk!" ajak Talita bersemangat. Nilam tersenyum kecil. "Iya deh, ayo!" Mereka pun beranjak dari batuan karang dan mulai menyusuri garis pantai lagi, mencari sudut yang lebih bagus untuk berfoto. Talita sibuk memperhatikan sekitar, mencari tempat yang menurutnya estetik. Namun, saat Nilam tengah sibuk dengan kameranya, Talita tanpa sengaja

    Last Updated : 2025-03-18
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jangan Sakiti Dia!

    "Aku butuh kamu buat berakting nanti. Kamu bakal teriak minta tolong, pura-pura panik, bilang kalau Nilam terpeleset dari tebing dan jatuh ke laut. Kamu bisa, kan?" Talita menatapnya tak percaya. "Aku… aku gak tahu…" Dikta mencengkeram dagunya, memaksanya menatap langsung ke matanya yang gelap dan menakutkan. "Kamu bisa, Tal. Kita udah sejauh ini. Jangan tiba-tiba kamu berubah jadi pengecut." Talita menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia tidak punya pilihan lain, bukan? Kalau ia mundur sekarang, bisa saja Dikta akan membahayakan dirinya juga. Jadi, dengan suara nyaris bergetar, ia mengangguk. "Bagus," kata Dikta, menyeringai puas. Tanpa membuang waktu lagi, mereka mulai berjalan menuju tebing yang dimaksud Dikta. Langkah Talita terasa berat, seakan tiap langkahnya menuntunnya ke dalam jurang yang tak berujung.Sementara itu, Nilam tetap terkulai lemas di bahu Dikta, tak menyadari bahwa hidupnya kini berada di ujung tanduk.Dikta berdiri di tepi tebing,

    Last Updated : 2025-03-18
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Turut Berduka Cita

    Mata Jean membelalak. “JANGAN!”Angin laut bertiup kencang, membawa aroma asin yang semakin menusuk hidung. Ombak di bawah sana terus bergemuruh, seperti menyanyikan lagu kematian. Dikta menyeringai. “Kamu tahu, Jean? Aku bisa membunuhnya sekarang juga.” Suaranya rendah, tenang, tapi penuh ancaman. Ia memainkan pisau di tangannya, mengayunkannya dengan santai seolah sedang menikmati setiap detik kepanikan yang mulai terlihat di wajah Jean. Jean menelan ludah, tetapi tidak mundur. “Apa mau kamu, Dikta?” Dikta terkekeh. “Pertanyaan yang bagus.” Ia mengangkat bahu seolah berpikir sejenak. “Aku bisa membunuh Nilam sekarang juga dan melempar tubuhnya ke laut. Mudah sekali."Jean mengepalkan tangan, berusaha mengendalikan emosinya. “Jangan lakukan itu! Aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan, tapi tolong bebaskan Nilam."Dikta tertawa pelan. “Kamu memohon padaku sekarang?”Jean menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan berat. “Aku akan memberikan apa pun yang kau m

    Last Updated : 2025-03-18
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jangan Pergi!

    Jean berlari menuruni jalan setapak yang curam, hampir tersandung bebatuan yang licin. Napasnya terengah, tubuhnya penuh luka akibat pertarungannya dengan Dikta, tapi ia tidak peduli. Satu-satunya yang ada di pikirannya hanyalah Nilam. Ombak menghantam keras ke tepian, seolah menertawakan keputusasaan Jean. Tanpa ragu, ia melepas sepatu dan segera menerjang lautan. "Nilaaam!" suaranya serak, nyaris tak terdengar di tengah gemuruh ombak. Ia menyelam berulang kali, mencari sosok kekasihnya yang terseret arus. Dingin mulai menusuk tubuhnya, rasa lelah menjalar, tapi ia terus berusaha. Setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan. Jean terus berenang, menerjang ombak yang semakin ganas. Dadanya sesak, napasnya putus-putus, tapi ia tidak peduli. “Nilaaaaam!!!” suaranya menggema di tengah gemuruh laut. Tapi tak ada jawaban. Air laut asin mengaburkan penglihatannya, tubuhnya mulai kehilangan tenaga, tapi ia terus menyelam. Berulang kali. Tangannya meraba dalam kegelapan, berh

    Last Updated : 2025-03-19
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jangan Khawatir! Aku Di Sini

