Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 137: Pertemuan Terakhir

Share

Bab 137: Pertemuan Terakhir

last update Last Updated: 2024-10-25 09:00:30

“Nona Dania? Nona Dania?” Vicky memanggil dengan nada cemas, telapak tangannya menepuk-nepuk lembut pipi Dania yang terbaring tak sadarkan diri di lantai perpustakaan.

Cahaya remang-remang dari lampu yang tergantung di sudut ruangan memperlihatkan wajah Vicky yang tegang, alisnya berkerut dalam kekhawatiran mendalam.

Dania perlahan membuka matanya, bayang-bayang samar di pelupuk matanya mulai memudar. Kepalanya terasa berat, namun wajah Vicky yang cemas di hadapannya mulai jelas.

“Vicky?” bisiknya lemah, mencoba meraba kembali kesadarannya yang sempat hilang. Dengan gemetar, Dania duduk, menatap ke arah kanan dan kiri, kebingungan menyelimuti wajahnya.

"Kenapa aku ada di sini? Bukankah aku sedang berada di perpustakaan Mark?" tanyanya, suaranya nyaris tak lebih dari desahan.

Vicky mengangguk perlahan, mata penuh keprihatinan menatap Dania yang terlihat begitu rapuh. “Nona Dania tidak sadarkan diri lagi,” jawabnya

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
wieanton
yuk bisa yuk berjuang bersama, seperti kata Vicky pasti bebas secepatnya lalu tumpas semua curut2 itu . kalian berdua pasti segera bersama..
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
tenang dania tenang,ingat ada bayi yang harus kamu jaga kamu harus kuat mark juga akan bebas,kenapa kamu g coba temuin sean sih timbang nemuin kevin kemarin
goodnovel comment avatar
Widia Anaska
betul Dania kemaren itu adalah pertemuan terakhir mu dengan Mark pertemuan terakhir kalian dipenjara setelahnya besok sidang dia akan bebas dan kalian akan bertemu di rumah kalian yg penuh cinta..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 138: Semuanya akan Berubah

    Dania mengangguk perlahan, meskipun hatinya masih dilanda kebingungan dan kecemasan. Tangannya yang dingin menggenggam erat tangan Vicky, mencari kekuatan dalam hangatnya sentuhan itu. "Aku tidak akan menyerah," ucapnya dengan suara yang sedikit lebih tegas, meskipun masih terdengar rapuh."Aku tidak akan membiarkan ini menjadi akhir dari segalanya. Mark pantas mendapatkan keadilan, dan aku akan melakukan apa pun untuk memastikan bahwa dia tidak dihukum karena sesuatu yang tidak dia lakukan."Vicky tersenyum tipis, matanya berbinar oleh kekaguman pada kekuatan yang mulai terlihat dari Dania. “Saya di sini bersama Anda, Nona Dania. Anda tidak sendirian dalam perjuangan ini.”Dania mengangguk lagi, menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Walaupun hatinya masih terluka dan pikirannya penuh dengan ketidakpastian, ada secercah harapan yang mulai muncul di sana, berpendar dalam gelapnya malam yang kelam.Harapan bahwa cinta yang ia dan Mark

    Last Updated : 2024-10-25
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 139: Sidang akan Dimulai

    Tiga hari kemudian ….Ketegangan semakin terasa menyesakkan di rumah besar tempat Dania menunggu. Pagi itu, matahari bersembunyi di balik awan kelabu, seakan ikut merasakan kecemasan yang menghantui hati Dania.Di dalam kamarnya yang luas, Dania duduk di tepi tempat tidur, tatapannya kosong memandang langit-langit, sementara pikirannya dipenuhi kekhawatiran yang tak kunjung mereda.Suara ketukan di pintu membuatnya tersentak dari lamunannya. Vicky melangkah masuk dengan langkah cepat, raut wajahnya tegang namun penuh determinasi.“Permisi, Nona Dania. Apakah Anda akan menghadiri sidang putusan hari ini?” tanyanya dengan nada hati-hati, seakan tidak ingin memaksa.Dania menoleh, tatapannya dingin dan sedikit getir. “Aku lihat di TV saja, Vicky,” jawabnya, suaranya terdengar lelah. “Terlalu ramai, aku malas menghadapi media. Mereka hanya akan memojokanku untuk menceraikannya. Tahu apa mereka tentang perasaanku.&

    Last Updated : 2024-10-25
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 140: Suasana yang Sangat Tegang

