Home / Romansa / Suami Rahasia Sang Bintang / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Suami Rahasia Sang Bintang : Chapter 71 - Chapter 80

140 Chapters

71. Tidak Peduli

***Anastasia menatap ponselnya lagi, dan ia tersenyum karena ada pesan masuk dari pria itu. “Max... “[Ana, maafkan aku. Aku terlambat membalas pesan karena dua hari terakhir ini aku tidak menyentuh ponselku sama sekali. Aku percaya padamu, dan tidak akan percaya dengan gosip murahan itu. Besok kamu pulang, kan? Aku menunggumu dan jika tidak lelah, aku akan mengajakmu ke pantai lagi. Kebetulan bossku tidak ada. Aku merindukanmu.]Senyuman perlahan mengembang di wajah Anastasia. Hati yang sebelumnya penuh kegelisahan kini mulai tenang. Pesan singkat dari Max membuatnya merasa lebih lega. Ia memandangi layar ponsel, membaca pesan itu berulang kali, seolah-olah mencoba meresapi setiap kata."Max...," gumamnya lagi sambil tersenyum. Perasaan hangat menyelimuti hatinya. Setelah segala drama dan fitnah yang beredar, Max tetap berada di sisinya. Itu lebih dari cukup. Dengan perasaan yang kini jauh lebih baik, Anastasia mematikan lampu kamar hotel dan akhirnya tidur dengan perasaan yang luar
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

72. Aku Mencintaimu

***Setelah selesai mandi dan mengganti pakaian, Anastasia keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih sedikit basah. Ia berjalan menuju ruang tamu dan menemukan Maximilian berdiri di dekat jendela, memandang ke luar. Tanpa berpikir panjang, Anastasia menghampirinya dan dengan polosnya langsung memeluk pria itu dari belakang.Maximilian tertegun sesaat, tapi kemudian senyum kecil muncul di wajahnya. Hatinya menghangat. Anastasia jarang menunjukkan kasih sayang dengan cara ini, dan dia tak menyangka pelukan itu akan begitu menenangkan. Ia menutup matanya, menikmati momen tersebut, merasakan kehangatan tubuh Anastasia yang menyatu dengan dirinya."Bagaimana perasaanmu saat ini?" tanya Maximilian dengan lembut, suaranya dalam tapi penuh perhatian.Anastasia menghela napas ringan, memejamkan mata sejenak dalam pelukan itu sebelum menjawab, "Aku agak sedih... Tapi saat aku ingat ada kamu, dan orang-orang yang tulus mendukungku, perasaan itu berubah jadi bahagia."Maximilian tersenyum
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

73. Setelah Malam Pertama

"Malam ini, kau adalah milikku—sepenuhnya. Tubuhmu akan bergetar di bawah kuasaku, setiap tarikan napasmu hanyalah untukku. Serahkan dirimu tanpa ragu, dan aku akan menempatkan seluruh dunia di kakimu."-MAXIMILIAN KINGSLEY -***Pagi itu, sinar matahari yang lembut mulai merayap masuk melalui jendela kamar. Anastasia terbangun perlahan, kelopak matanya terasa berat. Saat ia mulai sadar, tubuhnya terasa pegal di setiap bagian. Ada rasa nyeri di inti tubuhnya yang jelas menandakan apa yang telah terjadi malam sebelumnya. Ia menggerakkan tubuhnya perlahan, dan wajahnya langsung memerah ketika kenangan tentang malam itu kembali memenuhi pikirannya. Semalam adalah malam pertamanya bersama Maximilian.Ia menoleh ke samping, dan di sana Maximilian sudah terjaga, menatapnya dengan senyum lembut. Tatapan pria itu begitu dalam, penuh dengan kehangatan dan perasaan yang tak terucapkan. Anastasia merasakan jantungnya berdegup lebih cepat, bukan karena rasa malu semata, tapi juga karena kesadaran
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

