Home / Pernikahan / Mari Bercerai, Paman Kai! / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Mari Bercerai, Paman Kai!: Chapter 61 - Chapter 70

151 Chapters

Bab 61.

Setelah percakapan tegang itu berakhir, Sera akhirnya tertidur lebih dulu setelah Kai berhasil menghujami Sera dengan banyak ciuman dan tanda cinta di lehernya.Kai, yang masih gelisah, terbaring di sampingnya dengan pikiran yang masih kusut. Semua masih terasa mengganjal, terutama bagaimana Sera bisa mendapatkan foto-foto dirinya bersama Lana. Dengan perlahan agar tidak membangunkan Sera, Kai mengambil ponsel istrinya yang tergeletak di meja samping tempat tidur. Saat membuka layar, pandangannya langsung tertuju pada daftar pesan terbaru—dan di situ, ia menemukan nama Lukas.Kai mengetuk obrolan itu dan melihat pesan terakhir dari Lukas yang berisi foto-foto pertemuannya dengan Lana, lengkap dengan pesan yang seolah memperingatkan Sera. Darah Kai mendidih seketika. "Jadi Lukas biang keroknya?" gumamnya dengan suara yang tertahan agar tidak membangunkan istrinya. Rasanya ia ingin segera menemui keponakannya malam itu juga, tetapi ia sendiri sudah kelelahan.Kai mengembalikan ponsel
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bab 62.

Sera melangkah keluar dari ruangan Kai dengan langkah cepat, amarah masih membara di hatinya. Setelah percakapan dengan Raras yang menyinggungnya beberapa waktu lalu, pikirannya belum sepenuhnya tenang. Ia berjalan menuju lobi, berharap udara segar atau mungkin sepotong kue manis bisa sedikit mengalihkan rasa kesalnya.Namun, pandangannya tiba-tiba terhenti saat melihat sosok Lana di sudut lobi, duduk sendirian sambil memainkan ponselnya. Lana tampak begitu santai dan anggun, dengan senyum kecil yang mengembang di wajahnya seolah tanpa beban. Melihat wanita itu membuat amarah Sera seakan membara lagi, teringat akan masalah-masalah yang belakangan ini muncul karena nama Lana yang terus mengusik pikirannya.Sera berdecak sebal, “satu selesai, satu lagi datang. Nak, Mama kesal!” Adu Sera pada buah hatinya yang kini membuat efek tegang di rahimnya.Alih-alih mendekati Lana, Sera hanya memandanginya dari kejauhan. Dengan sikap dingin, ia memesan cokelat dingin dan sepotong kue dari bari
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bab 63.

Sera menggenggam tangan Kai semakin erat, merasakan ketegangan yang mencekam di ruang rapat itu. Ia memandang suaminya dengan campuran rasa bingun dan tak percaya, sementara Kai menatap Lana dengan tatapan dingin seolah siap untuk membunuh.“Jangan membodohiku, Lana!” ujar Kai, suaranya rendah namun penuh ancaman. “Aku tahu pasti, aku tidak pernah menyentuhmu. Jangan berpikir kamu bisa memutarbalikkan fakta di hadapanku.”Lana mengangkat alisnya, tersenyum tipis yang terlihat sinis. “Kai, kamu sungguh yakin?” tanyanya, dengan nada suara lembut namun tajam. “Ingat malam itu, ketika kamu mabuk di acara perusahaan? Kamu mungkin sudah lupa, tapi aku tidak. Kamu bilang padaku betapa stresnya kamu, betapa kamu merasa dipojokkan oleh tekanan pekerjaan dan… Sera.” Lana melirik sekilas ke arah Sera, seolah ingin menambahkan lebih banyak luka.Kai mendengus, merasa amarahnya hampir tak terkendali. “Lana, jangan coba-coba gunakan itu sebagai alasan. Aku memang mabuk, tapi aku tahu betul batasank
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bab 64.