    Ruangan sidang penuh sesak dengan keheningan yang mencekam, hanya suara hakim yang bergema di seluruh ruangan.Setiap kalimat yang keluar dari mulut hakim seolah membawa beban ribuan ton yang menghantam dada Mark, yang duduk dengan tenang di bangku terdakwa, berhadapan langsung dengan Angel dan Kevin yang memandangnya dengan tatapan penuh kebencian."Kejadian kecelakaan terjadi pada pukul lima lewat lima belas menit sore," suara hakim memecah keheningan, menyampaikan dakwaan dengan nada yang tak berperasaan."Tersangka, Mark, mengendarai sebuah Mercedes-Benz SL-Classic berwarna putih dengan kecepatan hampir dua ratus kilometer per jam, menyebabkan hilangnya kendali hingga menabrak mobil yang dikemudikan oleh Mendiang Nyonya Famela Chornelia. Akibatnya, korban Famela meninggal di tempat, sementara Dania mengalami koma selama satu minggu."Mark merasakan tubuhnya menegang, jari-jarinya yang kurus mencengkeram meja di hadapannya.Pandangannya beralih

    Last Updated : 2024-10-26
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 141: Tugas Pertama

    Dua minggu yang lalu .…Sean baru saja tiba di rumahnya saat matanya menangkap sosok tak terduga di ruang tengah.Sarah, saudara perempuannya, duduk dengan resah di sofa, wajahnya terlihat lebih tua dari terakhir kali dia melihatnya. Di sampingnya, Amy, istri Sean, tampak cemas, menghindari tatapan suaminya.“Sarah ingin bicara denganmu, Sean,” bisik Amy sebelum dia berdiri, memberi Sean ruang untuk bicara empat mata.Dengan alis berkerut dan rasa penasaran yang mulai merayap, Sean duduk di hadapan Sarah. "Ada apa?" tanyanya, langsung ke inti permasalahan.Sarah menggigit bibirnya, tampak enggan namun sudah tak bisa menahan diri. “Bellary Hospital,” ujarnya pelan, hampir berbisik.“Mark dirawat di rumah sakit itu saat mengalami kecelakaan bersama Famela. Sudah dua belas tahun berlalu, tapi aku yakin... masih ada bukti yang bisa kau cari di sana.”Kata-kata Sarah menggantung, seperti mempersilakan Sean untuk mengisi kekosongan dengan bayang-bayang hitam dari masa lalu. Sean menyandarka

    Last Updated : 2024-10-26
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 142: Tugas Pertama part II

    Bernard dan Sean tiba di Bellary Hospital tepat pada saat matahari sore yang keemasan menyinari gedung rumah sakit tua itu.Langit tampak berkilau dengan warna lembut oranye dan merah, menyelimuti suasana di sekitar mereka dengan perasaan tenang yang semu.Keduanya berjalan melewati koridor rumah sakit yang sepi, langkah mereka terpantul di lantai marmer yang mengilap.Saat mencapai ruang direksi, pintu terbuka, dan sosok seorang pria tinggi dengan senyum hangat menyambut mereka.“Sean! Sudah lama sekali tidak bertemu,” sapa Stevan, direktur utama rumah sakit tersebut.Matanya berbinar penuh antusias saat ia memeluk Sean, menepuk-nepuk punggungnya seolah merayakan pertemuan sahabat lama yang sudah terlalu lama tertunda.Sean tersenyum dan membalas tepukan hangat itu. “Ya, Stevan. Hidupku cukup sibuk belakangan ini. Bagaimana kabarmu, Stevan?” tanyanya dengan nada akrab yang penuh kehangatan masa lalu.Stevan mengisyaratkan mereka untuk duduk, senyumnya tak luntur sedetik pun. “Oh, aku

    Last Updated : 2024-10-26
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 143: Tidak lagi Berjalan Sendirian

    Bernard menatap Mark dengan senyum penuh keyakinan. “Stevan berhasil mengumpulkan bukti-bukti selama dua hari. Kami menyusunnya dengan teliti, dan semua ini akan menjadi bukti kuat di persidangan hari ini,” katanya meyakinkan, menjawab pertanyaan tak terucap Mark tentang kenapa mereka memiliki begitu banyak bukti yang tersusun rapi.Mark hanya mengangguk pelan, tatapannya terpaku pada benda kecil berwarna hitam yang berada di tangan Bernard.Ia tahu, sekecil apa pun, benda itu memegang kunci masa depannya—masa depan yang mungkin bisa mengembalikan kebebasannya, juga kebahagiaan yang telah lama ia dambakan.Bernard tersenyum penuh percaya diri, memperlihatkan sebuah ekspresi tegas yang hampir membuat Mark merasa tenang.“Well, Mark,” katanya dengan nada rendah namun tegas. “Aku tidak akan membiarkan citraku sebagai kuasa hukum terbaik di kotaku tercoreng hanya karena gagal membebaskan seseorang yang sama sekali tidak ber

