Semua Bab Kebangkitan Raja Bengis Paling Berkuasa: Bab 41 - Bab 50

87 Bab

41 - Semakin Tak Tahu Diri dan Tak Tahu Malu

“Kamu nggak pernah belajar, yah Van!” sindir Jay melalui tablet di tangan Atin.Jay menatap layar tablet dengan tatapan dingin, wajahnya yang terpampang di sana kontras dengan keputusasaan yang tergambar jelas di wajah Vanya. Di sisi lain, Atin tetap menjaga jarak, tanpa ekspresi, seperti bayangan yang tak terpisahkan dari Jay."Jay! Please! Aku mohon bantu aku kali ini!" Vanya berteriak hampir histeris, suaranya bergetar di antara tangis dan amarah yang terpendam.Jay menarik napas dalam-dalam, mengendalikan emosinya yang sebenarnya sudah lama mati rasa terhadap Vanya.“Aku udah memberi lebih dari cukup ke kamu, Vanya. Uang yang terakhir kali kukirim harusnya cukup untukmu bertahan selama beberapa bulan, bahkan bertahun-tahun kalau kamu tau cara menggunakannya dengan bijak. Tapi kamu malah kembali untuk meminta lebih, seolah-olah aku bank pribadimu.”Tatapan tajam Jay tergambar jelas di tablet yang dipegang Atin.Vanya menggelengkan kepalanya dengan cepat, rambutnya yang panjang bera
Baca selengkapnya

42 - Dibongkar

"Aku nggak akan lupa semua dosa kamu dan keluargamu ke aku, Van."Jay melontarkan semua dengan cepat dan berapi-api tanpa bisa dibantah Vanya. Kini dia lega bisa meluapkannya.“Emangnya kenapa kalau iya, Jay? Itu karena kamu gembel dan nggak bernilai apa-apa di depan aku dan keluargaku! Tapi bagus, kan? Setelah aku menendangmu keluar dari rumah dan menceraikan kamu, hidupmu jadi beruntung gini! Berarti aku udah bikin kamu sukses, dong! Apa salahnya kalau aku minta bagian dari upayaku mendorong kamu sampai di titik ini?” Vanya seakan bangga dengan apa yang sudah dia lakukan terhadap Jay.Dengan tak tahu malunya, Vanya menyebutkan itu disertai wajah congkaknya.“Vanya, kamu sungguh konyol dan tolol dengan ngomong kayak gitu.” Jay mendesah sambil menggelengkan kepala. “Sana pergi! Aku jijik melihatmu.”Walau harus dia akui, gara-gara dia dipenjaralah makanya dia bisa menjadi Jek Jon. Tapi itu pun karena usaha dan jerih payah dia sendiri agar bisa bertahan di penjara!“Lihat aja apa yang
Baca selengkapnya

43 - Belum Ingin Kalah

Wartawan saling pandang dan berbisik, tak sabar ingin melihat bukti yang dijanjikan Jay.Atin di samping Jay akhirnya paham kenapa Jay memanggil Baskara dan Aria tempo hari.Jay menghela napas sebelum melanjutkan. "Setelah dibebaskan dari penjara, saya memang bekerja sebagai tukang sapu jalan. Bukan karena saya terpuruk, tapi karena saya perlu bekerja untuk menafkahi Vanya dan membangun kembali hidup saya dari nol. Saya tidak malu dengan masa lalu saya. Justru, masa lalu itulah yang membentuk siapa saya sekarang—seseorang yang bekerja keras untuk mencapai kesuksesan yang saya miliki hari ini."Sejenak hening menyelimuti ruangan, lalu terdengar suara sorak-sorai pelan dari beberapa wartawan. Bahkan mereka memuji Jay sebagai pria luar biasa yang seharusnya patut dipertahankan sebagai suami yang baik.Jay tersenyum tipis, melanjutkan dengan lebih tegas, "NeoTech bukan dibangun dari ketidakjujuran atau penipuan. Ini adalah hasil dari kerja keras saya dan tim saya, serta kepercayaan yang d
Baca selengkapnya