    "Nilaaam..." "Nilaaaam..." "Ughh..." Nilam mengerutkan keningnya efek rasa nyeri di kedua lengannya. Kelopak matanya terbuka dan langsung disambut sinar matahari dari tirai jendela. "Nilaam... Jangan tinggalkan aku... Kumohon..." Gadis itu mengangkat wajahnya. Pandangannya seketika tertuju ke arah Jean yang tampak gelisah dalam tidurnya. "Pak..." Dengan lembut Nilam memanggil si empunya nama. Tangannya terulur untuk menyentuh pipi Jean yang basah karena air mata. "Pak Jean..." "Nilam..." Nilam menatap wajah Jean yang basah oleh air mata, hatinya mencelos. Pria itu terlihat begitu tersiksa dalam tidurnya, berkali-kali menyebut namanya dengan suara yang nyaris seperti rintihan. Dengan ragu, ia mengusap pipi Jean, ibu jarinya menghapus jejak air mata yang mengalir di sana. "Pak Jean… bangun, ini aku…" bisiknya pelan. "Aku di sini..." Jean menggeliat, napasnya berat, seakan sedang melawan sesuatu dalam mimpinya. "Jangan pergi… Nilam... aku tidak bisa hidup tanpamu…" suaranya penu

    Last Updated : 2025-03-19
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jangan Terlalu Dipikirkan

    "Kok, Papa keliatan sedih?" Qila memiringkan kepalanya, menatap Jean dengan bingung. "Lagi sakit?"Jean tersenyum keill, menggeleng. "Nggak, Qila sayang, Papa cuma masih ngantuk aja." Nilam masih menatapnya dengan tatapan penuh perhatian. Ia bisa melihat sorot mata Jean yang berbeda pagi ini—ada sesuatu yang masih mengganjal di pikirannya. Mungkin efek mimpinya tadi."Minum kopinya dulu Pak, biar segeran dikit!" ucap Nilam.Jean menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis. "Thank's Nilam."Setelah memastikan jika Jean dan Qila sudah sarapan, Nilam pamit untuk mandi dan bersiap untuk ke kantor. Untung saja dia sudah siap baju ganti kemarin.Yah— weekend kemarin dia sengaja menginap di rumah Jean untuk menghabiskan banyak waktu dengan Jean dan Qila. Puncaknya kemarin malam saat mereka berdua menikmati momen nonton film horor sampai ketiduran. Walaupun saat bangun, Jean harus mengalami mimpi yang tidak menyenangkan.***Mobil melaju dengan kecepatan sedang di bawah langit yang mulai cera

    Last Updated : 2025-03-21

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Honeymoon 21+

    "Sayang... Sayaaang...""Sayaaang ayo banguuun...""Hnggg?" Tidur Jean hari itu sedikit terganggu karena panggilan lembut Nilam. "Apa Nilam sayang?" Mau tak mau, ia membuka kedua matanya dan membiasakan sinar matahari menyilaukan pandangannya."Sayang, liat deh!" Nilam memegang pipi Jean yang masih sibuk memfokuskan penglihatannya, memaksa pria yang beberapa tahun lebih tua darinya ini untuk menatap langsung ke arahnya."Nilam? Ngapain kamu pake baju gitu?" Rasa kantuk Jean seketika lenyap, matanya bahkan nyaris mendelik saat melihat istrinya hanya memakai bikini.Yup— BIKINI! Warna pink pula. Ada hiasan pita di bagian dada pula. Dan celananya— kalau ditarik sedikit saja sudah ke mana-mana itu aurotnya Nilam."Iih! Kamu gimana sih?" Nilam yang tadinya berdiri di samping ranjang dengan posisi setengah membungkuk supaya bisa melihat wajah suaminya dari dekat langsung mundur. Dia duduk dengan posisi W di atas tempat tidur sambil memasang raut cemberut. "Katanya mau ngajakin renang pagi-p

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kamu Gak Apa Kan?

    Devi menatap Elisha dengan mata berkaca-kaca. Bukan karena kasihan—tapi karena ia bisa merasakan tulusnya penyesalan itu. Rasa bersalah yang tak hanya tertahan di kepala, tapi meresap hingga ke dalam tulang. Elisha mungkin tak lagi bersama Jean, tapi luka yang ditinggalkan masih menggores.“Sha… semua orang pernah buat kesalahan,” ucap Devi lirih. “Yang membedakan kita adalah gimana kita belajar dari situ.”Elisha hanya menunduk. Tangannya kembali meremas ujung selimut. Kali ini, ia tak lagi menahan air mata. Setetes jatuh, menyusul satu lagi. Tapi tak ada isakan, tak ada tangisan keras—hanya keheningan yang menyakitkan.“Aku cuma pengen jadi ibu yang layak buat Qila,” ucap Elisha lirih. “Aku gak bisa balikin waktu, tapi aku pengen punya kesempatan kedua. Meskipun kecil… meskipun aku harus mulai dari nol.”Devi meraih bahunya, menepuk pelan. “Dan kamu akan punya kesempatan itu, Sha. Kamu udah jalanin hukumannya, kamu udah bayar semua. Yang penting sekarang, kamu harus semangat. Kamu j

