Home / Romansa / Suami Rahasia Sang Bintang / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Suami Rahasia Sang Bintang : Chapter 91 - Chapter 100

140 Chapters

91. Seperti Bukan Pria Biasa

***Maximilian duduk di balik meja kerjanya, mengamati berkas-berkas yang bertumpuk di depannya. Pikiran dan perasaannya sedang tak karuan karena masalah seseorang yang menyerangnya pada malam itu dan orang itu bisa berbahaya jika tahu ia dan Anastasia telah menikah. Ia menghela napas panjang, mencoba untuk fokus pada pekerjaannya. Namun, ketukan pelan di pintu ruangannya menghentikan segala aktivitasnya. Ia mendongak dan terkejut melihat Robert, berdiri di ambang pintu."PamanRobert?" Maximilian mengernyit, jarang sekali pamannya datang ke ruangannya tanpa pemberitahuan. "Ada yang bisa kubantu?" Ia mempersilakan pamannya untuk duduk.Robert tersenyum sambil melangkah masuk. "Tidak usah terlalu formal, Max," katanya sambil duduk di sofa. "Paman hanya ingin berbicara santai saja denganmu."Maximilian merasakan gelombang kegelisahan yang tak bisa diabaikan. Ia tahu bahwa jika Robert datang tanpa urusan bisnis, berarti akan ada pembicaraan yang lebih bersifat pribadi."Jadi," Robert mula
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

92. Tidak Pernah Merindukan Segila ini

***Renata masih berada di ruang dokter, hari ini pasien terakhir sudah selesai, dan dia tengah bersiap untuk pulang. Suara langkah yang dikenalnya dengan baik terdengar dari luar ruangan. Pintu terbuka perlahan, dan Robert, ayahnya, muncul di ambang pintu. Senyum Renata langsung mengembang, meski ada sedikit keraguan di hatinya.“Papa kenapa malah datang ke sini?” Renata menyapa dengan nada terkejut, meskipun dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Biasanya, Robert jarang mengunjunginya di tempat kerja.Robert tersenyum tipis sebelum menjawab, “Papa hanya ingin menemuimu, Renata. Ada sesuatu yang ingin Papa bicarakan. Tadi Papa sudah bicara dengan Maximilian.”Mendengar nama itu, Renata terdiam. Senyumnya perlahan memudar, matanya sedikit menyipit. "Apa yang Papa bicarakan dengannya?" tanya Renata dengan nada sedikit tegang. Dia tahu bahwa setiap kali nama Maximilian disebut, perasaannya selalu kacau.Robert menghela napas panjang, tampak ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Se
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

93. Langit Biru Finlandia

***Langit Finlandia membentang biru cerah, dan angin musim semi yang sejuk membelai wajah Anastasia saat ia berjalan bergandengan tangan dengan Maximilian di tengah taman yang dipenuhi bunga-bunga liar. Pepohonan mulai menghijau, dan aroma musim semi terasa begitu menyegarkan. Mereka berdua tersenyum, merasa seolah dunia hanya milik mereka."Tempat ini indah sekali," kata Anastasia sambil menatap Maximilian. "Aku tidak pernah membayangkan akan melihat Finlandia seindah ini dan pertama kali aku ke negara ini dan itu bersamamu."Maximilian menatapnya dengan lembut. "Jadi, kalau begitu aku akan terus membawamu ke sini karena aku tahu betapa kamu menyukai pemandangan alam yang tenang," jawabnya sambil mengusap punggung tangannya yang masih menggenggam tangan Anastasia. "Dan juga... aku ingin kita menikmati waktu berdua tanpa ada yang mengganggu."Anastasia tersenyum, senyumnya begitu tulus dan menawan. "Aku benar-benar merasa bebas di sini. Terima kasih sudah mau datang ke sini, Max."Me
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

