Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 135: Mark tidak Bersalah

Share

Bab 135: Mark tidak Bersalah

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-24 10:00:43

Dania menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh. “Kau salah besar, Kevin,” jawabnya dengan suara bergetar. “Kau tidak akan pernah bisa memiliki aku. Tidak sekarang, tidak selamanya.”

Ia kemudian berbalik, berjalan keluar dari rumah itu tanpa melihat ke belakang. Hatinya hancur, namun ia tahu, ada sesuatu yang harus ia selesaikan. Ia harus membuktikan bahwa Mark tidak bersalah. Bahwa di balik semua kepalsuan ini, ada kebenaran yang menanti untuk diungkap.

Saat Dania kembali masuk ke dalam mobil, bayangan Kevin dan Angel yang sedang bersulang masih melekat dalam benaknya.

Suasana hati Dania yang kalut tergambar jelas di wajahnya yang pucat. Vicky menatapnya dengan cemas, rasa ingin tahu tercermin dari sorot matanya yang penuh perhatian.

“Nona Dania, apa yang terjadi?” tanyanya, suaranya terdengar khawatir.

Dania menghela napas panjang, mencoba menenangkan gemuruh di dalam dadanya yang te

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (11)
goodnovel comment avatar
wieanton
come on dong jgn patah semangat, ada Dania menanti mu Mark, kamu gk salah kok itu kan kecelakaan trs kamu koma.
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
nanti klo terbukti tidak bersalah kan bebas juga mark lega siih dania bisa ketrmu mark jd fitnahan kevin luntur seketika
goodnovel comment avatar
Widia Anaska
semangat Mark demi Dania juga calon bayi kalian... kamu harus bebas agar bisa melindungi mereka jangan biarkan Alex atau Kevin menghancurkan kamu lagi... jangan biarkan Alex menghancurkan dania
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 136: Bayangan Masa Lalu

    Dania kembali ke rumah dengan perasaan lelah yang begitu berat menekan hatinya. Pemandangan Mark yang begitu rapuh dan tak berdaya di balik jeruji penjara masih membayangi pikirannya, menggerogoti ketenangannya.Dia tahu, seharusnya dia ada di sana bersama Mark, menemaninya melewati malam-malam panjang yang dingin dan penuh kesendirian. Rasanya seperti ada kekosongan di hatinya yang tidak bisa diisi, meskipun dia tahu bahwa Mark membutuhkan dia lebih dari siapa pun.Sesampainya di rumah, Dania hanya berdiri di ruang tamu, memandangi sudut-sudut rumah yang terasa sunyi.Kepalanya masih terasa berat, seolah-olah beban dari kesedihan dan rasa bersalah menggantung di sana. "Biarkan aku sendiri, Vicky," ucapnya lirih, suaranya hampir tak terdengar, seperti embusan angin yang kehilangan kekuatan.Vicky hanya mengangguk, tatapannya penuh simpati namun ia tidak berkata apa-apa. Ia mengerti bahwa Dania butuh waktu untuk merenung, untuk menyusun kembali hatinya yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 137: Pertemuan Terakhir

    “Nona Dania? Nona Dania?” Vicky memanggil dengan nada cemas, telapak tangannya menepuk-nepuk lembut pipi Dania yang terbaring tak sadarkan diri di lantai perpustakaan.Cahaya remang-remang dari lampu yang tergantung di sudut ruangan memperlihatkan wajah Vicky yang tegang, alisnya berkerut dalam kekhawatiran mendalam.Dania perlahan membuka matanya, bayang-bayang samar di pelupuk matanya mulai memudar. Kepalanya terasa berat, namun wajah Vicky yang cemas di hadapannya mulai jelas.“Vicky?” bisiknya lemah, mencoba meraba kembali kesadarannya yang sempat hilang. Dengan gemetar, Dania duduk, menatap ke arah kanan dan kiri, kebingungan menyelimuti wajahnya."Kenapa aku ada di sini? Bukankah aku sedang berada di perpustakaan Mark?" tanyanya, suaranya nyaris tak lebih dari desahan.Vicky mengangguk perlahan, mata penuh keprihatinan menatap Dania yang terlihat begitu rapuh. “Nona Dania tidak sadarkan diri lagi,” jawabnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 138: Semuanya akan Berubah

