“Dania? Akhirnya kau siuman juga,” suara Sarah terdengar parau karena menahan emosi, tangannya terulur untuk mengusap lembut air mata yang tadi sempat jatuh membasahi pipinya.Ia tersenyum penuh haru saat melihat Dania mulai membuka matanya perlahan, mengerjap-ngerjap seakan tak percaya bahwa ia telah terbangun dari kegelapan yang panjang.Dania menoleh perlahan ke kanan dan ke kiri, matanya tampak buram, mencari sesuatu—atau lebih tepatnya, seseorang.Ada rasa gelisah yang terpancar di sorot matanya yang sayu, mencari sosok yang sudah lama ia rindukan, sosok yang tak pernah meninggalkan hatinya meski kini tak berada di sisinya.Namun, ingatan itu tiba-tiba menyeruak, membawanya kembali pada percakapan terakhir mereka.Kata-kata Sarah yang mengungkapkan keinginan Mark untuk bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi. Air matanya menggenang lagi di sudut matanya, berkilau di bawah sorot lampu rumah sakit yang terang.“Aku harus bertemu dengan Mark,” ucap Dania dengan suara serak, su
Read more