***Anastasia menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan perasaan campur aduk. Ia menggigit bibirnya pelan, memeriksa tanda-tanda kemerahan yang tersebar di leher dan bahunya. Jejak-jejak itu adalah bukti nyata dari semalam—Maximilian tidak pernah setengah-setengah dalam menunjukkan perasaannya. Semalam pria itu benar-benar tidak terkendali, dan sekarang, Anastasia menghela napas panjang, memikirkan bagaimana caranya menyembunyikan semua itu.Hari ini, ia punya jadwal penting ke studio rekaman, dan jejak kemerahan di lehernya sangat terlihat jelas. Musim panas di New York sedang mencapai puncaknya, dan menggunakan syal untuk menutupi leher jelas bukan pilihan. Anastasia mendesah lagi, kali ini sedikit lebih keras.Dari balik pintu kamar mandi, Maximilian keluar dengan handuk melilit pinggangnya. "Kenapa kamu terus saja bercermin, Ana?" tanyanya sambil menatap Anastasia dengan senyum di bibirnya.Anastasia menatap Maximilian dengan kesal, "Bukankah aku sudah bilang kalau hari ini
***Anastasia melangkah keluar dari ruang rekaman dengan senyum yang tak bisa disembunyikan. Suasana di studio terasa begitu ringan setelah sesi rekaman yang berjalan sempurna. Lagu-lagunya berhasil direkam dalam satu kali take saja, sesuatu yang sangat jarang terjadi. Para staf di studio memberinya tepuk tangan dan pujian."Anastasia, luar biasa! Kamu benar-benar tampil sempurna hari ini," puji salah satu teknisi suara sambil tersenyum lebar."Terima kasih," Anastasia menjawab dengan suara ceria. Rasanya seperti beban yang besar telah terangkat dari pundaknya.Lyra, berdiri di samping Anastasia, ikut tersenyum bangga. Namun, matanya menyipit, memperhatikan sesuatu yang membuatnya heran."Eh, Ana..." Lyra tiba-tiba bicara dengan raut wajah penasaran. "Kenapa ada tanda merah di lehermu?"Sontak semua orang yang berada di studio menoleh ke arah Anastasia. Suasana yang tadinya penuh tawa mendadak senyap, dan semua mata kini tertuju pada leher Anastasia.Anastasia membelalak, tangannya se
***“Dia telah kembali, apa kamu baik-baik saja?” tanya Steven. “Apakah kamu sudah benar-benar melupakan semuanya? Semua kenangan masa remajamu dengannya?”Maximilian menghela napas pelan, meletakkan cangkir kopinya yang masih penuh di meja. "Aku sudah melupakan semuanya," jawabnya dengan tenang. "Kenangan masa remaja kami, perasaan yang dulu ada… semuanya sudah tak berarti lagi. Lagipula, di masa lalu, aku hanya mengagumi Renata. Itu bukan cinta , hanya kekaguman seorang pria yang beranjak dewasa. Tidak ada perasaan yang membuatku berdebar saat bersamanya."Steven menatap Maximilian dengan serius, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Namun, Maximilian tampak begitu tenang, seolah-olah semua yang dikatakannya memang tulus. Tapi Steven masih menyimpan satu pertanyaan penting."Kalau begitu," lanjut Steven pelan, "bagaimana dengan kesalahannya di masa lalu? Apakah kamu sudah memaafkannya?"Pertanyaan itu membuat Maximilian terdiam. Suasana tiba-tiba menjadi tegang, dan Steven bisa melihat
***Anastasia duduk di sofa studio rekaman, matanya masih terbuka lebar. Sudah lewat tengah malam, namun ia tak bisa memejamkan mata. Meskipun tubuhnya lelah setelah seharian bekerja keras, pikirannya masih terus berputar. Ia telah memutuskan untuk tidur di studio, seperti beberapa malam sebelumnya. Lagipula, Maximilian tidak pulang ke apartemen, dan dengan demikian, tidak ada alasan baginya untuk pulang.Ia menghela napas panjang, memandang ke sekeliling studio yang sepi namun terasa akrab. Di sini, tempatnya berkarya, tempat yang memberinya pelarian dari masalah yang tak kunjung usai. Namun, malam ini, pelarian itu terasa sia-sia. Pikirannya kembali ke pertemuan dengan ayahnya, Rhett Noire, beberapa hari yang lalu. Kata-kata dingin ayahnya masih terngiang di telinganya.