Kai hanya bisa menatap punggung Sera yang bergerak dalam kesunyian, melakukan semua hal tanpa sepatah kata. Tidak ada suara perdebatan atau amarah. Kai merasa hampa, seperti ada kekosongan yang tidak bisa ia isi tanpa kehadiran Sera.Pagi itu, ia berharap setidaknya bisa memeluk istrinya—meminta pengertian, meski hanya dengan isyarat tanpa kata. Namun, saat ia mendekati Sera dan hendak menyentuhnya, wanita itu menjauh, menjaga jarak, lalu dengan suara yang nyaris berbisik, berkata, “Aku mau pulang ke rumah Mama untuk sementara.”Kalimat itu menghantam Kai. Dia tahu situasi ini sulit untuk Sera, tetapi melihat wanita yang dicintainya lebih memilih pergi meninggalkannya, bahkan tanpa berdebat, membuat dadanya terasa berat. Kai terdiam sejenak, tenggelam dalam pikiran. Janjinya kepada Fara, ibu mertuanya, terngiang kembali di benaknya.“Mama maafkan kali ini, Kai. Tapi jika suatu hari nanti Sera memutuskan untuk meninggalkanmu, Mama tidak akan ragu membawanya pergi. Mungkin hidupnya ti
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bab 65.

Banyu memasukkan flash drive ke laptop dengan ekspresi serius, lalu memutar rekaman CCTV di layar. Rekaman itu menunjukkan Kai keluar dan masuk apartemen setiap hari dengan waktu yang tidak menentu, meskipun tampak seperti rutinitas biasa. Banyu menatap rekaman itu sejenak, kemudian menghela napas dan mengalihkan pandangannya kepada Kai.“Kai. Ini rekaman yang gue dapet,” kata Banyu, menunjuk layar laptop di depannya. “Lo gak bakal lolos dengan bukti ini doang. Lo pulang, oke. Tapi apa buktinya lo gak ngelakuin apa-apa di luar?”Kai menghela napas panjang, tubuhnya terjatuh lemas di sofa. “Iya, Bang. Gue tahu. Rekaman ini gak bisa buktiin apa-apa. Tapi kalau Lana mulai ngarang waktu, ini bisa bantu gue—setidaknya sedikit.”Banyu menutup laptopnya dengan bunyi klik pelan. Pandangannya tajam, tapi tak terbaca. “Kai, sekarang tes DNA bisa dilakuin mulai tujuh minggu pakai darah ibunya. Gue yakin itu lebih berguna dari rekaman ini.”Kai mengangguk perlahan. “Nanti gue udah jadwalin. Dokt
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 66.

Kai dan Sera berdiri di depan klinik. Langit mendung semakin gelap, seolah mencerminkan suasana hati mereka. Lana sudah pergi lebih dulu dengan ekspresi puas yang menghantui Kai.“Ra,” Kai membuka suara pelan, memandangi istrinya yang menatap kosong ke depan. “Aku tau ini berat buat kamu, tapi... aku butuh kamu percaya sama aku.”Sera mendengus kecil, menoleh padanya. Matanya berkaca-kaca, tapi ada dingin yang menusuk di balik tatapannya. “Percaya?” katanya dengan nada rendah. “Mas, kamu tau gimana aku nggak bisa tidur beberapa hari ini mikirin Lana, dan sekarang dia bilang usia kandungannya cocok sama waktu kamu ada di New York? Gimana aku bisa percaya? Dari mana aku harus punya rasa percaya diri untuk membela kamu?”Kai mendekat, berusaha menggenggam tangan Sera, tapi dia menghindar. “Ra, tolong dengar aku. aku nggak inget ada hal yang terjadi di antara aku dan Lana. Malam itu, aku cuma kerja, lalu pulang. Kalau pun ada yang Lana bilang... aku nggak sadar, Ser. aku nggak akan perna
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 67.

Sinar matahari pagi menerangi ruang tamu rumah megah keluarga Adnan. Sera duduk di hadapan ibu mertuanya, mengenakan pakaian kasual tapi tetap anggun dengan perut yang tampak menyembul. Di tangannya, secangkir teh hangat yang baru saja disuguhkan oleh seorang pelayan. Diani, yang duduk di seberangnya, tersenyum hangat. “Kamu kelihatan lebih lelah dari biasanya, Nak. Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?” Sera menundukkan pandangannya, mencoba menyembunyikan kekalutan di hatinya. Namun, senyum tipis tetap ia paksakan. “Tidak apa-apa, Bu. Cuma... Mama baru sembuh, dan aku merasa harus lebih sering menghabiskan waktu sama Mama.” Diani mengangguk pelan, menyandarkan tubuhnya di sofa. “Jadi, kamu mau ke rumah Mamamu?”“Ibu pasti, bakal kangen. Rumah ini akan lebih sepi gak ada kamu dan Kai.”Pernyataan Ibunya membuat Sera terdiam, ia tidak mungkin bilang bahwa ia akan pulang sendiri.“Sera, Ibu pasti kangen banget sama kamu. Berapa lama rencananya kamu di sana?”Sera mengangkat wajahny
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 68.