    Dania mengangguk perlahan, meskipun hatinya masih dilanda kebingungan dan kecemasan. Tangannya yang dingin menggenggam erat tangan Vicky, mencari kekuatan dalam hangatnya sentuhan itu. "Aku tidak akan menyerah," ucapnya dengan suara yang sedikit lebih tegas, meskipun masih terdengar rapuh."Aku tidak akan membiarkan ini menjadi akhir dari segalanya. Mark pantas mendapatkan keadilan, dan aku akan melakukan apa pun untuk memastikan bahwa dia tidak dihukum karena sesuatu yang tidak dia lakukan."Vicky tersenyum tipis, matanya berbinar oleh kekaguman pada kekuatan yang mulai terlihat dari Dania. “Saya di sini bersama Anda, Nona Dania. Anda tidak sendirian dalam perjuangan ini.”Dania mengangguk lagi, menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Walaupun hatinya masih terluka dan pikirannya penuh dengan ketidakpastian, ada secercah harapan yang mulai muncul di sana, berpendar dalam gelapnya malam yang kelam.Harapan bahwa cinta yang ia dan Mark

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 139: Sidang akan Dimulai

    Tiga hari kemudian ….Ketegangan semakin terasa menyesakkan di rumah besar tempat Dania menunggu. Pagi itu, matahari bersembunyi di balik awan kelabu, seakan ikut merasakan kecemasan yang menghantui hati Dania.Di dalam kamarnya yang luas, Dania duduk di tepi tempat tidur, tatapannya kosong memandang langit-langit, sementara pikirannya dipenuhi kekhawatiran yang tak kunjung mereda.Suara ketukan di pintu membuatnya tersentak dari lamunannya. Vicky melangkah masuk dengan langkah cepat, raut wajahnya tegang namun penuh determinasi.“Permisi, Nona Dania. Apakah Anda akan menghadiri sidang putusan hari ini?” tanyanya dengan nada hati-hati, seakan tidak ingin memaksa.Dania menoleh, tatapannya dingin dan sedikit getir. “Aku lihat di TV saja, Vicky,” jawabnya, suaranya terdengar lelah. “Terlalu ramai, aku malas menghadapi media. Mereka hanya akan memojokanku untuk menceraikannya. Tahu apa mereka tentang perasaanku.&

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 140: Suasana yang Sangat Tegang

    Ruangan sidang penuh sesak dengan keheningan yang mencekam, hanya suara hakim yang bergema di seluruh ruangan.Setiap kalimat yang keluar dari mulut hakim seolah membawa beban ribuan ton yang menghantam dada Mark, yang duduk dengan tenang di bangku terdakwa, berhadapan langsung dengan Angel dan Kevin yang memandangnya dengan tatapan penuh kebencian."Kejadian kecelakaan terjadi pada pukul lima lewat lima belas menit sore," suara hakim memecah keheningan, menyampaikan dakwaan dengan nada yang tak berperasaan."Tersangka, Mark, mengendarai sebuah Mercedes-Benz SL-Classic berwarna putih dengan kecepatan hampir dua ratus kilometer per jam, menyebabkan hilangnya kendali hingga menabrak mobil yang dikemudikan oleh Mendiang Nyonya Famela Chornelia. Akibatnya, korban Famela meninggal di tempat, sementara Dania mengalami koma selama satu minggu."Mark merasakan tubuhnya menegang, jari-jarinya yang kurus mencengkeram meja di hadapannya.Pandangannya beralih

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 141: Tugas Pertama

    Dua minggu yang lalu .…Sean baru saja tiba di rumahnya saat matanya menangkap sosok tak terduga di ruang tengah.Sarah, saudara perempuannya, duduk dengan resah di sofa, wajahnya terlihat lebih tua dari terakhir kali dia melihatnya. Di sampingnya, Amy, istri Sean, tampak cemas, menghindari tatapan suaminya.“Sarah ingin bicara denganmu, Sean,” bisik Amy sebelum dia berdiri, memberi Sean ruang untuk bicara empat mata.Dengan alis berkerut dan rasa penasaran yang mulai merayap, Sean duduk di hadapan Sarah. "Ada apa?" tanyanya, langsung ke inti permasalahan.Sarah menggigit bibirnya, tampak enggan namun sudah tak bisa menahan diri. “Bellary Hospital,” ujarnya pelan, hampir berbisik.“Mark dirawat di rumah sakit itu saat mengalami kecelakaan bersama Famela. Sudah dua belas tahun berlalu, tapi aku yakin... masih ada bukti yang bisa kau cari di sana.”Kata-kata Sarah menggantung, seperti mempersilakan Sean untuk mengisi kekosongan dengan bayang-bayang hitam dari masa lalu. Sean menyandarka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 142: Tugas Pertama part II

