Home / Pernikahan / Mari Bercerai, Paman Kai! / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Mari Bercerai, Paman Kai!: Chapter 41 - Chapter 50

148 Chapters

Bab 41.

“Ra, Aku gak nyangka… Ahh.. ternyata gak enak sok sopan di depan anak yang emang gak bisa di andelin,” ucap Elli dengan tawa sinis. “Gue kecewa banget, Ra!”“Maksud Kakak apa?” ucap Sera tak suka. Dalam keluarganya, aku dan kamu adalah bahasa untuk menghormati satu sama lain. Tapi, Sera tahu bahwa Elli sebenarnya tak suka menggunakan bahasa lembut itu.“Lo– apa lagi yang Lo lakuin sampe Mama dan Papa jadi gini?” ucap Elli dengan nada menggebu.Sera kesal, matanya menatap tak suka dan bibirnya sudah bergetar. “Kak, emang Kakak pikir mau ada di posisi ini? Dari pada nyalahin aku aja, Kakak kemana? Gak usah sok perhatian dengan datang dan marah-marah kayak gini, Kak!”“Gue? Lo tanya Gue ngapain? Menurut Lo Gue di luar negeri nganggur, Ra. Gue di sana kerja, Ra! Gue mau buktiin sama semua keluarga kita kalau Mama sama Papa itu gak gagal didik kita. Gue mau mereka percaya kalau kita juga bisa ngurus bisnis keluarga dan kita bisa di banggain. Tapi Lo? Lo ngapain, Ra?”Sera menganga tak perc
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 42.

Enam Tahun yang lalu, Seraphina Estella, gadis itu mendesah kesal saat nilai ulangannya tak memenuhi ekspektasi. Lagi, lagi, angka yang ditulis dengan pena berwarna merah, menunjukkan angka yang rendah di matanya. Tujuh puluh seolah menjadi nilai yang pantas untuk menghargai hasil usaha Sera."Dari kemarin Gue dapet nilai segini. Apa itu artinya belajar bukan keahlian Gue," keluh Sera seraya mendesah kesal. “Terus apa, dong, keahlian Gue?!”Sera mengacak-acak rambutnya. Ia tak peduli dengan sekitar yang mungkin memperhatikan kegilaan Sera akibat mendapatkan nilai yang tidak memuaskan hatinya.“Gila Gue lama-lama. Nilai segini kalau diinput di ijazah Gue, cuma buang-buang kertas!”Sera hampir merobek kertas hasil ujiannya. Ia mati-matian menahan agar tak mengucek kertas putih yang sudah berisi coretan-coretan berupa jawaban dari soal yang ternyata tak memiliki nilai yang berarti.“Perasaan Gue udah baca doa sebelum buka kertas ini. Masa, takdir Gue mendapatkan nilai yang gak enak dili
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 43.

Sera menatap Kai, suaminya, yang tampak kacau dengan napas terengah-engah. Peluh sebesar biji jagung mengalir di dahinya, membuat Sera heran.“Mas, bukannya tadi bilang mau datang lebih sore?” tanya Sera, segera bangkit dari tempat duduknya.Kai menggenggam tangannya erat. “Aku mau ketemu Mama dan Papa sekarang. Tolong antar aku,” katanya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada sesuatu di matanya yang terasa asing bagi Sera.Tanpa banyak bicara, Sera mengangguk dan membawanya menuju kamar VVIP tempat orang tuanya dirawat, hanya beberapa langkah dari ruang tunggu itu. Sepanjang perjalanan, keheningan terasa begitu tebal. Tak ada yang memulai percakapan. Sera masih terngiang ucapan Elli, kakaknya, dan pandangan teman-temannya yang menghakimi. Kai di sampingnya juga tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, wajahnya tegang, telapak tangannya berkeringat.Ketika mereka sampai di depan kamar orang tua Sera, langkah mereka terhenti mendengar suara Elli yang samar dari dalam.“Mama nggak
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 44.

