Home / Pernikahan / Mari Bercerai, Paman Kai! / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Mari Bercerai, Paman Kai!: Chapter 81 - Chapter 90

151 Chapters

Bab 81.

Lukas berdiri di depan meja concierge, raut wajahnya serius. "Masih ada nggak wanita itu, Lana, yang suka datang ke sini?" tanyanya singkat, suaranya nyaris berbisik.Petugas concierge menggeleng sopan. "Sepertinya sudah hampir seminggu nggak kesini, Pak Lukas."Lukas hanya mengangguk pelan, wajahnya tak menunjukkan emosi apa pun. Namun, sebelum ia sempat berbalik meninggalkan meja, sebuah suara menyapanya dari belakang.“Lukas,” panggil Ruby dengan nada tegas. “Kenapa kamu mencari wanita bernama Lana itu?”Lukas terdiam sejenak, lalu memilih membungkam dan berjalan pergi begitu saja, meninggalkan Ruby yang masih berdiri dengan tatapan penuh tanda tanya.Ruby tidak tinggal diam. Melihat keponakannya yang tampak tergesa dan mencurigakan, ia mengikuti Lukas dari belakang. Langkah kakinya ringan, namun sorot matanya penuh tekad. "Lukas," panggil Ruby sekali lagi, kini lebih keras, suaranya menggema di koridor. Lukas berhenti. Bahunya mengencang, tapi ia tak langsung menoleh. "Apa ur
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 82.

Kai melangkah masuk ke ruangannya, dan pandangannya langsung tertuju pada sosok Sera yang duduk di sofa. Wanita dengan perut membuncit itu tenggelam dalam majalah yang memamerkan koleksi terbaru oleh grup Adnan. Dress bermotif bunga yang dikenakan Sera memancarkan kesan anggun yang memikat, membuat Kai berhenti sejenak di pintu, sekadar menikmati pemandangan itu. Ia tersenyum kecil, suasana hatinya yang sebelumnya penuh amarah berubah seketika. "Sayang," panggil Kai dengan suara lembut, nyaris seperti bisikan. Sera menoleh perlahan, kedua alisnya terangkat sedikit karena terkejut. Panggilan itu bukan sesuatu yang biasa keluar dari mulut suaminya, apalagi dengan nada seperti itu. "Sayang?" ulangnya dengan nada aneh, tapi rona merah tipis mulai terlihat di pipinya. Kai mendekat, duduk di tepi sofa di hadapannya, membuat jarak mereka hanya beberapa inci. Ia mengulurkan tangan dan menyentuh lembut jemari Sera yang masih memegang majalah. "Kamu cantik banget pakai dress ini," ucapn
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 83.

Lukas duduk di ujung bar, jari-jarinya mengetuk gelas whiskey yang hampir kosong. Matanya menatap lurus ke depan, fokusnya mengabur dalam keremangan ruangan. Lampu-lampu neon berwarna redup memantulkan bayangannya yang suram di permukaan meja kaca. Ia menarik napas panjang, kepalanya terasa berat. Akhir-akhir ini, hanya di tempat seperti inilah ia merasa sedikit tenang atau mungkin lebih tepatnya, menikmati perayaan mati rasa atas cintanya yang mungkin tidak bisa tumbuh untuk orang lain. Gelas kedua di depannya sudah lama habis, tapi ia belum memanggil bartender untuk mengisinya lagi. "Sera..." gumamnya pelan, hampir tak terdengar. Hanya satu nama itu yang terus menghantui pikirannya. Dia punya segalanya. Uang, kekuasaan, dan nama besar keluarga Adnan-Candra. Tapi apa artinya semua itu kalau satu hal yang paling diinginkannya justru terasa mustahil digapai? Lukas mengepalkan tangan, rasa frustrasi dan kekosongan semakin dalam mencengkeram hatinya. Dia tahu, memikirkan Sera te
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 84.

