***Anastasia berjalan perlahan menuju restoran mewah di pusat kota, New York. Sesampainya di sana, ia melihat sosok yang sangat dikenalnya, Selene, sudah menunggu di salah satu meja yang terletak di dekat jendela besar dengan pemandangan menakjubkan. Selene tersenyum hangat saat melihat Anastasia mendekat."Anastasia! Akhirnya kau datang," sapa Selene, bangkit dari kursinya dan memeluk Anastasia."Aku tidak terlambat, kan?" tanya Anastasia sambil membalas pelukan itu."Ah, tidak sama sekali. Mama memang datang lebih awal. Duduklah, sayang."Anastasia duduk di seberang Selene, melirik menu yang sudah tersedia di meja. Pelayan datang dengan cepat, dan mereka memesan makan siang."Mama kelihatan luar biasa hari ini," puji Anastasia sambil tersenyum.Selene terkekeh pelan. "Oh, kamu selalu tahu cara membuat Mama tersanjung. Jadi, bagaimana kabarmu, Anastasia? Aku dengar album barumu hampir selesai? Mama tidak sabar menunggunya keluar."Anastasia tersenyum kecil. "Iya, tinggal sedikit lag
***Maximilian berdiri di depan makam adiknya, angin musim semi berembus pelan, membawa aroma bunga-bunga yang bermekaran dari pepohonan di sekelilingnya. Matanya tertuju pada batu nisan dengan nama yang selalu menyakitkan untuk diingat. Sudah sepuluh tahun berlalu, namun luka itu masih segar dalam ingatannya."Max..." Suara pelan dari belakangnya membuat Maximilian tersentak. Ia berbalik dan mendapati Renata kembali dan masih berdiri di sana, wajahnya dipenuhi dengan kegelisahan.Ia menghela napas panjang, menahan emosi yang bergejolak di dalam dirinya. "Renata, kenapa kau masih di sini? Sebaiknya kamu pergi. Aku tak punya banyak waktu. Masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan."Renata tidak bergerak, air matanya mulai membasahi pipi. Ia berlutut di depan Maximilian, mengabaikan dinginnya tanah dan angin yang semakin menusuk. "Maafkan aku, Max," suaranya bergetar, penuh dengan penyesalan. "Sepuluh tahun ini aku tersiksa karena kau membenciku.
***Malam itu terasa lebih spesial dari biasanya. Suara tawa dan riuhnya para staf di Athena Records memenuhi ruang acara, saat mereka merayakan kesuksesan album terbaru Anastasia yang akan diluncurkan dalam dua hari. Musik mengalun lembut di latar belakang, sementara pencahayaan yang hangat membuat suasana semakin meriah. Namun, di tengah kesenangan itu, sebuah perasaan tidak nyaman tiba-tiba menghampiri Anastasia.Dia duduk di salah satu sudut ruangan, memegang gelas anggur merah yang berkilau, menatap ke luar jendela. Malam musim semi di New York dipenuhi bintang-bintang, tetapi pikirannya teralihkan. Ia gelisah karena Maximilian tak kunjung membalas pesan darinya, sampai malam ini pun tidak ada kabar dari pria itu.Anastasia berusaha mengalihkan pikiran dengan mengobrol bersama beberapa staff, tetapi entah mengapa, kegembiraan yang ada terasa hampa. Tiba-tiba, gelas yang dipegangnya terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai. Suara pecahan gelas menggema di
***Maximilian terbangun perlahan, matanya masih berat dan tubuhnya terasa lemah. Namun, dia langsung merasakan kehadiran seseorang di sisinya. Pandangannya mengabur sesaat, sebelum akhirnya fokus pada sosok Anastasia yang duduk di samping ranjang. Wanita itu tertidur dalam posisi duduk, kepalanya bersandar pada lengannya yang terlipat di tepi ranjang. Sepanjang malam, Anastasia tetap berada di sisinya, tanpa henti menjaganya.Maximilian