Home / Pernikahan / Mari Bercerai, Paman Kai! / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Mari Bercerai, Paman Kai!: Chapter 71 - Chapter 80

151 Chapters

Bab 71.

Kai tertegun, tatapannya jatuh pada surat perjanjian yang kini berada di tangan Lana. Tangannya mengepal erat di samping tubuhnya, sementara pikiran berputar liar, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar.“Jadi ini tentang uang,” gumam Kai, nada suaranya lebih datar daripada yang ia inginkan.Lana tersenyum tipis, seperti menikmati situasi ini. “Sebut saja investasi masa depan. Anak ini berhak mendapatkan yang terbaik, dan kamu... yah, kamu punya kapasitas untuk memberikannya.”Kai mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha menenangkan diri. "Lana, aku nggak menolak tanggung jawabku. Tapi kamu masuk ke sini tanpa izin, menyerahkan surat seperti ini, seolah—"“Seolah aku mencoba memanfaatkanmu?” potong Lana cepat. “Aku hanya realistis, Kai. Aku tidak butuh kamu di hidupku. Tapi anak ini butuh. Kalau kamu pikir aku di sini buat memeras atau membuat drama, kamu salah besar.”Kai menarik napas panjang, mencoba menahan emosi. “Kalau begitu, kenapa tidak bicara baik-baik? Kenapa harus me
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 72.

Kai duduk di ruang kerjanya, memandangi ponselnya dengan raut wajah yang sulit diartikan. Sudah tiga hari berlalu sejak percakapan terakhirnya dengan Sera, dan itu pun tidak berakhir baik. Hatinya terasa kosong, seolah-olah semua masalah ini telah mencuri segalanya darinya, termasuk kedamaian yang baru ia rasakan bersama istrinya.Ia menghela napas panjang, menggeser jari di layar ponsel, membuka percakapan terakhir mereka. Pesan itu masih ada di sana—pendek, tajam, dan penuh emosi. Kata-kata itu membayanginya, menambah beban di dadanya. Hari itu, ia memutuskan untuk mengesampingkan egonya. Ia tahu ia telah salah, dan yang ia butuhkan saat ini hanyalah mendengar suara Sera, meski hanya lewat pesan.Kai : [Ra, aku kangen.]Ia menatap pesan itu beberapa saat, ragu apakah ia harus mengirimnya. Tapi perasaan rindunya pada Sera mengalahkan segalanya. Ia menekan tombol “kirim” dan meletakkan ponselnya di atas meja, mencoba mengalihkan pikirannya.Namun, pikirannya terus kembali pada Ser
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 73.

[Ra, aku kangen.]Sera memandang layar ponselnya yang menyala, pesan itu terpampang jelas.Pesan dari Kai, singkat, sederhana, tapi terasa begitu berat. Namun, Sera memilih mengabaikannya. Ia meletakkan ponsel itu ke meja di samping tempat tidur, lalu menarik selimut hingga menutupi setengah wajahnya.Wanita itu sudah tidak bisa tidur telentang, ia miring ke kiri dan menatap jendela kamarnya yang menampilkan sinar matahari menyembul dari balik tirai.Kamar itu sunyi, hanya suara detak jam yang terdengar samar di tengah keheningan. Sera memejamkan matanya, mencoba mencari kenyamanan di balik gulungan selimut, tetapi pikiran-pikirannya tak mau berhenti.Ketukan di pintu mengagetkannya, diikuti suara lembut yang sudah ia kenal. “Ra?”Belum sempat ia menjawab, pintu kamar terbuka perlahan, dan Fara melangkah masuk. Wanita itu membawa nampan kecil berisi secangkir teh hangat.“Mama udah nunggu kamu buat sarapan. Tapi yang ditunggu gak nongol-nongol,” kata Fara, menutup pintu di belakangny
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 74.