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di luar pintu, diikuti oleh suara pintu yang terbuka pelan. Anastasia menoleh, terkejut melihat Lyra, masih berada di perusahaan."Lyra? Kamu belum pulang?" tanya Anastasia den
***Anastasia sudah kembali ke apartemennya, ia duduk di tepi tempat tidurnya, menarik napas panjang saat ia memeriksa ponselnya. Jarinya menyapu layar, mencari pesan-pesan yang terlewat selama ia tertidur. Tiba-tiba, matanya terbelalak. Semalam, Maximilian mengirimkan banyak pesan, tapi ia tidak sempat membalasnya karena terlalu lelah setelah seharian bekerja keras di studio. Pesan terakhir itu singkat, namun membuatnya terkejut:"Aku akan kembali. Hubungi aku saat kau punya waktu."Jantung Anastasia berdegup lebih cepat. Max mau kembali? Ia tidak menyangka pria itu akan pulang secepat ini. Lalu, ia menekan tombol panggilan, berharap bisa berbicara dengan suaminya.Namun, setelah beberapa dering, tidak ada jawaban dari Maximilian. Anastasia menghela napas panjang, perasaan sedikit kecewa. Ia melihat jam di layar ponselnya, menyadari bahwa waktu terus berjalan dan siang ini ia harus menghadiri peluncuran perhiasan terbaru dari brand Coeur de Luxe, di mana ia menjadi brand ambassador.
***Sorotan lampu panggung menyoroti Anastasia saat ia melangkah memasuki ballroom dengan anggun. Gaun berwarna putih yang mewah membalut tubuhnya, membuat setiap mata yang melihatnya terpesona. Desain gaun itu ramping dan elegan, dengan kilauan yang berpendar mengikuti setiap gerakannya. Di lehernya, tersemat kalung berlian yang memancarkan kemewahan. Parasnya begitu sempurna, tak ada cacat yang bisa ditemukan, seolah-olah ia adalah seorang dewi yang turun dari langit malam.Setiap orang yang hadir di acara penghargaan musik malam itu tak henti-hentinya berbisik saat Anastasia berjalan menuju tempat duduknya. Mereka terkesima oleh aura bintang yang ia miliki—suara indah yang menghipnotis dunia dan kecantikan yang tak tertandingi. Anastasia tahu bahwa setiap langkahnya dipantau, setiap geraknya diperhatikan, dan ia telah terbiasa dengan itu. Meski begitu, malam ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang lebih intens dalam pandangan orang-orang terhadapnya."Astaga, dia benar-benar memukau m
***Maximilian duduk di kursi kulit mewah di dalam jet pribadinya. Angin yang berdesir pelan dari ventilasi udara pesawat menciptakan suasana tenang di dalam kabin. Sementara itu, di layar tablet yang ada di genggamannya, ia melihat video Anastasia yang baru saja menerima penghargaan Penyanyi Terbaik. Dia tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajahnya yang bersinar cerah di atas panggung.Tatapan matanya penuh perhatian saat ia mendengar kata-kata Anastasia yang penuh syukur. Dan kemudian, di akhir pidatonya, ketika Anastasia menyebutkan "suami" di depan ribuan penonton, Maximilian tersenyum tipis. Ucapan itu, satu kata yang membuat publik gempar, membuatnya merasakan kebanggaan yang tak tertahankan. Ia memutar ulang video itu lagi dan lagi, memastikan bahwa setiap kata