Entah bagaimana awalnya, Lukas dan Elli kini sudah berada di sebuah kamar junior suite yang mewah. Ia yang awalnya hanya ingin mencari tahu tentang topik pembicaraan yang mencatut nama Sera itu, saat ini malah terjebak di kamar mewah.Mati-matian Lukas berusaha untuk menahan dirinya, tetapi Elli terus menyerangnya. Lukas membiarkannya dan mulai mengikuti permainan Elli. Hingga Lukas akhirnya terus membalas kecupan singkat Elli, bahkan kini tangan Lukas sudah mengungkung pergerakan Elli di dinding. Lukas tidak menampik wajah Elli dan Sera yang hampir mirip. Kini Lukas malah dengan kurang ajar memposisikan Elli seolah adalah Sera dan membayangkan kini sedang mencumbuinya.Rasa kehilangan Sera dan alkohol yang ia minum berhasil memperdaya tubuh Lukas.Tak lama, tangan nakal Elli sudah membuka kemeja kerja Lukas. Dada bidang pria itu kini terbuka tepat di depan mata Elli. Wanita itu tampak sudah ahli, tanpa dikomando pun Elli segera mengecup dada bidang Lukas.Lukas tidak tahan lagi,
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 85.

Kai dan Sera duduk di bangku taman dengan es krim di tangan. Angin sepoi-sepoi menemani mereka, sementara Sera tampak menikmati setiap suapan dari wadah es krimnya yang berisi tiga scoop es krim rasa mangga, kelapa, dan cokelat. Wanita hamil itu sejak pagi sudah bersiap-siap untuk momen kecil ini, keinginan makannya benar-benar tak bisa ditunda. Kai tersenyum melihat wajah Sera yang berseri-seri sambil menjilat es krimnya. “Kamu suka?” tanyanya lembut, sambil memandang Sera penuh perhatian. Sera mengangguk antusias. “Suka banget, Mas. Ini bener-bener bikin aku keinget waktu SMA.” “Kenapa memangnya?” tanya Kai penasaran. Sera tersenyum kecil sambil memainkan sendok plastiknya. “Dulu aku sering banget makan es krim kayak gini. Aku sama temen-temenku suka keluyuran, mampir ke kedai es krim, terus ngobrol sampai lupa waktu.” Kai tertawa kecil. “Kedengarannya seru. Siapatemenmu?” Sera mendadak meringis. Ada sesuatu di wajahnya yang sulit diterjemahkan, seolah-olah kenangan itu
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 86.

Sera melangkah tergesa-gesa di lorong rumah sakit, sepatu flat-nya beradu lembut dengan lantai keramik dingin. Bau antiseptik yang tajam menyeruak, membanjiri indranya dan mengingatkan bahwa ia sedang berada di tempat yang selalu ia hindari. Setiap langkahnya terasa berat, seolah membawa beban yang tak terlihat di pundaknya.Ketika ia mendorong pintu kamar rawat inap itu, pandangannya langsung tertuju pada Mamanya. Wanita itu duduk sendirian di sofa kecil di sudut ruangan, tubuhnya membungkuk sedikit ke depan, kedua tangan saling menggenggam di pangkuannya. Wajahnya terlihat lelah, dengan lingkaran gelap di bawah matanya, tapi tidak ada air mata yang mengalir. Tidak ada tangisan histeris yang Sera bayangkan sebelumnya.“Mama...” Sera memanggil pelan, suaranya bergetar, seperti anak kecil yang memohon perlindungan.Fara tersentak kecil, menoleh ke arah putrinya. Tatapannya melembut saat melihat Sera, tapi senyum yang biasanya hangat kini terasa hambar, hampir kosong.Sera berjalan me
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 87.

Sera melangkah pelan ke sisi ranjang ayahnya. Matanya menyapu wajah Dani yang pucat, nyaris tanpa ekspresi. Hanya suara mesin monitor yang terus berdetak pelan menandakan bahwa hidupnya masih bertahan. Dengan gemetar, ia duduk di kursi di samping ranjang dan menggenggam tangan ayahnya yang dingin dan lemah."Papa..." bisik Sera, suaranya hampir tak terdengar. Ia menarik napas dalam, mencoba menahan getar di dadanya. "Sera di sini, Pa. Papa nggak perlu khawatir lagi. AMas Kai bisa di andalkan. Terakhir kali Papa dan Mas Kai bersama memang gak mengenakkan. Tapi, Pa. Aku yakin sekarang.. Mas Kai bisa jaga aku."Air matanya jatuh, tapi ia tetap berusaha tersenyum. Dengan lembut, ia memindahkan tangan Dani yang lemas ke atas perutnya yang mulai membulat. Seolah mendengar panggilan itu, bayi yang ada di dalamnya bergerak, memberi tendangan kecil yang mengejutkan Sera."Papa... ini cucu Papa," lanjutnya, suaranya bergetar. "Papa kerasa, gak? Dia nyapa Papa. Dia kayaknya mau bilang Eyang, i
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 88.

