Home / Romansa / Suami Rahasia Sang Bintang / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Suami Rahasia Sang Bintang : Chapter 81 - Chapter 90

140 Chapters

81. Pemilik Keindahan

***Anastasia sudah kembali ke apartemennya, ia duduk di tepi tempat tidurnya, menarik napas panjang saat ia memeriksa ponselnya. Jarinya menyapu layar, mencari pesan-pesan yang terlewat selama ia tertidur. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Semalam, Maximilian mengirimkan banyak pesan, tapi ia tidak sempat membalasnya karena terlalu lelah setelah seharian bekerja keras di studio. Pesan terakhir itu singkat, namun membuatnya terkejut:"Aku akan kembali. Hubungi aku saat kau punya waktu."Jantung Anastasia berdegup lebih cepat. Max mau kembali? Ia tidak menyangka pria itu akan pulang secepat ini. Lalu, ia menekan tombol panggilan, berharap bisa berbicara dengan suaminya.Namun, setelah beberapa dering, tidak ada jawaban dari Maximilian. Anastasia menghela napas panjang, perasaan sedikit kecewa. Ia melihat jam di layar ponselnya, menyadari bahwa waktu terus berjalan dan siang ini ia harus menghadiri peluncuran perhiasan terbaru dari brand Coeur de Luxe, di mana ia menjadi brand ambassador.
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

82. Pria Rahasia

***Sorotan lampu panggung menyoroti Anastasia saat ia melangkah memasuki ballroom dengan anggun. Gaun berwarna putih yang mewah membalut tubuhnya, membuat setiap mata yang melihatnya terpesona. Desain gaun itu ramping dan elegan, dengan kilauan yang berpendar mengikuti setiap gerakannya. Di lehernya, tersemat kalung berlian yang memancarkan kemewahan. Parasnya begitu sempurna, tak ada cacat yang bisa ditemukan, seolah-olah ia adalah seorang dewi yang turun dari langit malam.Setiap orang yang hadir di acara penghargaan musik malam itu tak henti-hentinya berbisik saat Anastasia berjalan menuju tempat duduknya. Mereka terkesima oleh aura bintang yang ia miliki—suara indah yang menghipnotis dunia dan kecantikan yang tak tertandingi. Anastasia tahu bahwa setiap langkahnya dipantau, setiap geraknya diperhatikan, dan ia telah terbiasa dengan itu. Meski begitu, malam ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang lebih intens dalam pandangan orang-orang terhadapnya."Astaga, dia benar-benar memukau m
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

83. Hanya Milikku

***Maximilian duduk di kursi kulit mewah di dalam jet pribadinya. Angin yang berdesir pelan dari ventilasi udara pesawat menciptakan suasana tenang di dalam kabin. Sementara itu, di layar tablet yang ada di genggamannya, ia melihat video Anastasia yang baru saja menerima penghargaan Penyanyi Terbaik. Dia tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajahnya yang bersinar cerah di atas panggung.Tatapan matanya penuh perhatian saat ia mendengar kata-kata Anastasia yang penuh syukur. Dan kemudian, di akhir pidatonya, ketika Anastasia menyebutkan "suami" di depan ribuan penonton, Maximilian tersenyum tipis. Ucapan itu, satu kata yang membuat publik gempar, membuatnya merasakan kebanggaan yang tak tertahankan. Ia memutar ulang video itu lagi dan lagi, memastikan bahwa setiap kata yang keluar dari mulut Anastasia terdengar sempurna di telinganya."Suami... Ya, memang begitulah seharusnya," gumam Maximilian dengan nada pelan. Ia merapikan kerah kemejanya dan melonggarkan dasinya sedikit, merasa
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