94. Siapa Kamu?

***Malam itu terasa begitu istimewa untuk Anastasia. Setelah menghabiskan hari yang indah bersama Maximilian di Finlandia, ia tak menyangka bahwa kejutan lain sedang menunggunya. Mata Anastasia tertutup kain sutra hitam yang lembut saat mereka tiba di tempat yang dijanjikan oleh Maximilian. Perasaan penasaran dan jantungnya yang berdebar tak karuan, membuat dirinya tak sabar ingin segera membuka mata dan melihat apa yang disiapkan oleh suaminya itu."Apa kamu siap?" suara Maximilian terdengar lembut di telinganya. Pria itu menggenggam tangannya dengan hangat."Max, sebenarnya apa yang kau siapkan? Aku semakin penasaran," Anastasia tersenyum tipis di balik kain penutup matanya, tak mampu menyembunyikan rasa penasaran yang memuncak.Maximilian tertawa kecil, lalu melepaskan penutup mata Anastasia perlahan-lahan. Saat matanya terbuka, Anastasia tertegun, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Di depannya terbentang pemandangan yang sangat romantis—restoran mewah yang didekorasi dengan
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

95. Karena Dia

***Maximilian duduk di ruang kerjanya, dikelilingi oleh tumpukan berkas-berkas yang harus segera diselesaikan. Baru saja ia kembali dari perjalanan panjang ke New York, tetapi pekerjaannya sudah menantinya tanpa henti. Bryan, sang asisten berdiri di depannya dengan tablet di tangan, siap untuk melaporkan semua hal yang tertunda selama kepergiannya."Tuan Maximilian, ini laporan lengkap tentang proyek yang sedang berjalan dan beberapa rapat yang perlu dijadwalkan ulang," ucap Bryan dengan nada profesional. Ia menyodorkan tablet itu, sementara Maximilian mengambilnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.Maximilian mempelajari beberapa data dan presentasi yang harus ia tinjau. Matanya menyusuri angka-angka, grafik, dan laporan keuangan dengan cermat. "Bagus, jadwalkan ulang rapat-rapat ini dalam waktu dekat, terutama dengan pihak investor dari Tokyo. Kita tidak bisa menunda terlalu lama," katanya sambil mengembalikan tablet kepada Bryan."Tentu, Tuan." Bryan mencatat semuan
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

96. Tidak Terlambat, kan?

***Anastasia berjalan perlahan menuju restoran mewah di pusat kota, New York. Sesampainya di sana, ia melihat sosok yang sangat dikenalnya, Selene, sudah menunggu di salah satu meja yang terletak di dekat jendela besar dengan pemandangan menakjubkan. Selene tersenyum hangat saat melihat Anastasia mendekat."Anastasia! Akhirnya kau datang," sapa Selene, bangkit dari kursinya dan memeluk Anastasia."Aku tidak terlambat, kan?" tanya Anastasia sambil membalas pelukan itu."Ah, tidak sama sekali. Mama memang datang lebih awal. Duduklah, sayang."Anastasia duduk di seberang Selene, melirik menu yang sudah tersedia di meja. Pelayan datang dengan cepat, dan mereka memesan makan siang."Mama kelihatan luar biasa hari ini," puji Anastasia sambil tersenyum.Selene terkekeh pelan. "Oh, kamu selalu tahu cara membuat Mama tersanjung. Jadi, bagaimana kabarmu, Anastasia? Aku dengar album barumu hampir selesai? Mama tidak sabar menunggunya keluar."Anastasia tersenyum kecil. "Iya, tinggal sedikit lag
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

97. Kenangan itu Muncul Lagi

***Maximilian berdiri di depan makam adiknya, angin musim semi berembus pelan, membawa aroma bunga-bunga yang bermekaran dari pepohonan di sekelilingnya. Matanya tertuju pada batu nisan dengan nama yang selalu menyakitkan untuk diingat. Sudah sepuluh tahun berlalu, namun luka itu masih segar dalam ingatannya."Max..." Suara pelan dari belakangnya membuat Maximilian tersentak. Ia berbalik dan mendapati Renata  kembali dan masih berdiri di sana, wajahnya dipenuhi dengan kegelisahan.Ia menghela napas panjang, menahan emosi yang bergejolak di dalam dirinya. "Renata, kenapa kau masih di sini? Sebaiknya kamu pergi. Aku tak punya banyak waktu. Masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan."Renata tidak bergerak, air matanya mulai membasahi pipi. Ia berlutut di depan Maximilian, mengabaikan dinginnya tanah dan angin yang semakin menusuk. "Maafkan aku, Max," suaranya bergetar, penuh dengan penyesalan. "Sepuluh tahun ini aku tersiksa karena kau membenciku.
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