menghela napas perlahan, merasakan hangat di dadanya. Dia tahu betul betapa sibuknya Anastasia akhir-akhir ini, mempersiapkan album barunya yang akan segera dirilis. Namun, di tengah semua kesibukan itu, wanita ini tetap memilih untuk berada di sini, di sampingnya, merawatnya.Pandangan Maximilian melembut saat dia memandangi Anastasia. Dia tampak lelah, namun bahkan dalam tidur, wajah Anastasia memancarkan ketenangan yang mendalam. Maximilian mengulurkan tangannya, menyentuh lembut rambut Anastasia, berusaha tidak membangunkannya. Sentuhan itu ringan
***“Kamu tahu dr. Steven?” tanya Anastasia.Lyra mengangguk. “Kamu benar-benar tidak tahu siapa dia? Dia sangat terkenal, kamu tidak tahu?”Anastasia menangguk. “Kamu juga tahu bagaimana aku dalam bergaul, di dunia hiburan aku tidak terlalu akrab dengan siapapun, aku juga tidak pernah ikut pesta dan semacamnya. Bukankah Leon pernah mengatakan kalau aku ini kurang bergaul?”Lyra mengangguk pelan, dan ia masih tampak gelisah sejak mereka masuk ke apartemen. Matanya terus mengamati sekeliling ruangan, dan sesekali ia melirik Anastasia dengan pandangan ragu. Sambil duduk di sofa, Lyra akhirnya menarik napas dalam-dalam, dan mendekatkan dirinya ke Anastasia, berbisik dengan nada serius.“Oke, rasanya aku ingin bicara tentang sesuatu yang penting, tapi tidak di sini,” bisik Lyra. “Kita harus bicara empat mata.”Anastasia menoleh, sedikit terkejut dengan permintaan mendadak itu, namun hanya mengangguk. “Baik, nanti setelah semuanya tenang, kita akan bicara,” jawabnya, mencoba menenangkan Ly
***Anastasia menatap Lyra dengan penuh pertimbangan. Kata-kata Lyra menggema dalam pikirannya, mengguncang keyakinannya. Namun, di dalam hatinya, ia masih ingin percaya pada Maximilian. “Aku percaya padanya, sebab bersamanya aku selalu merasa aman,” balas Anastasia akhirnya, suaranya lembut namun penuh keyakinan.Lyra menatap Anastasia dalam-dalam, seolah mencari kebenaran di balik kata-kata sahabatnya itu. Meskipun ada keraguan di wajahnya, ia memilih untuk menghormati perasaan Anastasia. “Kalau kamu merasa ada yang aneh, lebih baik kamu bicara hati ke hati padanya,” kata Lyra akhirnya, nadanya penuh kelembutan dan dukungan. “Jika Max memang mencintaimu, dia pasti tidak akan sanggup untuk membohongimu.”Anastasia terdiam sejenak, mencoba mencerna saran Lyra. Ia tahu, berbicara dengan Maximilian adalah satu-satunya cara untuk menemukan jawaban. Namun, ada ketakutan yang membayangi hatinya. Ketakutan bahwa apa yang akan ia temukan mungkin akan mengubah segalanya. Namun, ia tidak bisa
***Elora membanting semua barang di meja dengan kemarahan yang tidak terkendali. Buku catatan, pena, bahkan secangkir kopi yang masih setengah penuh beterbangan dan pecah di lantai. Matanya menyala dengan kebencian, suaranya bergetar saat dia menatap Anya yang berdiri dengan tubuh gemetar di seberangnya."Kau benar-benar tak becus!" teriak Elora, nadanya penuh dengan kemarahan yang hampir meledak. "Aku sudah memberimu waktu, uang, dan segala yang kau butuhkan untuk memastikan album terbaru Anastasia gagal. Tapi lihat apa yang terjadi sekarang!"Anya menunduk, mencoba menenangkan napasnya yang semakin berat. "Aku... aku sudah melakukan semuanya sesuai rencana, Elora. Aku sudah membayar semua orang, dari teknisi sampai jurnalis musik. Mereka seharusnya merusak reputasi Anastasia. Aku yakin album itu akan gagal!" Anya bersuara penuh