84. Datang di Waktu yang Tepat

***Anastasia duduk di balkon apartemennya yang menghadap langit malam yang sudah larut. Angin malam yang dingin menerpa kulitnya, namun rasa dingin itu tak sebanding dengan kekacauan yang ada di dalam hatinya. Gelas wine di tangannya hampir kosong, dan botol di meja sebelahnya sudah hampir habis. Anastasia tidak biasanya minum, apalagi wine. Ia tahu bahwa dirinya adalah peminum yang buruk, namun malam ini, ia tidak peduli. Pikirannya terlalu berantakan, dan ia hanya ingin meredam rasa sakit yang tak kunjung hilang.Ia menatap langit hitam yang kosong, hanya ada beberapa bintang yang samar-samar terlihat. Dalam keheningan malam, pikirannya terus bergulat dengan bayangan masa lalu yang terus menghantuinya. Rasa sakit, pengkhianatan, dan penghinaan seolah tidak pernah benar-benar hilang dari hidupnya. Terutama setiap kali nama ibunya disebut, luka itu terbuka lagi, seolah baru terjadi kemarin.“Mama…” gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh angin malam. Matanya mulai berkaca-kaca
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

85. Merayakan Pertemuan

***“Suamiku,” bisik Anastasia dengan nada yang begitu pelan namun menggoda. “Kau datang di waktu yang tepat.”Tanpa peringatan, tangan Anastasia yang lemah tiba-tiba bergerak meraih kerah kemeja Maximilian. Ia menarik pria itu lebih dekat, jemarinya dengan cekatan melepas satu per satu kancing kemeja Maximilian. Tatapan Maximilian berubah seketika, campuran antara kejutan dan ketertarikan. Namun ia tidak berkata apa-apa, hanya memandang Anastasia yang kini menari dengan emosinya sendiri.“Sayang…” Maximilian mencoba menghentikan gerakan Anastasia, namun wanita itu mengabaikannya. Matanya yang setengah tertutup menatap Maximilian dengan hasrat yang tidak bisa ia sembunyikan. Lalu, dengan perlahan namun pasti, Anastasia berjinjit, mendekatkan wajahnya ke bibir Maximilian.Ia mengecup bibir Maximilian lembut, dan desiran hangat langsung menyebar ke seluruh tubuhnya. Ciuman itu dimulai pelan, seperti mencari kepastian bahwa pria di hadapannya memang adalah suaminya, orang yang sudah ia j
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

86. Hanya Mengingat Namanya

***Malam amal keluarga Kingsley selalu menjadi acara yang dinantikan oleh kalangan atas, sebuah kesempatan untuk bersosialisasi sekaligus berkontribusi pada kegiatan filantropi. Anastasia, yang masih sibuk mempersiapkan album barunya, tidak bisa menolak undangan Selene Kingsley. Selene telah datang secara pribadi untuk memintanya hadir, dan Anastasia menghargai undangan langsung dari wanita yang telah memberinya banyak dukungan saat ini. Meski jadwalnya padat, Anastasia meluangkan waktu untuk hadir.Ketika Anastasia tiba, dia segera menjadi pusat perhatian. Mengenakan gaun hitam elegan yang membalut tubuhnya dengan sempurna, Anastasia tampak bagaikan bintang yang turun ke bumi. Setiap mata menatapnya dengan kagum, dan desas-desus mulai terdengar di antara tamu-tamu yang hadir."Apakah itu Anastasia?" bisik seorang wanita dengan kagum."Ya, itu dia. Dia selalu memukau setiap kali muncul," jawab yang lain.Selene langsung menyambutnya dengan senyum lebar ketika Anastasia memasuki ruang
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

87. Apakah Kau Akan Tetap di Sisiku?

***Maximilian merasa gelisah saat Bryan memberitahunya bahwa Anastasia hadir di malam amal yang diadakan oleh keluarganya. Kabar itu langsung membuat darahnya berdesir, dan ketakutan yang selama ini menghantuinya kembali muncul. Selene, ibunya, ternyata sedekat itu dengan Anastasia dan bisa jadi kemungkinan besar Selene akan menunjukkan foto-foto lamanya pada Anastasia. Hal yang paling ditakutkan Maximilian adalah jika Anastasia mengetahui identitas aslinya dari orang lain. Itu akan merusak semua rencananya untuk memberi tahu sendiri tentang masa lalunya."Aku harus segera ke apartemen," gumam Maximilian, mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tidak ingin mengambil risiko lebih besar dengan muncul di acara amal itu, di mana terlalu banyak orang mengenalnya. Ia tidak ingin Anastasia tahu siapa dia sebenarnya dalam keadaan yang tidak tepat.***Waktu terasa berjalan lambat bagi Maximilian yang sudah menunggu lama di apartemen Anastasia. Pikiran-pikirannya bercampur aduk, antara khawatir da
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