    Bernard dan Sean tiba di Bellary Hospital tepat pada saat matahari sore yang keemasan menyinari gedung rumah sakit tua itu.Langit tampak berkilau dengan warna lembut oranye dan merah, menyelimuti suasana di sekitar mereka dengan perasaan tenang yang semu.Keduanya berjalan melewati koridor rumah sakit yang sepi, langkah mereka terpantul di lantai marmer yang mengilap.Saat mencapai ruang direksi, pintu terbuka, dan sosok seorang pria tinggi dengan senyum hangat menyambut mereka.“Sean! Sudah lama sekali tidak bertemu,” sapa Stevan, direktur utama rumah sakit tersebut.Matanya berbinar penuh antusias saat ia memeluk Sean, menepuk-nepuk punggungnya seolah merayakan pertemuan sahabat lama yang sudah terlalu lama tertunda.Sean tersenyum dan membalas tepukan hangat itu. “Ya, Stevan. Hidupku cukup sibuk belakangan ini. Bagaimana kabarmu, Stevan?” tanyanya dengan nada akrab yang penuh kehangatan masa lalu.Stevan mengisyaratkan mereka untuk duduk, senyumnya tak luntur sedetik pun. “Oh, aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 143: Tidak lagi Berjalan Sendirian

    Bernard menatap Mark dengan senyum penuh keyakinan. “Stevan berhasil mengumpulkan bukti-bukti selama dua hari. Kami menyusunnya dengan teliti, dan semua ini akan menjadi bukti kuat di persidangan hari ini,” katanya meyakinkan, menjawab pertanyaan tak terucap Mark tentang kenapa mereka memiliki begitu banyak bukti yang tersusun rapi.Mark hanya mengangguk pelan, tatapannya terpaku pada benda kecil berwarna hitam yang berada di tangan Bernard.Ia tahu, sekecil apa pun, benda itu memegang kunci masa depannya—masa depan yang mungkin bisa mengembalikan kebebasannya, juga kebahagiaan yang telah lama ia dambakan.Bernard tersenyum penuh percaya diri, memperlihatkan sebuah ekspresi tegas yang hampir membuat Mark merasa tenang.“Well, Mark,” katanya dengan nada rendah namun tegas. “Aku tidak akan membiarkan citraku sebagai kuasa hukum terbaik di kotaku tercoreng hanya karena gagal membebaskan seseorang yang sama sekali tidak ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 241: Tidak akan Tertipu lagi

    “Kami sangat terkesan dengan desain dan motif yang dibuat oleh Kv’s Group, Tuan Stevan. Padahal, sebelum Kv’s Group dipegang oleh Tuan Mark, motif yang dibuat terlalu monoton.”Pujian itu meluncur dari bibir Tuan Haris, seperti alunan biola yang lembut menyentuh hati.Stevan tersenyum, sebuah senyum yang mengembang perlahan seperti matahari pagi yang malu-malu menembus kabut. Rasa bangga melingkupi dirinya, hangat seperti selimut di malam dingin.“Selama hampir delapan belas tahun ini kami selalu mempertahankan kualitas dan juga kreasi kami, Tuan Haris. Karena jika tidak, semua customer kami akan kabur.”Nada bicaranya tegas namun penuh kehangatan, seperti seorang kapten kapal yang dengan percaya diri menenangkan para awaknya di tengah badai.Haris tertawa, tawa ringan seperti bunyi lonceng angin yang berayun lembut di depan jendela.“Anda benar, Tuan Stevan. Kalian memang selalu mengedepankan keinginan customer daripada ego masing-masing, dan ini yang kami suka bekerja sama dengan Kv

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 240: Ocehan Clara

    Clara tertawa mendengar kisah itu, bayangan ayah dan ibunya yang saling mencintai begitu kuat terasa dalam ingatannya. "Bagaimana dengan Daddy? Apa dia juga sama seperti Mommy?" tanyanya penuh rasa ingin tahu.Dania tersenyum penuh arti, matanya memancarkan kehangatan. "Apa Daddy belum cerita padamu bahwa dia pernah berniat menjadi pastor seumur hidupnya kalau tidak bisa menikah denganku?""What?" Clara hampir melonjak dari tempat duduknya, terkejut mendengar cerita yang baru pertama kali ia dengar. Matanya membulat, tak percaya. "Aku baru tahu darimu, Mommy. Daddy belum pernah menceritakan tentang itu."Dania tersenyum tipis, memandangi Clara dengan tatapan penuh kenangan. "Sebelum kami bertemu di hotel saat itu, ayahmu sedang memutuskan untuk menjadi pengabdi Tuhan selamanya," ujarnya lembut. "Kau tahu istilah, 'jika tidak denganmu, maka tidak dengan orang lain?' Itu benar-benar mencerminkan keadaan ayahmu saat itu."Clara mengangguk pelan, matanya berbinar mendengar cerita tentang