    Last Updated : 2024-10-27
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 144: Sidang Putusan

    Ruang sidang itu terasa sunyi, seperti ditelan oleh aura ketegangan yang mendalam. Suara detak jam di dinding dan gemuruh samar bisikan para hadirin yang menunggu akhirnya tertelan saat pintu ruang sidang terbuka.Hakim ketua, bersama dua hakim anggota, memasuki ruangan, dan suasana langsung berubah menjadi penuh perhatian.Wajah-wajah tegang dan ekspresi was-was tergambar di wajah mereka, terlebih bagi Mark yang duduk di kursi terdakwa, menantikan sidang yang akan menentukan nasibnya.Hakim ketua duduk dan mengetuk palu kayu di tangannya, lalu membuka sidang dengan suara tenang namun berwibawa, “Sidang kembali dimulai. Saudara-saudara sekalian, harap tenang.” Setiap kata yang diucapkannya membawa getaran ketegasan yang langsung mengalir ke seluruh penjuru ruangan.Ketiga hakim itu kemudian mulai membuka lembar demi lembar dokumen yang telah mereka pelajari dan kaji ulang.Mereka merangkum kasus ini dengan teliti, mencari celah dan kesa

    Last Updated : 2024-10-27
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 145: Ciuman Pelebur Rindu

    Dania menatap layar televisi dengan mata yang membelalak, tangannya terangkat menutup mulutnya seakan tak percaya dengan berita yang terpampang di depan matanya.Berita tentang kebebasan Mark kini menguasai layar, tersebar cepat bagaikan angin liar yang berhembus tanpa arah, menyebar ke setiap media televisi dan sosial media.Setiap kata dari siaran itu terdengar begitu nyata, namun tak sepenuhnya ia mampu pahami di tengah perasaan yang menggelegak di dadanya."Mark..." ucapnya lirih, suaranya tertahan oleh air mata yang mulai menggenang di kelopak matanya.Nama itu mengalir dari bibirnya bagai mantra yang selama ini terkurung dalam batinnya, menunggu saat yang tepat untuk keluar.“Kau bebas! Kau benar-benar bebas, Mark!” Air matanya pun mulai mengalir, jatuh berurutan, menggambarkan betapa lama ia menunggu, betapa besar harapannya selama ini.Lalu, suara ketukan pintu menggema lembut, dan Dania segera menoleh. Tubuhnya terasa di

    Last Updated : 2024-10-27

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   END~

    Satu tahun kemudian ….Clara berdiri di depan jendela apartemen milik Stevan. Lalu pria itu menghampirinya dan memeluk wanita itu dari belakang dan mencium pipinya dengan lembut.“Hi, Stev.”“Hm. Kau tahu? Apa yang sudah ayahmu bicarakan tadi di ruang meeting?” ucap Stevan dengan suara beratnya.“Apa?” tanyanya ingin tahu.Stevan menghela napasnya dengan panjang. “Dia menagih cucu padaku.”Clara yang mendengarnya sontak tertawa. Ia kemudian membalikan badanya dan menatap Stevan.“Lalu, apa jawabanmu?” tanyanya kemudian.Stevan mengendikan bahunya. Ia lalu mengambil sesuatu di dalam saku celananya dan membukanya.Sontak Clara menutup mulutnya dengan mata membola melihatnya. “Stevan ….”“Clara. Kita sudah melewati perjalanan yang cukup panjang. Aku telah mencintaimu sejak kau masih remaja, aku telah menyayangimu sejak kau lahir ke dunia. Aku tahu, kau adalah takdir yang telah Tuhan tentukan untukku.“Meski us