yang keluar dari mulut Anastasia terdengar sempurna di telinganya."Suami... Ya, memang begitulah seharusnya," gumam Maximilian dengan nada pelan. Ia merapikan kerah kemejanya dan melonggarkan dasinya sedikit, merasa
***Anastasia duduk di balkon apartemennya yang menghadap langit malam yang sudah larut. Angin malam yang dingin menerpa kulitnya, namun rasa dingin itu tak sebanding dengan kekacauan yang ada di dalam hatinya. Gelas wine di tangannya hampir kosong, dan botol di meja sebelahnya sudah hampir habis. Anastasia tidak biasanya minum, apalagi wine. Ia tahu bahwa dirinya adalah peminum yang buruk, namun malam ini, ia tidak peduli. Pikirannya terlalu berantakan, dan ia hanya ingin meredam rasa sakit yang tak kunjung hilang.Ia menatap langit hitam yang kosong, hanya ada beberapa bintang yang samar-samar terlihat. Dalam keheningan malam, pikirannya terus bergulat dengan bayangan masa lalu yang terus menghantuinya. Rasa sakit, pengkhianatan, dan penghinaan seolah tidak pernah benar-benar hilang dari hidupnya. Terutama setiap kali nama ibunya disebut, luka itu terbuka lagi, seolah baru terjadi kemarin.“Mama…” gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh angin malam. Matanya mulai berkaca-kaca
***Langit cerah menaungi villa pribadi keluarga Kingsley, dihiasi dengan alunan lembut musik klasik yang mengiringi para tamu undangan menuju taman yang telah disulap menjadi tempat upacara pernikahan megah. Anastasia berdiri di balik tirai putih, mengenakan gaun pernikahan yang memukau. Gaun itu dirancang khusus oleh Celine Idzes, penuh detail renda yang elegan, dengan ekor panjang yang membuatnya tampak seperti seorang ratu.Rhett berdiri di sampingnya, mengenakan setelan jas hitam yang rapi. Tangannya menggenggam lengan Anastasia dengan lembut, matanya berkaca-kaca."Papa tidak pernah menyangka akan memiliki kesempatan ini," ucap Rhett pelan, suaranya bergetar.Anastasia menatap ayahnya dengan senyuman hangat. "Aku bahagia Papa di sini. Aku tidak bisa membayangkan orang lain yang mendampingiku selain Papa."Rhett mengangguk, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia menatap Anastasia dengan bangga. "Kamu sangat cantik hari ini, Nak. Maximilian adalah pria paling beruntung di dunia."
***Di ruang rapat eksekutif Kingsley Group, suasana mencekam. Robert Brown, pria paruh baya dengan jasnya yang kini tampak kusut, berlutut di lantai marmer hitam yang dingin. Wajahnya penuh dengan keringat dingin, sementara tangannya gemetar menahan rasa takut."Maximilian... Aku memohon padamu," ucap Robert, suaranya bergetar. "Lepaskan kami. Aku berjanji tidak akan mengusik keluarga Kingsley lagi. Aku... Aku bersumpah."Di kursi utama, Maximilian duduk dengan tenang. Sosoknya yang tegap dan aura dinginnya membuat semua yang berada di ruangan itu enggan bernapas terlalu keras. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit hitam, kedua tangan saling bertaut di depan dada. Senyum kecil muncul di bibirnya, senyum yang penuh arti dan tak memberi celah untuk harapan."Berjanji, ya?" Maximilian akhirnya berbicara, suaranya rendah namun tajam. "Paman akan bersembunyi ke luar negeri, kan? Dan itu di Sydney. Apa aku salah menebak?"Mata Robert membelalak, bibirnya terbuka tanpa suara. Tubuhnya ter
***Di kamar utama kediaman keluarga Kingsley, suasana yang awalnya tenang berubah menjadi percakapan hangat. Anastasia duduk di atas ranjang dengan wajah sedikit pucat, namun