74. Kembalinya Wanita di Masa Lalu

***Maximilian duduk di kantornya, tangannya bergerak cekatan di atas keyboard, menyelesaikan pekerjaan terakhir untuk hari itu. Hari ini mood-nya sedang sangat bagus, mungkin yang terbaik sejak lama. Pikirannya tak henti-hentinya kembali pada malam yang baru saja ia lalui—malam di mana Anastasia akhirnya menyerahkan segalanya kepadanya. Sentuhan lembutnya, setiap desah napas yang keluar dari bibirnya, membuat Maximilian tergila-gila. Sesuatu di dalam dirinya berubah, seolah dunia yang selama ini abu-abu kini berubah menjadi penuh warna.Ia menarik napas dalam, mencoba fokus kembali pada pekerjaannya. Namun, bayangan Anastasia terus mengganggu pikirannya. Dengan senyum tipis di bibirnya, ia meraih ponselnya dan mengetik pesan pada Bryan. Pesan itu singkat, namun penuh makna:"Bocorkan kejahatan keluarga Hale. Jangan lupa, foto Leon bersama wanita beristri di klub itu. Biarkan semuanya keluar ke publik. Aku ingin mereka merasakan apa yang sudah mereka lakukan pada Anastasia. Balasan me
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

75. Itu Hanya Masa Lalu

***“Renata... ““Ah, ternyata kamu masih bisa menyebut namaku,” ucap Renata dengan senyumnya.Renata melangkah lebih dekat, sorot matanya yang mempesona seolah ingin meraih perhatian Maximilian dengan setiap gerakan. Dengan lembut, tangannya terulur, hendak memeluk pria di hadapannya. Namun, sebelum dia bisa menyentuhnya, Maximilian menggelengkan kepalanya dengan tegas dan mundur selangkah."Aku masih belum bisa sembarangan bersentuhan dengan wanita asing," ucap Maximilian datar, senyum tipis terukir di wajahnya, namun matanya tetap tajam.Renata terpaku sejenak, senyum di wajahnya perlahan memudar, tergantikan dengan keterkejutan. Namun, secepat itu juga, dia menutupi rasa terkejutnya dengan senyum samar yang nyaris seperti seringai."Ah, aku kira kau sudah sembuh, Max," Renata berkata pelan, matanya memerhatikan tiap detail dari pria di hadapannya. "Ternyata kamu masih alergi."Maximilian hanya mengangguk pelan, menjaga sikap tenang dan tertutup. "Lebih baik kita ke bawah sekarang.
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

76. Kau adalah Rumahku

***Makan malam di kediaman keluarga Kingsley selalu meriah. Gelak tawa dan percakapan dari kedua keluarga memenuhi ruang makan besar itu. Semua orang tampak menikmati suasana hangat, kecuali satu orang: Maximilian. Ia duduk di ujung meja, sesekali tersenyum, tetapi pikirannya melayang jauh. Kebisingan itu mulai membuatnya gelisah. Tanpa berkata apa-apa, ia berdiri, menyusuri ruangan dengan tenang, lalu pamit."Maaf, aku perlu istirahat sebentar," katanya kepada orang-orang di sekitarnya, termasuk ibunya, Selene, yang meliriknya dengan tatapan penuh tanya namun tidak menahannya.Renata menatapnya dengan kecewa, tapi ia tidak bisa menahannya.Maximilian berjalan melewati lorong besar rumah itu, menuju ruang perpustakaan keluarga Kingsley—tempat di mana ia bisa menenangkan pikirannya. Ia selalu merasa nyaman di sana, di antara deretan buku-buku tebal yang telah berusia puluhan tahun. Memasuki ruangan itu, ia menghela napas panjang dan membiarkan keheningan menyelimuti dirinya. Dia berdi
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

77. Percaya pada Janjimu

***Anastasia menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan perasaan campur aduk. Ia menggigit bibirnya pelan, memeriksa tanda-tanda kemerahan yang tersebar di leher dan bahunya. Jejak-jejak itu adalah bukti nyata dari semalam—Maximilian tidak pernah setengah-setengah dalam menunjukkan perasaannya. Semalam pria itu benar-benar tidak terkendali, dan sekarang, Anastasia menghela napas panjang, memikirkan bagaimana caranya menyembunyikan semua itu.Hari ini, ia punya jadwal penting ke studio rekaman, dan jejak kemerahan di lehernya sangat terlihat jelas. Musim panas di New York sedang mencapai puncaknya, dan menggunakan syal untuk menutupi leher jelas bukan pilihan. Anastasia mendesah lagi, kali ini sedikit lebih keras.Dari balik pintu kamar mandi, Maximilian keluar dengan handuk melilit pinggangnya. "Kenapa kamu terus saja bercermin, Ana?" tanyanya sambil menatap Anastasia dengan senyum di bibirnya.Anastasia menatap Maximilian dengan kesal, "Bukankah aku sudah bilang kalau hari ini
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