Matahari pagi menerobos masuk melalui jendela besar ruang makan. Meja makan yang elegan telah diisi dengan berbagai hidangan, tetapi suasana di sana jauh dari hangat. Sera duduk di kursinya, menyendok bubur pelan sambil sesekali menghela nafas. Sementara itu, Elli, kakaknya yang baru datang dari lantai atas, langsung duduk dengan tatapan tajam ke arah Sera. Rambutnya masih basah, tampaknya baru selesai mandi, tapi sikapnya sama dinginnya seperti biasanya. “Jadi, Lo balik ke rumah ini? Sendirian?” Elli membuka percakapan dengan nada sindiran yang menusuk. Ia tidak menunggu balasan Sera, langsung melanjutkan, “Lo mau apa lagi?”Sera meletakkan sendoknya perlahan, mencoba menjaga ketenangan. Ia tahu Elli selalu memiliki rasa tidak suka padanya, meski ia sendiri tidak pernah mengerti alasannya. “Aku cuma mau nemenin Mama. Itu aja,” jawab Sera lembut, berusaha tidak memancing amarah. Elli mendengus. “Nemenin Mama? Atau Lo cuma mau memastikan kalau Lo bakalan dapat bagian dari wari
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 69.

Kai baru saja memasuki rumah sakit ketika ponselnya bergetar. Nama Sera tertera di layar. Ia mengangkat panggilan itu dengan cepat.“Aku udah di rumah sakit,” kata Kai langsung. “Kamu di mana?”Suara Sera terdengar pelan. “Aku masih di jalan dengan Mama. Mas, tolong masuk dulu. Katanya Papa terus manggil nama kamu. Aku gak tahu gimana ceritanya, padahal Papa kemarin masih koma kata Mama dan bahkan gak bisa respon kami semua. Mas pasti tau kan? Kayaknya Papa mau ngomong sesuatu sama, Mas.”Kai mengangguk meskipun tahu Sera tak bisa melihatnya. “Aku masuk sekarang.”Setelah memutus sambungan telepon, Kai langsung menuju ruang ICU. Seorang perawat mengantarnya masuk setelah dokter mengizinkan.Dani terbaring di ranjang, wajahnya terlihat sangat lemah. Matanya terbuka sedikit saat mendengar suara langkah Kai mendekat.“Kai...” suara Dani serak, hampir tidak terdengar.Pria itu terkejut. Papa mertuanya yang hampir tiga bulan ini dinyatakan koma kini bisa membuka matanya bahkan memanggil na
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 70.

Kai menghentikan mobil di depan rumah mertuanya, sebuah rumah besar dengan taman kecil yang terlihat rapi meski sudah malam. Lampu teras menyala redup, menyinari pintu utama yang tertutup rapat. Ia melirik ke samping, ke arah Sera yang sejak tadi diam, menatap keluar jendela tanpa sepatah kata pun.“Ra,” panggil Kai pelan.Sera menoleh, tapi hanya sesaat. Ekspresinya sudah kembali dingin, berbeda jauh dari wajah rapuh yang tadi ia tunjukkan di rumah sakit. “Aku bisa masuk sendiri. Kamu nggak perlu turun,” ucapnya singkat.Sera membuka pintu mobil, tanpa menunggu Kai. Dengan cepat, ia keluar, langkahnya tegas menuju pintu rumah.Kai menghela napas panjang, mencoba menahan emosi yang berkecamuk di dadanya. Ketegangan yang terasa sejak di rumah sakit masih menyelimuti, dan kini semakin berat dengan sikap dingin Sera.“Sera,” panggil Kai, suaranya dalam.Sera yang sedang membuka pintu rumah menghentikan gerakannya, tapi tidak menoleh. “Apa lagi?” tanyanya tanpa ekspresi.Kai melangkah men
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status