senyumnya tetap menghiasi wajahnya. Di sisinya, Maximilian terus memegang tangannya, memberikan kehangatan dan perhatian penuh.Steven sedang memeriksa kondisi Anastasia dengan stetoskop di tangannya. Wajahnya serius, namun ada senyum kecil yang tersembunyi di sana. Setelah selesai, dia berdiri dan melipat tangannya di dada sambil menatap Selene dan Shayne, kedua orang tua Maximilian."Paman, Bibi..." Steven memulai, senyumnya semakin lebar. "Sebentar lagi kalian akan menjadi grandma dan grandpa. Kediaman ini pasti akan jauh lebih ramai."Kalimat itu langsung membuat ruangan menjadi hening. Selene membuka mulutnya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Shayne, yang tadinya hanya duduk diam, langsung menegakkan tubuhnya. Namun, reaksi yang paling mencolok datang dari Maximilian."Apa yang kau
***Malam itu, berita tentang Anastasia yang secara resmi diakui sebagai menantu keluarga Kingsley mengguncang dunia. Para undangan di acara resmi keluarga Kingsley tercengang. Kilatan kamera memenuhi ruangan saat Maximilian dengan tenang berdiri di samping Anastasia, memperkenalkannya sebagai istri dan menantu keluarga Kingsley.Di berbagai media sosial, foto-foto mesra keduanya mulai beredar luas. Foto-foto itu menangkap momen romantis Maximilian dan Anastasia, memperlihatkan bagaimana pria itu menggenggam erat tangan istrinya, seolah tak ingin ada yang mengganggunya. Ada foto ketika Maximilian menatap Anastasia penuh kelembutan, sebuah pemandangan yang membuat publik terkagum-kagum.Di sebuah akun penggemar, seorang netizen menulis, “Siapa yang sangka Anastasia menikah dengan Maximilian Kingsley? Mereka terlihat sempurna bersama!”Komentar-komentar positif membanjiri setiap unggahan tentang mereka, memuji betapa serasi pasangan ini. Netizen tak henti-hentinya membicarakan betapa be
***Wajah Renata terlihat pucat dengan air mata yang mengalir di pipinya. Di tengah pesta ulang tahun Kingsley Group yang mewah, kegaduhan ini menarik perhatian para tamu. Robert, ayahnya, menghampiri Renata dengan wajah penuh kekhawatiran. Dia menunduk, membangunkan putrinya dengan lembut."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Robert dengan suara cemas.Renata mengangguk lemah, terisak dengan air mata yang mengalir semakin deras. Pemandangan putrinya yang terlihat tersakiti itu membuat Robert memalingkan tatapan marah ke arah Anastasia, yang berdiri tidak jauh dari mereka. Semua tamu mulai berbisik-bisik, seolah mereka setuju dengan kebencian yang tampak di mata Robert.Dengan nada dingin dan tajam, Robert menatap Anastasia penuh hinaan. "Kenapa ada wanita rendahan sepertimu di sini?" katanya, suaranya dipenuhi kemarahan yang tak tersembunyi. "Bagaimana kau bisa datang ke pesta ini? Apa kau merayu seseorang dengan tubuhmu agar bisa datang ke acara sebesar ini?"Tawa merendahkan lan
***Lampu-lampu kristal di ballroom megah Kingsley Tower berpendar, menciptakan kilauan indah di setiap sudut ruangan. Para tamu undangan yang mengenakan busana glamor berkumpul, menikmati pesta ulang tahun perusahaan Kingsley Group yang ke-75. Namun, malam ini, bukan hanya perayaan yang menjadi pusat perhatian—rumor tentang penerus Kingsley Group yang akan diumumkan secara resmi malam ini telah menjadi buah bibir semua orang. Apalagi sang penerus itu selalu menjadi rahasia karena keberadaannya sangat misterius, bahkan tidak ada media satupun yang mengetahui dimana keberadaan sang pewaris