88. Ingin Berbulan Madu

***Selene duduk di sofa yang nyaman di ruang tamu, membenarkan posisinya sambil memandangi Shayne, suaminya, yang tampak merenung dengan serius. Keduanya baru saja selesai makan malam, tetapi obrolan mereka lebih terfokus pada apa yang sedang terjadi di sekitar Maximilian, putra mereka yang selalu saja tertutup."Shayne, aku keberatan," Selene memulai, suaranya tenang tetapi tegas. "Aku melihatmu seolah memberi harapan pada Robert dan Renata. Mereka berdua sangat ingin menjalin hubungan, tapi saat ini Maximilian sudah memiliki wanita pilihannya."Shayne menggelengkan kepala, frustasi jelas tergambar di wajahnya. "Sayang, aku hanya melihat betapa cocoknya Renata untuk menjadi menantu kita. Dia cantik, cerdas, dan sangat baik. Dia bisa membuat Maximilian bahagia dan Maximillian dan Renata sudah mengenal satu sama lainnya dari kecil.""Jangan memaksakan kehendak, Shayne," Selene menjawab, suaranya mulai meninggi. "Jangan sampai Maximilian pergi lagi. Bagiku sudah cukup kehilangan Isabel
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

89. Bukan Wanita Biasa

***Selene membuka pintu ruangan CEO dengan penuh percaya diri. Ruang kerja Maximilian tampak tenang, dengan anaknya yang sedang berbicara serius dengan Bryan di depan meja kerjanya. Suasana ruangan itu dihiasi cahaya alami yang masuk melalui jendela besar.Bryan segera berpamitan setelah pembicaraan mereka selesai, mengangguk hormat pada Selene sebelum meninggalkan ruangan. Selene memandangi Maximilian dengan tatapan seorang ibu yang rindu anaknya, namun memahami beban yang tengah dipikul.“Maafkan aku, Ma,” kata Maximilian sambil menghampirinya dan memeluk Selene dengan penuh kasih. “Aku belum sempat menjenguk Mama dan Papa akhir-akhir ini.”Selene tersenyum hangat, mengusap punggung Maximilian dengan lembut. “Mama dan Papa paham, Max. Kami tahu kamu sibuk. Tapi, Mama dengar dari Bryan kalau lusa kamu akan pergi ke luar negeri?”Maximilian melepaskan pelukannya, mengangguk pelan. “Iya, akhir pekan ini aku ada urusan di Finlandia.”“Finlandia, ya?” Selene menatap Maximilian sejenak, l
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

90. Menjagamu dengan Baik

***Malam itu Robert mengundang Shayne dan Selene, orang tua Maximilian, untuk menikmati makan malam bersama. Di meja panjang yang dihiasi lilin-lilin kecil dan hidangan lezat, percakapan mulai mengalir. Namun, ada satu pertanyaan yang mengganjal di benak Robert."Kenapa Maximilian tidak ikut bersama kalian?" tanya Robert sambil menatap Shayne, lalu melempar pandangan pada Selene yang duduk di sebelahnya.Shayne terkekeh kecil, "Max terlalu sibuk dengan urusannya. Dia bahkan sering kali melupakan orang tuanya," jawabnya dengan senyum lebar, meskipun ada sedikit nada kekecewaan dalam suaranya.Robert tersenyum, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap putrinya, Renata, yang duduk dengan anggun di sisi meja. "Kalau kalian punya cucu, kalian tidak akan merasa kesepian. Jika Max terlalu sibuk, setidaknya kalian bisa bermain dengan cucu kalian," ucapnya, mencoba mencairkan suasana dengan sedikit candaan.Shayne dan Selene saling bertukar pandang dan mengangguk, "Kami sudah lama ingin p
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status