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 239: Tidak pernah Berhenti Mencintainya

    Clara memutar bola matanya, ekspresi jenaka menghiasi wajahnya. Meski dia tahu ucapan Stevan hanyalah gurauan, tetap saja lelaki itu selalu berhasil membuatnya ingin membalas, entah dengan kata-kata atau tatapan."Aku tahu kau bercanda, tapi tetap saja..." Clara menepuk pundak Stevan pelan, pandangannya serius namun hangat. "Kita bicarakan lagi nanti."Stevan mengangkat alis, memasang raut wajah penuh godaan. "Kapan? Jangan sampai nanti keburu tahun depan," ujarnya, menyunggingkan senyum nakal.Clara mendekatkan wajahnya ke arah Stevan, cukup hingga ia bisa melihat pantulan dirinya di mata pria itu. "Setelah kita menikah," bisiknya penuh percaya diri, seolah pernyataan itu sudah mutlak.Stevan menghela napas dramatis, memutar bola matanya seperti protes tak berdaya sebelum mengerucutkan bibir, membuat Clara tak kuasa menahan tawa."Kau itu lucu sekali, tahu tidak?" Clara berkomentar sambil terkekeh, menikmati momen sederhana yang selalu berhasil membuat harinya lebih ceria.Stevan ter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 238: Kau ingin Menghilangkan Keperjakaanku?

    Clara melangkah keluar dari gerbang kampus dengan semangat yang terpancar di wajahnya.Matanya berbinar saat melihat Stevan berdiri bersandar di mobil hitamnya, mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku, terlihat santai namun tetap menawan.Ia tersenyum manis, melambaikan tangan, dan sedikit berlari menghampirinya. Tanpa ragu, ia memeluk pria itu erat.“Tumben sekali menjemputku? Bukankah kau sedang sibuk?” tanya Clara setelah melepas pelukan dan langsung masuk ke dalam mobil. Ia menyandarkan tubuhnya dengan nyaman, sementara Stevan mengitari mobil untuk duduk di kursi pengemudi.Stevan memasang sabuk pengamannya dengan tenang sebelum menoleh ke arah Clara. “Karena Samuel tidak bisa menjemputmu, dan kau juga malas membawa mobil sendiri. Daripada diantar pria lain, sebaiknya aku menyempatkan waktu untuk menjemputmu.”Clara terkekeh mendengar jawaban yang disampaikan dengan nada datar namun penuh sindiran itu. “Kau sangat lucu, Uncle—““Clara.” Stevan memotong dengan cepat, tata

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 237: Jangan Sakiti Anak Perempuanku

    Pukul sembilan pagi, suasana di ruangan kerja Stevan terasa hangat dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela besar di belakang meja kerjanya. Ia baru saja duduk dan membuka laptop ketika suara pintu diketuk ringan. Mark masuk dengan langkah santai, menyapa adik iparnya.“Selamat pagi, Stevan,” ucap Mark sambil menarik kursi di depan meja kerja.Stevan menoleh dan tersenyum. “Selamat pagi, Kak. Padahal aku yang berencana datang menemuimu. Ternyata aku kalah start,” balasnya sambil tertawa kecil. Tangannya langsung menekan interkom, memanggil asistennya. “Tolong buatkan dua cangkir kopi, ya,” pintanya singkat.Mark mengeluarkan iPad miliknya, meletakkannya di meja, lalu membuka salah satu file. “Aku sudah memutuskan desain yang akan aku gunakan untuk produk terbaru V-One,” katanya sambil menunjukkan layar iPad itu kepada Stevan.Stevan memandangi desain yang dipilih Mark, dan senyumnya merekah lebar. “Aku senang kau mau memakai desain yang aku buat, Kak,” ucapnya dengan tulus.“