44 - Menguak Asal-Usulnya

“Jek, kamu yakin?” tanya Atin ketika Erlangga sudah pergi untuk persiapan lainnya. “Kamu ingin membuka semuanya? Bahkan mengenai identitas Jek Jon kamu?”Pertanyaan dari Atin hanya ditingkahi oleh senyuman kecil Jay.“Jangan khawatir, Pak Atin.” Dia menepuk pelan lengan pria tua yang sudah bagaikan ayah yang tak pernah dia miliki sejak kecil.Karena Jay sudah berkata demikian, maka tak ada alasan bagi Atin untuk meragukannya lagi. Dia sangat percaya pada Jay karena pemuda itu tidak pernah mengecewakannya sejak pertama mereka bertemu dan saling mengenal.* * *“Silakan, Bos!” Erlangga memberi jalan ke Jay di hari H konferensi.Jay memasuki ruang konferensi pers dengan langkah mantap, wajahnya tenang dan penuh keyakinan meskipun dunia sedang bergemuruh dengan berita buruk yang dilontarkan oleh mantan istrinya.“Nah itu dia datang!” bisik salah satu wartawan begitu sosok Jay muncul di ruangan.Sorotan lampu kamera menyoroti setiap gerakannya. Ruangan dipenuhi oleh wartawan dari berbagai
Baca selengkapnya

45 - Keberuntungan Vanya

“Pertanyaan bagus.” Jay menatap wartawan itu dengan senyum tenang, menunjukkan kepercayaan dirinya.Lalu dia mulai menjawab, “Setiap orang memiliki perspektif dan pengalaman hidup yang berbeda dan saya menghormati itu. Dalam hidup ini, kita semua menghadapi tantangan yang berbeda dan bagaimana kita meresponsnya adalah cerminan dari karakter kita.“Saya telah bekerja keras, memanfaatkan kemampuan saya di bidang medis tradisional untuk membangun sesuatu dari nol. Sementara itu, saya tidak bisa mengontrol bagaimana orang lain memilih untuk mengelola situasi mereka.“Prioritas saya adalah memastikan bahwa saya bisa memberikan yang terbaik untuk masa depan saya, dan tentunya, saya tidak bisa mengharapkan semua orang memahami perjalanan saya sepenuhnya.”Dengan jawaban ini, Jay secara cerdas dan diplomatis menyampaikan bahwa kesuksesan dan kondisi keuangan bukan hanya hasil dari keberuntungan, tetapi dari kerja keras dan keputusan yang bijak.Dia juga menggarisbawahi bahwa perspektif orang
Baca selengkapnya

46 - Talkshow yang Menyentuh

“Silakan, Bu Vanya!” ucap salah satu kru televisi.Vanya duduk dengan anggun di kursi tamu studio, wajahnya dihiasi senyum tipis yang seakan-akan menyembunyikan rasa getir di balik penampilannya.“Anu, panggil kak aja.” Vanya mengoreksi.Maka, para kru pun mulai menggunakan panggilan kak ke dia.Tak lama, bunyi musik pembuka program televisi yang dihadiri oleh seratusan pengunjung menggema di studio, menciptakan suasana yang sarat dengan antisipasi.Vanya tahu, ini adalah saat yang tepat baginya untuk memberikan versinya mengenai kisah hidup bersama Jay.Pembawa acara, seorang wanita berpengalaman dengan sikap ramah namun penuh semangat, memulai wawancara dengan pertanyaan sederhana, “Vanya Sagara, belakangan ini kamu jadi sorotan media sosial. Bisa ceritakan gimana kamu menghadapi semuanya?”Vanya menarik napas dalam-dalam, tampak seolah menahan beban besar, sebelum menjawab dengan suara pelan yang seakan-akan penuh luka. “Jujur aja, ini berat banget untuk aku. Orang-orang di medsos
Baca selengkapnya

47 - Ingin Bersantai Sejenak, Tapi Malah ....

Jay menghela napas panjang, menatap layar ponselnya yang dipenuhi dengan berbagai komentar dan reaksi dari publik setelah dia memposting rekaman percakapannya dengan Vanya.Di media sosial, berbagai komentar terus bermunculan."Wow, ini benar-benar membuka mata. Ternyata selama ini Jay yang berusaha diam dan mengalah. Apa yang dilakukan Vanya benar-benar memalukan!" tulis seorang netizen yang mendukung Jay.Yang lain menambahkan, "Vanya cuma mau duit, dan sekarang terbukti! Salut buat Jay yang tetap tenang dan gak mau ngasih uang cuma-cuma buat mantan yang manipulatif."Namun, ada juga yang meragukan rekaman tersebut, "Ini masih bisa jadi fitnah, loh! Siapa tahu Jay sengaja mengedit rekamannya biar dia kelihatan benar?"Sementara yang lain lebih khawatir soal hukum, "Kalau ini benar rekaman aslinya, Vanya bisa kena pasal pemerasan, loh. Hati-hati ya, Mbak Vanya!"Di ruangan lain, Erlangga mendekati Jay yang berdiri di depan layar komputernya. "Bos, publik mulai berbalik mendukung Anda
Baca selengkapnya