Para pelayat mulai berdatangan, memenuhi ruang duka dengan suasana yang tenang namun sarat kesedihan. Aroma bunga melati dan krisan memenuhi udara, bercampur dengan keheningan yang terasa berat. Beberapa pelayat berbisik, sementara yang lain hanya menunduk dalam doa, memberi penghormatan terakhir kepada Dani. Fara duduk di kursi dekat jasad suaminya yang terbaring tenang di dalam peti. Wajahnya tak menyiratkan kesedihan yang berlebihan, namun ada duka mendalam yang terpancar dari caranya mengusap lembut pipi Dani dan membelai alis tebal pria itu. Gestur kecil penuh kenangan yang hanya dimengerti oleh hati seorang istri. Sesekali, air matanya jatuh, namun Fara tak pernah meratap. Ia hanya menghela napas panjang, berusaha menerima kenyataan bahwa pria yang telah menemaninya lebih dari separuh hidup kini telah pergi. “Istirahatlah, Dan,” bisiknya lirih, lebih kepada dirinya sendiri. Di sisi lain ruangan, Sera duduk bersandar di bahu Kai. Sesekali, ia menutup wajah dengan tangannya
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 89.

Setelah pemakaman selesai, suasana perlahan mulai lengang. Para pelayat telah kembali ke kehidupan masing-masing, menyisakan keheningan yang terasa begitu mencekam.Hanya Kai dan Fara yang masih berdiri di dekat makam Dani, memandangi tanah basah yang kini menjadi tempat peristirahatan terakhirnya.Udara sore terasa berat, seolah-olah ikut meresapi kesedihan yang menggantung di antara mereka. Kai menarik napas panjang, mencoba mencari kekuatan untuk memecah kesunyian. Ia menoleh ke arah Fara, yang sejak tadi hanya diam menatap batu nisan suaminya.“Ma…” Kai memanggil lembut, suaranya rendah tapi penuh perhatian. “Sudah sore. Yuk, kita pulang.”Fara tidak langsung menjawab. Tatapannya tetap tertuju pada makam, seakan enggan meninggalkan tempat itu. Namun setelah beberapa detik, ia mengangguk pelan. “Mari kita pulang.”Kai melangkah pelan di sampingnya, berjalan menyusuri jalur pemakaman yang sunyi. Sesekali ia melirik Fara, mencoba membaca apa yang tengah dirasakan wanita itu. Meski
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 90.

Kai tengah menyesap kopinya saat ia mengingat kejadian siang tadi di rumah Sera.Rumah keluarga Sera penuh sesak siang itu. Suara percakapan dan langkah-langkah kecil para tamu bergema di setiap sudut. Kehadiran keluarga besar Haryadi membuat suasana semakin ramai, menambah kesan megah pada rumah yang sudah besar itu.Di antara keramaian itu, Lukas berdiri agak di sudut, sedikit menjauh dari hiruk-pikuk. Matanya memindai sekeliling, mencari wajah-wajah yang familiar. Ia tidak menyapa siapa pun, bahkan Sera, seseorang yang pernah mengisi ruang penting di hidupnya.Begitu pandangannya menemukan Sera, ia melihat wanita itu tersedu di pelukan Kai. Lukas mendadak berhenti bergerak. Pemandangan itu, dulu, pasti akan menciptakan rasa tak nyaman yang menyayat hatinya. Tapi kali ini, tidak. Ada sesuatu yang lain yang menarik perhatiannya.Di dekat jendela besar ruang tamu, berdiri seorang wanita. Elli. Wajahnya menghadap keluar, tapi tubuhnya kaku, seolah sedang menanggung beban yang berat.
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status