Kai berdiri di depan pintu rumah besar itu, menggenggam ponselnya erat sambil memandang notifikasi pesan terakhirnya kepada Sera yang masih tak berbalas. Sudah sehari penuh, dan ia merasa tak bisa lagi menahan rasa rindunya sampai dua hari ke depan.Dengan napas panjang, ia berdiri saja mengamati pintu tinggi rumah itu. Tak lama kemudian, seorang asisten rumah tangga membuka pintu utama dan mempersilahkannya masuk. “Silakan, Pak,” ujar wanita paruh baya itu sopan, meskipun raut wajahnya menunjukkan sedikit keheranan. Kai melangkah masuk dan matanya menyapu ruang tamu rumah mewah itu. Meski ini bukan pertama kalinya ia datang ke sini, tapi kali ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang membuatnya merasa seperti tamu asing—bukan menantu dari pemilik rumah ini. “Mas Kai, Mbak Sera ada di kamarnya.”Kai tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rasa canggungnya. “Saya… tunggu di ruang tamu aja, Bi.” Pekerja itu tampak ragu sejenak, lalu mengangguk.Pandangan Kai menyapu ruangan yang tera
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 75.

Kai mengeluarkan ponselnya, memperlihatkan pesan-pesan dari Hugo yang mengonfirmasi rencana mereka. Beberapa video juga menunjukkan bagaimana kedekatan keduanya. “Ra, Lana dan Hugo cuma mau uangku. Dia pakai bayi itu untuk mengeruk keuntungan!” ucap Kai, dengan suara mendesak.Sera menoleh, wajahnya tetap dingin. wanita itu menarik napas panjang, memejamkan matanya sejenak. “Beri aku waktu, Mas. Aku tetap akan tunggu hasil tes. Bukan cuma untuk aku, tapi untuk kita.”Kai, yang awalnya hanya berdiri beberapa langkah dari Sera, kini tidak tahan lagi dengan jarak di antara mereka. Penjelasannya ternyata tidak banyak merubah sikap Sera.Kai tidak peduli lagi dengan apa tanggapan Sera. Perlahan, ia mendekat, dan sebelum Sera sempat menghindar, lengannya sudah merengkuh tubuh wanita itu dengan lembut. “Aku kangen,” bisiknya di telinga Sera, suaranya penuh kerinduan. “Aku kangen kamu, Ra… dan bayi kita.” Sera terdiam, tubuhnya tegang di dalam pelukan Kai. Tapi ia tidak menolak, hanya mem
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 76.

Kai duduk dengan sikap tenang tapi tegas di sofa empuk private room restoran hotel tersebut.Di sampingnya, Bram memeriksa tablet dengan serius, meski sesekali melirik bosnya untuk memastikan keadaan. Dua pengawal berdiri tegap di belakang Kai, menciptakan suasana yang jauh dari santai. Ruangan itu penuh dengan aroma kopi dan parfum mahal, memberikan kesan elegan sekaligus tegang. Kai, yang biasanya menghindari pengawalan semacam ini, merasa tindakannya ini perlu untuk mengantisipasi rumor yang tidak perlu. Di tambah lagi, ia jadi punya tameng ketika Sera mungkin menuduhnya macam-macam. Ada saksi dalam ruangan ini yang bisa ia mintai tolong.Ketika pintu terbuka, suara langkah sepatu Lana terdengar mendahului kehadirannya. Wanita itu melangkah masuk, awalnya dengan senyum percaya diri yang menjadi ciri khasnya. Namun, senyumnya memudar begitu melihat keadaan ruangan. “Wah, suasananya lebih formal dari yang aku harapkan,” ujar Lana, mencoba terdengar santai, tapi nada suaranya je
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 77.

Pagi itu, meja makan terasa hangat dengan aroma teh dan roti panggang yang baru selesai disiapkan. Sera duduk di samping Kai, menikmati suasana yang belum pernah terjadi sebelumnya, makan pagi bersama keluarga. Fara duduk di ujung meja, mengoles roti dengan selai strawberry dengan santai, sementara Elli melintas dengan tergesa-gesa. Elli tampak buru-buru, mengenakan blazer formal dengan tas kerja tergantung di bahunya. Ia melirik sekilas ke arah Kai, tatapannya dingin seperti biasa, lalu tanpa berkata apa-apa, melangkah cepat menuju pintu depan. “Elli!” panggil Fara dengan nada tegas, tapi Elli sudah menghilang di balik pintu. Fara menghela napas panjang, wajahnya kesal. “Anak itu benar-benar nggak tahu sopan santun. Masa pergi gitu aja?” Kai hanya menyesap kopinya, pikirannya melayang pada ucapan Dani beberapa waktu lalu di rumah sakit. ‘Awas Elli,’ begitulah Dani memperingatkannya dengan suara lemah. Saat itu, Kai tidak terlalu memikirkannya, tetapi pagi ini, melihat Elli
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 78.