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kabar Pernikahan Jean

    Di saat begitu, tiba-tiba saja suara dari televisi kecil yang menggantung di sudut ruangan terdengar lebih jelas. Awalnya hanya sekilas suara pembawa berita yang menyebut nama-nama populer di dunia bisnis, tapi tak lama, gambar wajah Jean dan Nilam terpampang jelas di layar.Devi yang tadinya menunduk menepuk-nepuk punggung balita, refleks mendongak ke arah TV.“Eh, itu bukannya?” gumam Devi.Elisha pun spontan ikut menoleh. Pandangannya langsung tertumbuk pada tayangan berita infotainment yang menampilkan potongan-potongan video pernikahan mewah. Ada kilatan blitz kamera, dekorasi bunga warna peach dan putih, dan tentu saja—sosok Jean yang mengenakan setelan jas putih elegan, berdiri di samping seorang wanita cantik bergaun pengantin berwarna senada.“Jean, pengusaha muda sukses sekaligus duda beranak satu, hari ini resmi menikahi Ayunda Nilam Wijaya anak dari pengusaha properti Wijaya dan ibunya Bu Mala, pemilik franchise minuman terkenal di Indonesia. Pernikahan mereka digelar seca

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Hari-hari Elisha

    Suara anak-anak menyanyi riang memenuhi aula kecil yang terang oleh cahaya matahari yang menyusup dari jendela. Di tengah kerumunan anak-anak itu, berdiri seorang wanita dengan senyum keibuan—rambutnya dikuncir sederhana, seragam berwarna abu-abu yang dikenakan pun tak bisa menyembunyikan aura keibuannya.Elisha...Mantan istri Jean itu kini tengah menjalani kegiatannya yang seperti biasa. Dan karena hari ini hari senin, ia dapat jadwal mengajar untuk anak-anak panti asuhan sebagai bentuk kontribusi sosialnya“Ayo, kita ulang lagi dari bagian reff-nya ya, pelan-pelan, satu-satu.”Elisha mengangkat tangannya memberi aba-aba. Tangannya menggenggam ukulele kecil, yang ia petik lembut untuk mengiringi anak-anak menyanyi. Suaranya sabar, tidak pernah meninggi, bahkan ketika beberapa anak mulai tak fokus."Bunda, aku lupa nadanyaaa,” rengek salah satu anak.Elisha tertawa kecil. “Nggak apa-apa, kita ulang bareng-bareng. Kita belajar pelan-pelan ya, sayang.”Anak-anak kembali tertawa, suasan

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Dihantui Rasa Iri

    "Liat deh, Dikta!"Dikta yang sedang bersantai sambil bermain ponsel, dikejutkan dengan kedatangan ibunya yang heboh. Di tangan kanannya Bu Sinta membawa sebuah ponsel yang hendak ditunjukkan padanya."Liat ini deh, Nak!" Bu Sinta memberikan hapenya pada Dikta."Apa ini Ma?" tanya pria berambut sedikit panjang itu."Itu acara pernikahan Jean dan Nilam kemarin."Dikta yang tadinya tak begitu tertarik dengan kabar yang akan di sampaikan oleh Mamanya, seketika mengalihkan pandangannya ke arah ponsel pintar tersebut.Di dalamnya ada beberapa foto pernikahan Nilam yang meriah. Dari proses pengikatan janji suci hingga resepsi. Foto-foto itu di posting di akun IG bu Mala. Tentu saja caption yang menyayat hati."Akhirnya Nilam nikah juga ya," ucap Bu Sinta kagum. "Tapi sayang, suaminya itu duda. Musuh kamu pula."Dikta terdiam. Ucapan sang Mama terdengar nyelekit tapi ada benarnya. Yang dimaksud musuh di sini bukanlah musuh di persidangan, tapi rival sesama CEO perusahaan."Padahal Nilam masi