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Permintaan Clara

    Tiba-tiba, suara dentingan terdengar. Begitu cepat. Tanpa Emma sadari. Mike menendang meja. Meja menjadi miring lalu membuat pisau di tangan Emma terpental.Tring! Pisau menjauh dari Emma. Stevan bergerak dalam hitungan detik.Ia meraih lengan Emma, memelintirnya ke belakang, membuat wanita itu berteriak kesakitan.Clara tersungkur ke lantai saat Stevan berhasil menjatuhkan Emma.Napasnya memburu. "Mmmh ..." mulut itu terikat. Clara tak bisa bicara apapun.“Permainanmu selesai,” desisnya.Emma menatapnya, matanya dipenuhi amarah dan kepedihan.“Tapi aku mencintaimu …”Stevan memejamkan mata sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam.“Tidak, Emma.” Ia menatapnya tajam. “Ini bukan cinta, tapi obsesi. Aku tidak pernah mencintaimu dan kau salah mengartikan semuanya. Bahkan kau pun tahu sejak dulu pun aku hanya mencintai Clara.”“Sekali lagi kutegas

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Ancaman Gila

    Emma menyimpan pisaunya kembali, tetapi sorot matanya tetap menakutkan. Clara menelan ludah dengan susah payah, merasakan jantungnya berdegup begitu keras seakan ingin menerobos keluar dari dadanya.Keringat dingin mengalir di pelipisnya, membasahi kulitnya yang sudah pucat.Emma berjalan ke pintu dengan langkah santai, seolah semua ini hanya permainan baginya. Namun, sebelum keluar, ia berhenti dan berbalik."Oh, dan satu hal lagi, Clara …"Clara menahan napas, tubuhnya menegang. Tenggorokannya terasa kering, seolah ada simpul yang mengikatnya erat dari dalam."Aku ingin dia melihatmu dalam keadaan paling menyedihkan sebelum akhirnya aku menghilangkanmu dari dunia ini."Senyuman Emma penuh kepuasan, seperti seorang seniman yang baru saja menyempurnakan mahakaryanya yang keji.Kemudian, dengan gerakan lambat yang disengaja, ia mendorong pintu gudang hingga tertutup dengan suara berderak, menggema di ruang kosong yang dingin.

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Sudah Dalam Perjalanan

    "Hahaha, lelaki lemah. Kau mau apa? Menangisi wanitamu? Kau memang pantas ku buang sebagai rekanku. Aku tidak suka lelaki lemah sepertimu." Emma merasa menang. Desain tawanya begitu liar."Clara? Ini berbahaya, Emma. Kendalikan dirimu!""Mike, aku ... Aku hanya mengajaknya bermain. Kau tahu, dia selalu menghalangi jalanku. Aku hanya ingin memberinya pelajaran." Suara Emma santai tanpa rasa bersalah sama sekali."Emma, jangan lakukan ini!" suara Mike meninggi, tangannya mengepal. "Kau sudah cukup membuat kekacauan!""Oh, Mike, kau selalu terlalu baik l… atau terlalu bodoh? Aku ingin melihat sampai sejauh mana kau dan Stevan bisa melindungi wanita ini. Sekarang dia ada di tanganku. Jika kau ingin menolongnya, ajak Stevan dan temui aku."“Apa yang kau lakukan pada Clara?” Mike menggertakkan giginya.Tawa Emma terdengar lebih keras. "Ah, kau akan melihatnya sendiri. Aku akan mengirim lokasi. Tapi jangan terlambat… atau

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Hanya Ingin Berbagi Kebahagiaan

    Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar."Seperti yang kau minta. Semuanya akan berjalan lancar."Emma tersenyum puas. Ia meletakkan ponsel itu kembali dan merapikan rambutnya di depan cermin."Malam ini akan menjadi malam yang panjang," bisiknya.Ia meraih mantel, mengenakannya dengan gerakan anggun, lalu mengambil kunci mobilnya dari meja. Satu tarikan napas panjang, satu langkah menuju pintu.Ia keluar dari kamar, menutup pintu dengan tenang.Ponselnya ia tekan. Bukan ponsel yang biasa ia gunakan. Ponsel lain dan nomor ponsel yang baru, telah ia siapkan kemarin."Nona Clara. Apa anda putri dari Tuan Mark? Papa Anda mengalami kecelakaan lalu lintas, saya menolongnya dan tuan Mark sekarang ada di Alvarado hospital medicare center. Tolong datang segera, karena saya harus mengejar jadwal penerbangan saya.""APAA?! ba-baiklah saya segera datang. Terima kasih Nona telah menolong Daddy." Hiks."Apakah Daddy baik-baik saj