78. Mendapatkan Hatinya Kembali

***Anastasia melangkah keluar dari ruang rekaman dengan senyum yang tak bisa disembunyikan. Suasana di studio terasa begitu ringan setelah sesi rekaman yang berjalan sempurna. Lagu-lagunya berhasil direkam dalam satu kali take saja, sesuatu yang sangat jarang terjadi. Para staf di studio memberinya tepuk tangan dan pujian."Anastasia, luar biasa! Kamu benar-benar tampil sempurna hari ini," puji salah satu teknisi suara sambil tersenyum lebar."Terima kasih," Anastasia menjawab dengan suara ceria. Rasanya seperti beban yang besar telah terangkat dari pundaknya.Lyra, berdiri di samping Anastasia, ikut tersenyum bangga. Namun, matanya menyipit, memperhatikan sesuatu yang membuatnya heran."Eh, Ana..." Lyra tiba-tiba bicara dengan raut wajah penasaran. "Kenapa ada tanda merah di lehermu?"Sontak semua orang yang berada di studio menoleh ke arah Anastasia. Suasana yang tadinya penuh tawa mendadak senyap, dan semua mata kini tertuju pada leher Anastasia.Anastasia membelalak, tangannya se
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

79. Dia adalah Obat

***“Dia telah kembali, apa kamu baik-baik saja?” tanya Steven. “Apakah kamu sudah benar-benar melupakan semuanya? Semua kenangan masa remajamu dengannya?”Maximilian menghela napas pelan, meletakkan cangkir kopinya yang masih penuh di meja. "Aku sudah melupakan semuanya," jawabnya dengan tenang. "Kenangan masa remaja kami, perasaan yang dulu ada… semuanya sudah tak berarti lagi. Lagipula, di masa lalu, aku hanya mengagumi Renata. Itu bukan cinta , hanya kekaguman seorang pria yang beranjak dewasa. Tidak ada perasaan yang membuatku berdebar saat bersamanya."Steven menatap Maximilian dengan serius, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Namun, Maximilian tampak begitu tenang, seolah-olah semua yang dikatakannya memang tulus. Tapi Steven masih menyimpan satu pertanyaan penting."Kalau begitu," lanjut Steven pelan, "bagaimana dengan kesalahannya di masa lalu? Apakah kamu sudah memaafkannya?"Pertanyaan itu membuat Maximilian terdiam. Suasana tiba-tiba menjadi tegang, dan Steven bisa melihat
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

80. Aku Percaya padanya

***Anastasia duduk di sofa studio rekaman, matanya masih terbuka lebar. Sudah lewat tengah malam, namun ia tak bisa memejamkan mata. Meskipun tubuhnya lelah setelah seharian bekerja keras, pikirannya masih terus berputar. Ia telah memutuskan untuk tidur di studio, seperti beberapa malam sebelumnya. Lagipula, Maximilian tidak pulang ke apartemen, dan dengan demikian, tidak ada alasan baginya untuk pulang.Ia menghela napas panjang, memandang ke sekeliling studio yang sepi namun terasa akrab. Di sini, tempatnya berkarya, tempat yang memberinya pelarian dari masalah yang tak kunjung usai. Namun, malam ini, pelarian itu terasa sia-sia. Pikirannya kembali ke pertemuan dengan ayahnya, Rhett Noire, beberapa hari yang lalu. Kata-kata dingin ayahnya masih terngiang di telinganya.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di luar pintu, diikuti oleh suara pintu yang terbuka pelan. Anastasia menoleh, terkejut melihat Lyra, masih berada di perusahaan."Lyra? Kamu belum pulang?" tanya Anastasia den
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status