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Bulan Madu 21+

    "Kayaknya, ga usah nunggu lama, aku bakal hamil deh, Yang." Jean yang sudah dilanda rasa kantuk itu seketika membuka lagi kelopak matanya, karena mendengar ucapan Nilam barusan. "Kenapa?" Ia melirik ke arah sang istri yang sedang membalut tubuhnya menggunakan bedcover hingga sebatas leher. "Gimana enggak, kamu jago banget nembaknya. Rahimku berasa penuh gara-gara kamu keluar beberapa kali tadi." Jean seketika jadi salting. Ucapan Nilam yang terdengar Nilam itu benar-benar membuatnya salah tingkah. Ia memiringkan tubuhnya dan memeluk perut Nilam. "Ya bagus dong, supaya Qila gak terlalu lama menunggu punya adiknya." Nilam meringis kecil. Ia sedikit kegelian saat Jean mengusap pelan perutnya yang rata. "Aku juga seneng banget kalau punya anak dari ibu se gemesin dan secantik kamu," lanjut Jean sambil mengecup pipi Nilam. "Kamu maunya anak laki-laki atau perempuan?" tanya Nilam kemudian. Sejujurnya dia memang sudah sangat mengantuk, ditambah aktivitas panas keduanya beberapa waktu

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Malam Indah (21+)

    "Capeknya..." Kasur yang empuk adalah tempat yang paling Nilam impikan sejak beberapa jam yang lalu. Punggungnya benar-benar sudah pegel karena terus berdiri di acara resepsi. Kakinya juga. Kalau bukan Tuhan yang nyiptain, kakinya udah patah sih kayaknya. "Ganti baju dulu, Nilam sayang. Kamu juga belum bersih-bersih." Jean yang mengikuti gadis itu di belakangnya, mulai melepaskan jas pengantinnya. FYI, mereka emang langsung nyewa satu kamar hotel yang berada di gedung yang sama dengan acara resepsi karena permintaan Nilam. Maklum, kaum mager seperti Nilam ga bakal sanggup kalau setelah resepsi harus pulang dulu ke rumah atau apartemen. Apalagi jaraknya hampir 2 jam dari sini. "Mager sayang. Maunya langsung tidur." "Emang kamu ga sumpek pake gaun gitu?" Nilam membuka matanya. Ia melihat ke arah Jean yang sedang menyingsingkan lengan kemeja panjangnya. "Ya sumpek sih. Tapi beneran mager banget ini." Jean menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum maklum sambil menarik kedua pergelanga

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Hari Terbaik

    Setelah Nana dan Reno pamit, Jean menoleh pada Nilam yang dari tadi terus tersenyum sambil menyambut para tamu. Tapi ia tahu, senyuman itu mulai terasa dipaksakan. “Sayang, kamu kelihatan capek.” Nilam sempat menggeleng kecil, masih ramah melambai ke tamu lain. “Nggak kok. Aku gak apa-apa.” Jean tersenyum tipis, lalu mengisyaratkan pada salah satu panitia untuk membawakan segelas air putih. Tak lama, air itu datang bersamaan dengan dua kursi yang langsung diletakkan agak ke sisi, masih dekat pelaminan tapi sedikit lebih tenang. “Duduk dulu, ya!” bisik Jean seraya menggandeng tangan istrinya. Nilam sempat ragu, tapi akhirnya menurut. Sepatunya yang berhak tinggi sudah terasa menyiksa dari tadi. Ia duduk pelan-pelan sambil menarik napas dalam. “Thanks, sayang,” ucapnya tulus. Jean ikut duduk di sebelahnya, lalu meraih tangannya dan menggenggamnya erat. “Hari ini milik kita berdua. Tapi aku gak mau kamu maksain diri demi kelihatan kuat. Nikmati aja, ya?” Nilam tersenyum lembut.

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Hari Pernikahan Jean dan Nilam

    Hari H pun tiba. Suasana pernikahan Nilam dan Jean dipenuhi dengan kebahagiaan dan kehangatan keluarga. Rangkaian bunga yang indah dan dekorasi yang bersinar menambah nuansa romantis di ruang pernikahan. Kedua pasangan itu berdiri di panggung resepsi dengan senyuman yang tak terus terkembang di wajah masing-masing, sama-sama siap untuk memulai babak baru dalam kehidupan mereka. "Kamu cantik banget." Nilam tersenyum malu, entah sudah berapa kali Jean mengatakan itu padanya hari ini. Dan yeah, gadis itu memang terlihat sangat cantik sekaligus anggun. Gaun pengantin warna putihnya begitu pas di tubuh ramping Nilam, rambutnya sengaja di sanggul ala modern. "Kamu juga keren banget," balas Nilam sambil memandang ke arah suaminya. Yah, beberapa saat yang lalu mereka telah mengikat janji suci pernikahan dengan di saksikan para tamu undangan. Manik gelap Nilam menatap lekat ke arah Jean yang begitu gagah dengan setelan jas warna putih, dasi hitam, dan sepatu fantofel. Terlihat sederh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status