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Pastikan Semuanya Siap

    Ia memiringkan kepala, tatapannya terpaku pada sosok Stevan di kejauhan. Mata hitamnya membesar, membulat seakan ia baru saja melihat sesuatu yang indah.Jantungnya berdetak lebih cepat. Pipinya merona."Ah, Stevan …" gumamnya, suaranya terdengar seperti seorang gadis jatuh cinta. "Kau masih tampan sekali. Bahkan dari kejauhan sekalipun!"Ia menempelkan telapak tangan ke pipinya sendiri, memejamkan mata, membayangkan sesuatu.Pernikahan mereka. Stevan di altar, mengenakan jas putih. Ia di sisinya, mengenakan gaun yang memesona. Semua orang tersenyum bahagia.Ya … itulah yang seharusnya terjadi setelah ini.Emma membuka matanya, ekspresinya berubah. Rahangnya mengeras, napasnya semakin cepat."Tapi sebelum aku menjemputmu, sayang …"Tangannya menyelip masuk ke dalam tas kecilnya. Jemarinya bergerak lincah, mencari sesuatu.Lalu, sesuatu berkilau di bawah lampu. Pisau kecil dengan ukiran indah di gagan

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Jaga Clara

    Bodyguard pertama yang mencoba melawan. Namun, Randy dengan cepat menghindar dan menghantamkan pukulan yang kuat.Pria itu jatuh ke lantai mengerang. Tidak bisa bergerak. Bodyguard kedua mencoba menahan Randy. Tapi tidak berhasil.Seperti seorang pria yang sedang berjuang untuk menyelamatkan nyawa anaknya, Randy mengamuk, membabi buta, tidak memberi ampun.Mike tergeletak di tanah. Wajahnya penuh dengan cairan merah pekat. Dan tubuhnya semakin tak berdaya.Di sebelahnya, Randy berjongkok, memeriksa keadaan anaknya. Mike masih bernapas, meskipun dengan susah payah."Mike bertahanlah." Randy berteriak, mengguncang bahu.Mike berharap ada reaksi. Tetapi Mike tidak bergerak. Cairan merah pekat itu mengalir deras dari luka-lukanya. Dan tubuhnya terasa dingin.Emma yang masih berdiri di kejauhan, karena perkelahian bodyguardnya, menyaksikan semua amukan Randy dengan tatapan penuh kebencian."Kau akan mati, Mike. Tidak ada yang bisa m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Semakin Menggila

    Sementara itu, di dalam mobil, Emma duduk dengan gelisah. Matanya menatap tajam ke depan, namun pikirannya jauh melayang.Botol wine di tangan kanannya hampir kosong, dan dagunya basah oleh sisa-sisa cairan yang tumpah.Ia tampak marah, kecewa, dan sangat kesal. Rasa sakit yang menggerogoti dirinya akibat kehadiran Clara begitu menyakitkan."Stevan…!" gumamnya dengan geram, suara hatinya penuh kebencian. "Kenapa dia harus ada di sana? Apa dia pikir aku tidak tahu apa yang sedang terjadi?"Emma meneguk wine lagi, tanpa peduli dengan keadaan dirinya yang semakin kacau. Ia merasakan ketidakmampuan untuk mengendalikan situasi ini."Kau pikir bisa menghindar, Stevan? Tidak. Aku akan pastikan Clara tahu siapa yang sebenarnya dia hadapi. Tidak ada yang akan bisa menghalangi rencanaku!"Tangannya yang gemetar memegang kemudi, namun di dalam dirinya, ada dorongan tak terhentikan untuk melanjutkan permainan berbahaya ini.Ia tahu bahwa j

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Cemas yang Berlebih

    Clara merapatkan mantelnya ketika angin malam menyelinap melalui serat kainnya. Ia baru saja keluar dari perpustakaan kampus setelah menyelesaikan tugas yang tertunda.Tatapan itu. Perasaan diawasi kembali lagi. Bahkan kali ini orang itu mengikutinya.Awalnya, ia mengira hanya kebetulan. Mungkin efek dari kurang tidur, atau mungkin hanya pikirannya yang terlalu waspada sejak Stevan memperingatkannya soal Mike.Tapi semakin hari, semakin sering ia merasakan kehadiran tak kasat mata yang seolah mengikuti setiap gerakannya.Ia menoleh ke belakang.Jalanan kampus hampir sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang berjalan jauh di depannya.Lampu jalan menerangi trotoar dengan temaram, menciptakan bayangan panjang yang bergerak setiap kali angin menggoyangkan dahan pepohonan.Tidak ada siapa pun di sana.Clara meneguk ludah, mencoba menenangkan dirinya.“Hanya perasaanmu saja,” gumamnya pelan.Namun, saat ia kembali melangkah, bulu kuduknya meremang. Ada suara langkah kaki di belakangnya—terde

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status