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 236: Usiamu sudah Tua

    Malam itu suasana rumah terasa hangat, tetapi sedikit riuh dengan suara percakapan yang mengisi ruang tengah.Clara masih berdiri di tempatnya, tangan terlipat di dada dengan ekspresi serius yang belum juga memudar.Di depannya, Mark hanya bisa menghela napas, mencoba memahami sikap putrinya yang tampaknya tak mau mundur.“Tidak! Biarkan Mommy saja yang peduli padamu,” ujar Clara dengan nada tegas, matanya menatap tajam ke arah ayahnya. “Untuk saat ini, aku sedang ingin memarahimu.”Mark mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal sambil mengembungkan pipinya seperti anak kecil. Namun, di dalam hatinya, ia tidak benar-benar marah.Ia tahu Clara sedang meluapkan emosinya, dan sebagai seorang ayah, ia memilih untuk bersabar. Toh, ia pun pernah berada di posisi Clara—jatuh cinta dan begitu peduli pada seseorang.Mark pun hanya menghela napas dan mengangkat tangan seolah menyerah. “Baiklah, Tuan Putri. Daddy akan menerima semua kemarahanmu dengan lapang dada,” ujarnya dengan nada bercanda,

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 235: Memarahi Mark

    “Apa kau belum makan siang?” tanya Clara dengan nada lembut, tetapi ada kekhawatiran yang terselip di sana.Clara duduk berhadapan dengan Stevan, mengamati dengan penuh perhatian bagaimana pria itu begitu lahap menyantap makan siangnya.Wajah Stevan tampak sedikit lelah, tetapi matanya masih bersinar, mencerminkan semangat yang tak pernah luntur.Clara melirik jam di pergelangan tangannya. Jarum pendek sudah menunjuk angka dua, dan ia mengerutkan dahi kecilnya.Stevan, yang tengah sibuk dengan suapan nasi dan lauk di hadapannya, mendongak sejenak. Bibirnya membentuk senyum cengengesan khasnya.“Lebih tepatnya, belum makan sejak pagi tadi,” jawabnya santai. Ia kemudian mengusap mulutnya dengan tisu sebelum melanjutkan.“Aku lupa sarapan karena harus mengikuti meeting dengan ayahmu. Jadi, aku baru sempat mengisi perutku sekarang.”Clara mendesah pelan, matanya menatap Stevan dengan sedikit protes. “Bisa-bisanya kau bekerja dengan perut kosong. Memangnya otakmu bisa konsen?” tanyanya, me

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 234: Kejutan untukmu

    Clara duduk di bangku taman kampus, mengerutkan kening sambil menatap layar ponselnya yang sudah redup sejak tadi. Pesannya ke Stevan tak juga mendapat balasan. Ia melirik jam di sudut layar: pukul satu siang. Waktu sudah mepet, dan dalam satu jam lagi ia harus pulang.“Ke mana Uncle Stevan?” gumam Clara sembari mengetuk-ngetukkan jemarinya ke layar ponsel. Ia menggigit bibir bawahnya, kebiasaan lamanya saat merasa gelisah. “Tumben sekali pesanku belum dia balas.”Ia bersandar di bangku dan memandangi awan yang berarak di langit. Kecurigaan mulai merayap di benaknya.“Sepertinya Daddy mulai membuat Uncle Stevan sibuk. Bisa-bisanya sudah pukul satu dan dia belum juga online,” keluhnya, memicing curiga. Ia tahu betul bagaimana ayahnya selalu menyeret Stevan ke dalam urusan kantor, bahkan di luar jam kerja.“Clara?” Sebuah suara laki-laki yang lembut namun tegas menyapanya, memecah lamunannya.Clara mengangkat kepala, mendapati Matthew berdiri beberapa langkah darinya. Pemuda itu terseny

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 233: Tetap Menjadi si Periang di Mata Stevan

    “Kau serius, akan menikah dengan Uncle Stevan?” tanyanya tiba-tiba, memecah keheningan.Clara menoleh, menatap Samuel dengan alis terangkat. “Kenapa?” tanyanya santai sambil meniup perlahan kukunya agar cepat kering.“Kau takut media mempermasalahkannya? Bukankah mereka sudah tahu yang sebenarnya?”Samuel menghela napas kasar, berjalan masuk dan menjatuhkan tubuhnya di kursi dekat meja rias Clara.“Tidak. Aku tidak mempermasalahkan itu,” ucapnya dengan nada datar. “Justru aku bingung, kenapa Uncle Stevan bisa mencintai wanita aneh sepertimu.”Clara sontak menyunggingkan senyum sinis. Ucapan Samuel selalu punya cara untuk membuat darahnya naik, meskipun ia tahu itu hanya cara Samuel menggoda.“Kau ingin tahu jawabannya, Sam?” Clara meletakkan kuas kuteksnya, menatap Samuel dengan ekspresi penuh tantangan.“Coba menjalin hubungan, biar kau tahu bahwa cinta itu nyata!” sengalnya dengan nada yang sengaja dibuat menusuk.Samuel malah mengangkat bahu, seolah tidak terpengaruh sedikit pun. “

DMCA.com Protection Status