ketakutan, tangannya gemetar mencoba merapikan kertas-kertas yang berserakan di meja.Elora mendekat, matanya menyipit tajam. "Oh, ya? Kalau begitu, bagaima
***Showcase album baru Anastasia berlangsung dengan meriah. Ruangan besar itu dipenuhi oleh para penggemar yang telah lama menantikan kesempatan ini, kesempatan untuk bertemu dengan penyanyi idola mereka dan mendapatkan tanda tangan. Musik yang menggema di seluruh penjuru ruangan, lampu sorot yang menari-nari di atas panggung, serta antusiasme yang tak terbendung dari para penggemar, menciptakan atmosfer yang penuh energi.Anastasia duduk di meja tanda tangan, tersenyum lembut setiap kali penggemar datang bergiliran dengan wajah penuh kegembiraan. Dia tahu betapa pentingnya malam ini, bukan hanya untuk kariernya, tetapi juga sebagai momen di mana ia bisa menunjukkan apresiasi kepada mereka yang telah mendukungnya sejak awal.Di tengah antrean yang mengular panjang, seorang pria yang mengenakan masker hitam dan topi terlihat bergerak perlahan menuju Anastasia. Ia tampak biasa saja, tak ada yang istimewa, seperti penggemar lainnya. Namun, tatapan Anastasia langsung tertuju padanya, per
***Langit cerah menaungi villa pribadi keluarga Kingsley, dihiasi dengan alunan lembut musik klasik yang mengiringi para tamu undangan menuju taman yang telah disulap menjadi tempat upacara pernikahan megah. Anastasia berdiri di balik tirai putih, mengenakan gaun pernikahan yang memukau. Gaun itu dirancang khusus oleh Celine Idzes, penuh detail renda yang elegan, dengan ekor panjang yang membuatnya tampak seperti seorang ratu.Rhett berdiri di sampingnya, mengenakan setelan jas hitam yang rapi. Tangannya menggenggam lengan Anastasia dengan lembut, matanya berkaca-kaca."Papa tidak pernah menyangka akan memiliki kesempatan ini," ucap Rhett pelan, suaranya bergetar.Anastasia menatap ayahnya dengan senyuman hangat. "Aku bahagia Papa di sini. Aku tidak bisa membayangkan orang lain yang mendampingiku selain Papa."Rhett mengangguk, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia menatap Anastasia dengan bangga. "Kamu sangat cantik hari ini, Nak. Maximilian adalah pria paling beruntung di dunia."
***Di ruang rapat eksekutif Kingsley Group, suasana mencekam. Robert Brown, pria paruh baya dengan jasnya yang kini tampak kusut, berlutut di lantai marmer hitam yang dingin. Wajahnya penuh dengan keringat dingin, sementara tangannya gemetar menahan rasa takut."Maximilian... Aku memohon padamu," ucap Robert, suaranya bergetar. "Lepaskan kami. Aku berjanji tidak akan mengusik keluarga Kingsley lagi. Aku... Aku bersumpah."Di kursi utama, Maximilian duduk dengan tenang. Sosoknya yang tegap dan aura dinginnya membuat semua yang berada di ruangan itu enggan bernapas terlalu keras. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit hitam, kedua tangan saling bertaut di depan dada. Senyum kecil muncul di bibirnya, senyum yang penuh arti dan tak memberi celah untuk harapan."Berjanji, ya?" Maximilian akhirnya berbicara, suaranya rendah namun tajam. "Paman akan bersembunyi ke luar negeri, kan? Dan itu di Sydney. Apa aku salah menebak?"Mata Robert membelalak, bibirnya terbuka tanpa suara. Tubuhnya ter
***Di kamar utama kediaman keluarga Kingsley, suasana yang awalnya tenang berubah menjadi percakapan hangat. Anastasia duduk di atas ranjang dengan wajah sedikit pucat, namun senyumnya tetap menghiasi wajahnya. Di