98. Wanita Mana yang Kau Sentuh?

***Malam itu terasa lebih spesial dari biasanya. Suara tawa dan riuhnya para staf di Athena Records memenuhi ruang acara, saat mereka merayakan kesuksesan album terbaru Anastasia yang akan diluncurkan dalam dua hari. Musik mengalun lembut di latar belakang, sementara pencahayaan yang hangat membuat suasana semakin meriah. Namun, di tengah kesenangan itu, sebuah perasaan tidak nyaman tiba-tiba menghampiri Anastasia.Dia duduk di salah satu sudut ruangan, memegang gelas anggur merah yang berkilau, menatap ke luar jendela. Malam musim semi di New York dipenuhi bintang-bintang, tetapi pikirannya teralihkan. Ia gelisah karena Maximilian tak kunjung membalas pesan darinya, sampai malam ini pun tidak ada kabar dari pria itu.Anastasia berusaha mengalihkan pikiran dengan mengobrol bersama beberapa staff, tetapi entah mengapa, kegembiraan yang ada terasa hampa. Tiba-tiba, gelas yang dipegangnya terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai. Suara pecahan gelas menggema di
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

99. Kau adalah Obatnya

***Maximilian terbangun perlahan, matanya masih berat dan tubuhnya terasa lemah. Namun, dia langsung merasakan kehadiran seseorang di sisinya. Pandangannya mengabur sesaat, sebelum akhirnya fokus pada sosok Anastasia yang duduk di samping ranjang. Wanita itu tertidur dalam posisi duduk, kepalanya bersandar pada lengannya yang terlipat di tepi ranjang. Sepanjang malam, Anastasia tetap berada di sisinya, tanpa henti menjaganya.Maximilian menghela napas perlahan, merasakan hangat di dadanya. Dia tahu betul betapa sibuknya Anastasia akhir-akhir ini, mempersiapkan album barunya yang akan segera dirilis. Namun, di tengah semua kesibukan itu, wanita ini tetap memilih untuk berada di sini, di sampingnya, merawatnya.Pandangan Maximilian melembut saat dia memandangi Anastasia. Dia tampak lelah, namun bahkan dalam tidur, wajah Anastasia memancarkan ketenangan yang mendalam. Maximilian mengulurkan tangannya, menyentuh lembut rambut Anastasia, berusaha tidak membangunkannya. Sentuhan itu ringan
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

100. Seperti Terlahir sebagai Sendok Emas

***“Kamu tahu dr. Steven?” tanya Anastasia.Lyra mengangguk. “Kamu benar-benar tidak tahu siapa dia? Dia sangat terkenal, kamu tidak tahu?”Anastasia menangguk. “Kamu juga tahu bagaimana aku dalam bergaul, di dunia hiburan aku tidak terlalu akrab dengan siapapun, aku juga tidak pernah ikut pesta dan semacamnya. Bukankah Leon pernah mengatakan kalau aku ini kurang bergaul?”Lyra mengangguk pelan, dan ia masih tampak gelisah sejak mereka masuk ke apartemen. Matanya terus mengamati sekeliling ruangan, dan sesekali ia melirik Anastasia dengan pandangan ragu. Sambil duduk di sofa, Lyra akhirnya menarik napas dalam-dalam, dan mendekatkan dirinya ke Anastasia, berbisik dengan nada serius.“Oke, rasanya aku ingin bicara tentang sesuatu yang penting, tapi tidak di sini,” bisik Lyra. “Kita harus bicara empat mata.”Anastasia menoleh, sedikit terkejut dengan permintaan mendadak itu, namun hanya mengangguk. “Baik, nanti setelah semuanya tenang, kita akan bicara,” jawabnya, mencoba menenangkan Ly
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status