Elli melangkah keluar dari mobilnya dengan wajah yang dingin, berusaha tetap tenang meski ia sudah mendengar keributan dari dalam lobi. Saat pintu kaca otomatis terbuka, pandangannya langsung disambut oleh kerumunan vendor yang tampak gelisah dan marah. Beberapa di antaranya memegang dokumen tebal, sementara yang lain berbicara dengan nada tinggi ke resepsionis. Ketika mereka menyadari Elli telah datang, suasana langsung berubah. Para vendor itu bergerak cepat mendekatinya, melontarkan keluhan dengan nada memaksa. “Bu Elli, kapan tagihan kami dibayar?” “Kami sudah menunggu tiga bulan lebih!” “Perusahaan ini tidak bisa terus-menerus mengulur waktu!” Elli berhenti di tengah lobi, menarik napas panjang. Wajahnya tetap tenang meski kepalanya terasa berdenyut karena tekanan yang datang bertubi-tubi. Ia mengangkat tangan untuk meminta mereka tenang. “Saya mengerti masalah ini, dan saya bertanggung jawab penuh,” katanya dengan suara tegas. “Gimana caranya!”“Kalau cuma omong d
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 79.

Rolland menyandarkan punggungnya di kursi, gelas minumannya yang sudah setengah kosong berputar di tangannya.Restoran dengan suasana semi-bar itu ramai seperti biasa, dengan musik yang mengalun pelan di latar belakang. Meski dikelilingi banyak orang, ia merasa terasing.Pandangan Rolland mengitari ruangan hingga berhenti pada seorang pria yang duduk sendirian di sudut, mengenakan jas kasual. Matanya menyipit, mencoba memastikan sosok itu. Bibirnya melengkung tipis. Lukas.Ia melambaikan tangan. “Lukas!”Lukas menoleh perlahan, ekspresinya datar seperti biasa. Melihat Rolland, pria itu mengangkat alis, tapi tak langsung bereaksi.“Sini, gabung!” ajak Rolland, suaranya sedikit lebih keras untuk mengalahkan riuh obrolan di sekitarnya. “Gue sendiri, nggak ada teman!”Lukas bergeming. Dia tidak ingin bergabung.Rolland, dengan langkah sempoyongan, membawa gelas minumannya mendekati meja Lukas. Wajahnya memerah, bukan hanya karena alkohol, tapi juga karena kemarahan yang perlahan-lahan me
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 80.

Malam itu, kamar keluarga Adnan terasa hangat dengan suasana tenang yang mendominasi. Kai baru saja selesai mandi, mengenakan kaus putih santai dan celana panjang. Rambutnya masih sedikit basah, terlihat ia asal mengeringkannya dengan handuk sebelum melemparkan handuk itu ke sisi kursi.Pria itu melangkah mendekati ranjang, tempat Sera sudah berbaring dengan nyaman, mengenakan piyama longgar yang memperlihatkan perutnya yang mulai membesar. Di tangannya ada tablet, matanya terpaku pada layar, terlihat sibuk dengan sesuatu.Kai naik ke ranjang, bersandar di kepala ranjang sambil menyilangkan kakinya. Ia melirik istrinya yang tampak begitu fokus hingga tidak menyadari keberadaannya. Sambil tersenyum kecil, Kai meraih bantal di dekatnya dan menepuk pelan paha Sera.“Lagi ngapain, Bu Hamil?” tanyanya dengan nada menggoda.Sera mendongak sekilas, lalu kembali ke tabletnya. “Lihat-lihat desain kamar bayi,” jawabnya santai.Kai tertawa kecil, lalu menyenderkan tubuhnya lebih dekat ke Sera.
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status