sisinya, Maximilian terus memegang tangannya, memberikan kehangatan dan perhatian penuh.Steven sedang memeriksa kondisi Anastasia dengan stetoskop di tangannya. Wajahnya serius, namun ada senyum kecil yang tersembunyi di sana. Setelah selesai, dia berdiri dan melipat tangannya di dada sambil menatap Selene dan Shayne, kedua orang tua Maximilian."Paman, Bibi..." Steven memulai, senyumnya semakin lebar. "Sebentar lagi kalian akan menjadi grandma dan grandpa. Kediaman ini pasti akan jauh lebih ramai."Kalimat itu langsung membuat ruangan menjadi hening. Selene membuka mulutnya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Shayne, yang tadinya hanya duduk diam, langsung menegakkan tubuhnya. Namun, reaksi yang paling mencolok datang dari Maximilian."Apa yang kau
***Malam itu, berita tentang Anastasia yang secara resmi diakui sebagai menantu keluarga Kingsley mengguncang dunia. Para undangan di acara resmi keluarga Kingsley tercengang. Kilatan kamera memenuhi ruangan saat Maximilian dengan tenang berdiri di samping Anastasia, memperkenalkannya sebagai istri dan menantu keluarga Kingsley.Di berbagai media sosial, foto-foto mesra keduanya mulai beredar luas. Foto-foto itu menangkap momen romantis Maximilian dan Anastasia, memperlihatkan bagaimana pria itu menggenggam erat tangan istrinya, seolah tak ingin ada yang mengganggunya. Ada foto ketika Maximilian menatap Anastasia penuh kelembutan, sebuah pemandangan yang membuat publik terkagum-kagum.Di sebuah akun penggemar, seorang netizen menulis, “Siapa yang sangka Anastasia menikah dengan Maximilian Kingsley? Mereka terlihat sempurna bersama!”Komentar-komentar positif membanjiri setiap unggahan tentang mereka, memuji betapa serasi pasangan ini. Netizen tak henti-hentinya membicarakan betapa be
***Wajah Renata terlihat pucat dengan air mata yang mengalir di pipinya. Di tengah pesta ulang tahun Kingsley Group yang mewah, kegaduhan ini menarik perhatian para tamu. Robert, ayahnya, menghampiri Renata dengan wajah penuh kekhawatiran. Dia menunduk, membangunkan putrinya dengan lembut."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Robert dengan suara cemas.Renata mengangguk lemah, terisak dengan air mata yang mengalir semakin deras. Pemandangan putrinya yang terlihat tersakiti itu membuat Robert memalingkan tatapan marah ke arah Anastasia, yang berdiri tidak jauh dari mereka. Semua tamu mulai berbisik-bisik, seolah mereka setuju dengan kebencian yang tampak di mata Robert.Dengan nada dingin dan tajam, Robert menatap Anastasia penuh hinaan. "Kenapa ada wanita rendahan sepertimu di sini?" katanya, suaranya dipenuhi kemarahan yang tak tersembunyi. "Bagaimana kau bisa datang ke pesta ini? Apa kau merayu seseorang dengan tubuhmu agar bisa datang ke acara sebesar ini?"Tawa merendahkan lan
***Lampu-lampu kristal di ballroom megah Kingsley Tower berpendar, menciptakan kilauan indah di setiap sudut ruangan. Para tamu undangan yang mengenakan busana glamor berkumpul, menikmati pesta ulang tahun perusahaan Kingsley Group yang ke-75. Namun, malam ini, bukan hanya perayaan yang menjadi pusat perhatian—rumor tentang penerus Kingsley Group yang akan diumumkan secara resmi malam ini telah menjadi buah bibir semua orang. Apalagi sang penerus itu selalu menjadi rahasia karena keberadaannya sangat misterius, bahkan tidak ada media satupun yang mengetahui dimana keberadaan sang pewaris ituDi tengah dentingan