Sera melirik sekilas ke layar ponsel Kai yang berdering, dan di sana tertera nama “Lana.” Nama itu menyayat hatinya, menambah luka di tengah perasaan yang sudah hancur berkeping-keping. Kali ini, perasaan Sera benar-benar goyah. Ia menatap Kai dalam-dalam, berharap menemukan jawaban di sana.Kai memandangi layar ponselnya dengan ekspresi lelah. Tanpa menoleh ke arah Sera, ia mendesah pelan dan menekan tombol “diamkan.” Namun bagi Sera, sikap itu bukanlah jawaban.Dering ponsel tadi seakan menjadi pengingat pahit bahwa ada orang lain yang masih siap menerima suaminya, bahkan ketika dirinya sendiri merasa tak utuh. “Sebenarnya ada apa, Mas? Kenapa kamu tiba-tiba datang seolah terburu-buru? Dan kenapa kamu membatalkan niatmu untuk ketemu Mama dan Papa? Sekarang kamu malah membawa aku dan ngomong semua omong kosong itu?”Kai menghela nafas berat. “Aku gak bisa ketemu keluarga kamu, Ra. Aku masih dalam kondisi lelah dan aku takut terbawa emosi mendengar kata-kata Kakakmu. Aku–” Kai mengg
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 45.

Lila terkejut ketika melihat Lana berada di depan pintu rumahnya.“Lana? Kamu kapan datang?”Lana tersenyum tipis, “ini kejutan.”“Masuklah,” ucap Lila yang segera membuka lebar pintu rumahnya. Wanita itu tahu, bahwa Lana akan datang. Tapi Lila jelas tak tahu bahwa hari ini sahabat lamanya itu sudah sampai di Jakarta.“Kapan kamu datang. Menginap dimana?”“Kemarin. Aku menginap di hotel. Dekat sini,” ucap Lana yang kemudian segera masuk dan memeluk sahabatnya. ““Maafkan aku, La. Sepertinya semuanya jadi kacau gara-gara aku. Aku baru saja menemui ibu mertuamu untuk meminta maaf. Tadinya aku ragu mau mampir ke sini…”Lila menghela nafas berat. Jujur saja, ia tak suka dengan apa yang terjadi, tapi Lana adalah sahabat lamanya dan yang paling banyak membantunya selama ia kesusahan beradaptasi di Amerika. Jadi ada kalanya, Lila seolah menolak kenyataan bahwa Lana menggoda adik iparnya. Mungkin saja, Sera salah paham.Lila segera menggelengkan kepalanya, ia tidak mau merasa terikat dengan L
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 46.

Sera tampak tertidur lelap, napasnya teratur di balik kelelahan yang terpancar di wajahnya. Diani, ibu mertuanya, masuk ke kamar dengan langkah lembut, lalu mendekati ranjang Sera dan menyeka peluh di dahinya tanpa ragu. Wanita itu merapikan selimut Sera, memastikan tubuhnya tetap hangat.Saat Kai membuka pintu kamar, ia menemukan ibunya tengah menyisir rambut panjang Sera dengan penuh kasih. “Bu, kenapa belum tidur?” bisik Kai.Diani menoleh, menatap anaknya dengan mata yang penuh keprihatinan dan kelembutan. “Ibu gak bisa tidur, Nak,” jawabnya perlahan. “Menantu Ibu sakit. Pasti berat buatnya, dan anakmu juga pasti merasa tidak nyaman.” Sambil tersenyum kecil, Diani meletakkan tangannya di atas perut Sera yang mulai membesar.Kai mendekati ranjang dan perlahan meletakkan saputangan yang telah ia basahi dan peras di kening Sera. Gerakannya lembut, penuh perhatian, membuat Diani yang menyaksikan dari dekat tersenyum kecil. Sungguh, selama ini ia mengira anaknya akan terus menjadi s
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 47.

Sera dengar semuanya. Setelah semua orang meninggalkan kamar, keheningan menyeruak, menyisakan hanya seorang wanita yang berbaring diam dengan mata terpejam. Namun, meski kelopak matanya tetap tertutup, air mata perlahan mengalir di pipinya, tak lagi mampu ia tahan. Sesekali, pundaknya bergetar menahan isak yang tak berani ia lepaskan.Di tengah keheningan yang begitu menyakitkan, pikirannya dipenuhi keraguan yang menyiksa. ‘Ya Tuhan, apakah permintaanku ini sudah benar?’ Hatinya terbelah, di antara harapan dan keputusasaan yang berselang-seling. ‘Apakah aku egois jika ingin semuanya berakhir? Tapi aku lelah sekali. Kalau semuanya tidak berakhir apa ada jaminan, Mas Kai berubah?’ Pertanyaan-pertanyaan itu menggema, berkecamuk tanpa henti, seperti badai yang menghantam bertubi-tubi di dalam kepalanya.Sakit yang begitu menekan menjalar di kepalanya, membuatnya seolah kehilangan daya. Wanita itu menarik napas dalam-dalam, berusaha meredakan guncangan di dadanya. Tiba-tiba, dalam keh
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 48.