ituDi tengah dentingan gelas-gelas wine dan alunan musik jazz, suara pembawa acara menggema, memecah keheningan ballroom."Ladies and gentlemen, mari kita sambut penerus Kingsley Group, Maximilian Kingsley!"Begitu nama itu disebutkan, sorak-sorai kecil terdengar dari para tamu, dan kamera-kamera media langsung diarahkan ke panggung. Seorang pria berpostur tinggi, berbalut setelan jas hitam sempurna
***Suara benda-benda pecah bergema di dalam kamar Renata. Vas, cermin kecil, bahkan bingkai foto dilempar begitu saja hingga hancur berserakan di lantai. Wajah Renata memerah penuh amarah, napasnya memburu, dan matanya penuh kebencian. Kegagalan rencananya untuk menculik Anastasia benar-benar membuatnya berang."Mereka tak becus!" teriak Renata sambil menendang sisa-sisa kaca di lantai. "Sialan! Orang rendah macam itu berani menolak uangku?" Suaranya menggema dengan kemarahan yang seolah tak kunjung reda.Di tengah-tengah kekesalannya, ia meraih laci meja riasnya dengan kasar, membuka sebuah kotak kecil dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi pil berwarna putih. Renata menatap obat itu dengan tatapan yang penuh tekad."Kalau aku tidak bisa menculiknya, maka aku akan melakukan cara lain," gumamnya sambil menyeringai tipis. "Aku akan tidur dengan Max... dan dengan ini," ia mengangkat pil itu, "aku akan menjadi istrinya."Namun, sebelum Renata bisa melanjutkan monolognya, pintu kamar
***Rhett duduk di sebuah kafe mewah di sudut kota, menatap kosong ke arah cangkir kopi yang ada di depannya. Hatinya bergejolak, tak tenang, seakan ada beban yang tak bisa ia lepaskan dari pundaknya. Hari ini, ia akan bertemu dengan pria yang berhasil merebut hati putrinya—Maximilian Kingsley, seorang pria yang terkenal dingin namun disegani banyak orang.Suara langkah tegas terdengar mendekat, dan Rhett mendongak. Di depannya berdiri seorang pria tinggi dengan tatapan tenang namun tajam. Itu Maximilian, pria yang telah menjadi suami Anastasia. Rhett berdiri, menyambut Maximilian dengan anggukan kepala yang sopan.“Tuan Rhett,” Maximilian memulai, suaranya rendah namun penuh wibawa. Ia mengulurkan tangan. “Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda.”Rhett menyambut uluran tangan itu. “Begitu juga dengan saya, Tuan muda Kingsley.” Ia mencoba tersenyum, walau hatinya diliputi perasaan campur aduk.Maximilian duduk di hadapannya, matanya lurus menatap Rhett. Meskipun banyak yang mengenal
***Anastasia menggenggam dokumen yang diberikan Maximilian dengan tangan gemetar. Hatinya terasa berat, bercampur amarah dan rasa sakit. Mata Anastasia memburam, air mata perlahan mengalir tanpa bisa ia bendung lagi."Kakek dan nenekku sendiri… Mereka yang menyebabkan kecelakaan itu? Kenapa… kenapa mereka tega?" ucapnya terisak, suaranya pecah di tengah kalimat. "Pantas saja… Saat aku datang ke keluarga Noire, mereka semua membenciku. Apalagi Kakek dan Nenek… Sejak awal, keadaanku dianggap tak terlihat. Bahkan aku selalu dikucilkan.”Maximilian hanya bisa menghela napas panjang, tatapannya penuh keprihatinan. "Ana… Semua ini karena ayahmu. Ayahmu memutuskan menikah dengan Aria dengan syarat bahwa kamu bisa diterima dalam keluarga Noire," jawabnya pelan.Anastasia mengernyitkan kening, seolah tak percaya pada apa yang ia dengar. "Papa? Tapi kenapa Papa begitu ingin aku masuk ke dalam keluarga Noire? Bukankah dia selalu menunjukkan kalau dia membenciku? Selalu dingin dan acuh bahkan di