gelas-gelas wine dan alunan musik jazz, suara pembawa acara menggema, memecah keheningan ballroom."Ladies and gentlemen, mari kita sambut penerus Kingsley Group, Maximilian Kingsley!"Begitu nama itu disebutkan, sorak-sorai kecil terdengar dari para tamu, dan kamera-kamera media langsung diarahkan ke panggung. Seorang pria berpostur tinggi, berbalut setelan jas hitam sempurna
***Suara benda-benda pecah bergema di dalam kamar Renata. Vas, cermin kecil, bahkan bingkai foto dilempar begitu saja hingga hancur berserakan di lantai. Wajah Renata memerah penuh amarah, napasnya memburu, dan matanya penuh kebencian. Kegagalan rencananya untuk menculik Anastasia benar-benar membuatnya berang."Mereka tak becus!" teriak Renata sambil menendang sisa-sisa kaca di lantai. "Sialan! Orang rendah macam itu berani menolak uangku?" Suaranya menggema dengan kemarahan yang seolah tak kunjung reda.Di tengah-tengah kekesalannya, ia meraih laci meja riasnya dengan kasar, membuka sebuah kotak kecil dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi pil berwarna putih. Renata menatap obat itu dengan tatapan yang penuh tekad."Kalau aku tidak bisa menculiknya, maka aku akan melakukan cara lain," gumamnya sambil menyeringai tipis. "Aku akan tidur dengan Max... dan dengan ini," ia mengangkat pil itu, "aku akan menjadi istrinya."Namun, sebelum Renata bisa melanjutkan monolognya, pintu kamar
***Rhett duduk di sebuah kafe mewah di sudut kota, menatap kosong ke arah cangkir kopi yang ada di depannya. Hatinya bergejolak, tak tenang, seakan ada beban yang tak bisa ia lepaskan dari pundaknya. Hari ini, ia akan bertemu dengan pria yang berhasil merebut hati putrinya—Maximilian Kingsley, seorang pria yang terkenal dingin namun disegani banyak orang.Suara langkah tegas terdengar mendekat, dan Rhett mendongak. Di depannya berdiri seorang pria tinggi dengan tatapan tenang namun tajam. Itu Maximilian, pria yang telah menjadi suami Anastasia. Rhett berdiri, menyambut Maximilian dengan anggukan kepala yang sopan.“Tuan Rhett,” Maximilian memulai, suaranya rendah namun penuh wibawa. Ia mengulurkan tangan. “Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda.”Rhett menyambut uluran tangan itu. “Begitu juga dengan saya, Tuan muda Kingsley.” Ia mencoba tersenyum, walau hatinya diliputi perasaan campur aduk.Maximilian duduk di hadapannya, matanya lurus menatap Rhett. Meskipun banyak yang mengenal
***Anastasia menggenggam dokumen yang diberikan Maximilian dengan tangan gemetar. Hatinya terasa berat, bercampur amarah dan rasa sakit. Mata Anastasia memburam, air mata perlahan mengalir tanpa bisa ia bendung lagi."Kakek dan nenekku sendiri… Mereka yang menyebabkan kecelakaan itu? Kenapa… kenapa mereka tega?" ucapnya terisak, suaranya pecah di tengah kalimat. "Pantas saja… Saat aku datang ke keluarga Noire, mereka semua membenciku. Apalagi Kakek dan Nenek… Sejak awal, keadaanku dianggap tak terlihat. Bahkan aku selalu dikucilkan.”Maximilian hanya bisa menghela napas panjang, tatapannya penuh keprihatinan. "Ana… Semua ini karena ayahmu. Ayahmu memutuskan menikah dengan Aria dengan syarat bahwa kamu bisa diterima dalam keluarga Noire," jawabnya pelan.Anastasia mengernyitkan kening, seolah tak percaya pada apa yang ia dengar. "Papa? Tapi kenapa Papa begitu ingin aku masuk ke dalam keluarga Noire? Bukankah dia selalu menunjukkan kalau dia membenciku? Selalu dingin dan acuh bahkan di