“Maaf ya, Bu. Aku jadi gak bisa nganterin Ibu ketemu Papa,” ujar Kai, suaranya terdengar jelas di telinga Sera yang terjaga di atas brankar. Di sudut ruangan, Suami dan Ibu mertuanya duduk berjarak di sofa.Meskipun mereka berbicara pelan, Sera tetap dapat mendengar dengan jelas.“Gak apa-apa. Yang penting sekarang kesehatan Sera dan cucu Ibu. Bagaimana keadaannya? Dia sudah lebih baik, kan? Apa kata dokter?” tanya Ibu mertua dengan nada penuh perhatian.“Sera baik-baik saja, Bu. Sebentar lagi kami akan ke dokter, buat USG,” jawab Kai.“Apa sudah bisa dilihat jenis kelaminnya?”Kai menggeleng pelan. “Belum tahu, Bu. Nanti aku akan tanya ke dokter.”Diani menghela napas panjang, kemudian menggenggam tangan anaknya erat. “Nanti kalau Sera sudah sehat, antar Ibu ke makam ya. Kita ziarah bersama. Sera pasti belum kenal dengan keluarga lain, kan? Sama Kakakmu dan Mama yang lain?”Kai mengangguk. Pikirannya melayang, menyadari bahwa memang banyak hal tentang keluarganya yang belum diketahui
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 49.

“Selamat pagi, Ibu Sera, Pak Kai,” sapa dokter, sambil tersenyum hangat. “Bagaimana kabar Ibu Sera hari ini? Sudah baikan?”“Baik, Dok. Hanya saja… belum terbiasa ada yang bergerak di dalam perut, Dok. Jadi terkadang saya terkejut sendiri” jawab Sera dengan kekehan kecil. “Wajar, Bu. Apalagi ini sudah mulai mau masuk pertengahan trimester dua. Bayinya juga, sepertinya besar ya,” ujar dokter sambil memeriksa tekanan darah Sera. “Jadi, Ibu harus jaga kesehatan dan istirahat yang cukup ya. Jangan banyak pikiran, jangan stres berlebihan.”Senyum Sera sedikit meluntur, tapi ia mengangguk saja.Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, dokter mulai melakukan prosedur USG. Sebagai tindakan awal, gel dingin diratakan di atas perut Sera, disusul.dengan alat yang sedikit besar, berguna untuk mengambil gambar dari dalam perut Sera. “Nah, ini bayinya, Pak, Bu,” ujar dokter, sambil menunjukkan gambar bayi di layar monitor. “Udah hampir sempurna. Ini kaki, di tangannya.”Dokter terus memberika
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 50.

Bagaimana rasanya menjadi wanita yang hanya dipandang saat orang lain memerlukan sesuatu? Dianggap penting hanya ketika seseorang ingin memenuhi hasratnya? Sera merasakannya setiap hari. Benar, pernikahan memang bisa menghalangi dosa—menyatukan pasangan agar terhindar dari hal-hal yang tak baik. Namun, bukankah hidup ini lebih dari sekadar melepaskan hasrat semata?Sera mulai muak. Tubuhnya yang ringkih harus menahan rasa sakit akibat kehamilan, terlebih janin yang dikandungnya makin terasa berat dan membuatnya letih. Belum lahir, dokter sudah bilang bahwa gadis kecilnya itu akan mewarisi genetik ayahnya yang tinggi. tentu saja Sera tahu, itu akan berat. Tetapi, pria itu—ayah dari anak dalam kandungannya—malah mengeluhkan rasa lelahnya sendiri. Di tengah ketidakpedulian suaminya, Sera merasa dipaksa menghadapi segalanya sendirian, bahkan ketika tubuh dan batinnya semakin terkuras.Memahami perasaan Kai, suaminya, bukanlah perkara mudah. Terkadang ia merasa begitu dicintai, namun di
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status