48 - Jay Turun Tangan

“Mulut brengsek bau gotmu itu mendingan ditutup aja kalau nggak bisa menghormati perempuan!” hardik Feinata yang tak terima akan ucapan putra Ramon Rusdi yang dinilai merendahkan dia dan kedua temannya.Ini dikarenakan pakaian yang dikenakan Feinata dan kedua temannya memang terlalu minim dan terkesan vulgar, sehingga menimbulkan asumsi liar di pikiran gerombolan putra Ramon Rusdi.“Nggak usah juga merendahkan papaku hanya karena kamu ngerasa bapakmu lebih wah!”Mendengar ayahnya terus diremehkan, dan kini dia beserta kedua temannya direndahkan karena disamakan dengan wanita penghibur, tentu saja Feinata tidak terima.“Kalau yang hebat itu bapakmu dan kamu cuma pecundang yang bisanya teriak-teriak dan maksa ke perempuan kayak cowok nggak laku, mendingan potong aja barangmu di selangkanganmu itu! Nggak guna!”Feinata memang berlidah tajam. Jay tentu saja sudah pernah merasakannya sendiri ketika itu di taman kota.Plakk!Putra Ramon Rusdi ganti menampar Feinata. “Berani sama aku, heh? D
Baca selengkapnya

49 - Kekaguman dan Keterpesonaan yang Terpantik

“Bangsat kamu! Cari mati!” Putra Ramon Rusdi semakin murka ke Jay.Dia sangat terhina akan kata-kata Jay yang menohok keras di ulu hatinya.Maka, tinjunya langsung melayang ke Jay. Sayangnya, dia tak punya skill apa pun dalam berkelahi. Dirinya bagaikan semut di depan gajah.“Kamu semakin menunjukkan sisi kekanakanmu! Ha ha!” Jay semakin meledek dan berkelit sangat mudah pada tinju lemah putra Ramon Rusdi.Sebagai balasannya, dia sekali lagi menjentikkan jarinya ke dahi putra Ramon Rusdi sehingga pemuda arogan itu langsung terhuyung mundur dan merasa pusing seketika seolah baru terkena vertigo.Anak buahnya tak terima atas apa yang terjadi pada bos mereka dan mulai bersamaan maju hendak menyerang Jay. Namun, di mata Jay, mereka hanyalah sekumpulan badut yang sedang bermain.“Keroyokan begini justru menegaskan bos kalian cuma pecundang yang nggak bisa apa-apa tanpa bantuan kalian,” ejek Jay.Dia hanya perlu menggunakan sekian kecil persen dari kekuatannya untuk memukul masing-masing dar
Baca selengkapnya

50 - Kamu Naksir Jay?

Di dalam mobil yang melaju pelan menuju rumah Feinata, Jay duduk di kursi belakang bersama gadis itu.Di depan, Erlangga dan Baskara fokus mengawasi jalan, memberikan Jay dan Feinata ruang untuk berbicara.Feinata duduk dengan gelisah, tangannya memainkan ujung jaketnya, seolah mencari keberanian untuk membuka pembicaraan. Sesekali, dia melirik Jay yang duduk tenang di sebelahnya, tatapan matanya tenang dan penuh perhatian.Setelah beberapa saat terdiam, Feinata akhirnya mengumpulkan keberaniannya. "Jay ...," katanya pelan, suaranya sedikit bergetar. "Aku ... Aku mau minta maaf soal waktu itu di taman kota. Aku marahin kamu, bentak-bentak, padahal kamu cuma mau nolong papaku. Aku benar-benar merasa bersalah sekarang."Jay menoleh padanya, memberikan senyum tipis yang menenangkan. " Feinata, aku udah nggak ingat-ingat lagi kejadian itu. Aku mengerti kamu waktu itu lagi dalam situasi yang sulit, apalagi soal papamu. Aku paham, kok."Feinata sedikit terkejut dengan respons Jay yang begit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status