“Bangsat kamu! Cari mati!” Putra Ramon Rusdi semakin murka ke Jay.Dia sangat terhina akan kata-kata Jay yang menohok keras di ulu hatinya.Maka, tinjunya langsung melayang ke Jay. Sayangnya, dia tak punya skill apa pun dalam berkelahi. Dirinya bagaikan semut di depan gajah.“Kamu semakin menunjukkan sisi kekanakanmu! Ha ha!” Jay semakin meledek dan berkelit sangat mudah pada tinju lemah putra Ramon Rusdi.Sebagai balasannya, dia sekali lagi menjentikkan jarinya ke dahi putra Ramon Rusdi sehingga pemuda arogan itu langsung terhuyung mundur dan merasa pusing seketika seolah baru terkena vertigo.Anak buahnya tak terima atas apa yang terjadi pada bos mereka dan mulai bersamaan maju hendak menyerang Jay. Namun, di mata Jay, mereka hanyalah sekumpulan badut yang sedang bermain.“Keroyokan begini justru menegaskan bos kalian cuma pecundang yang nggak bisa apa-apa tanpa bantuan kalian,” ejek Jay.Dia hanya perlu menggunakan sekian kecil persen dari kekuatannya untuk memukul masing-masing dar
Di dalam mobil yang melaju pelan menuju rumah Feinata, Jay duduk di kursi belakang bersama gadis itu.Di depan, Erlangga dan Baskara fokus mengawasi jalan, memberikan Jay dan Feinata ruang untuk berbicara.Feinata duduk dengan gelisah, tangannya memainkan ujung jaketnya, seolah mencari keberanian untuk membuka pembicaraan. Sesekali, dia melirik Jay yang duduk tenang di sebelahnya, tatapan matanya tenang dan penuh perhatian.Setelah beberapa saat terdiam, Feinata akhirnya mengumpulkan keberaniannya. "Jay ...," katanya pelan, suaranya sedikit bergetar. "Aku ... Aku mau minta maaf soal waktu itu di taman kota. Aku marahin kamu, bentak-bentak, padahal kamu cuma mau nolong papaku. Aku benar-benar merasa bersalah sekarang."Jay menoleh padanya, memberikan senyum tipis yang menenangkan. " Feinata, aku udah nggak ingat-ingat lagi kejadian itu. Aku mengerti kamu waktu itu lagi dalam situasi yang sulit, apalagi soal papamu. Aku paham, kok."Feinata sedikit terkejut dengan respons Jay yang begit
Menghadapi pertanyaan kakaknya, Feinata gugup, wajahnya merona merah dan mulai tersipu. “Ah, Kakak, ihh ….” Dia salah tingkah.Ini mengakibatkan Zafia semakin yakin. Mana mungkin sinyal kuat semacam itu tidak terbaca olehnya?“Nah, nah, adik manjaku mulai jatuh cinta ….” Dia sedikit menggoda adiknya.Feinata semakin salah tingkah dan senyum sipunya semakin lebar.* * *Di dalam markas Supreme NeoTech yang megah, Jay berdiri di depan sebuah jendela besar yang menghadap ke arah timur kota Jatayu. Perhatiannya beralih ke 27 ilmuwan muda yang saat ini bekerja di bawah pengawasannya.Masing-masing dari mereka memiliki potensi besar, dan dia telah memberikan mereka ruangan dan fasilitas terbaik.Runa sedang sibuk di ruangannya yang dipenuhi dengan layar besar dan server yang menderu ketika Jay masuk ke sana, ingin melihat langsung.Di sudut ruangan, sebuah AI kompleks sedang diujicoba. AI itu telah dikembangkan dari prototipe sederhana yang dulu dia buat untuk petani di desanya."Data cuaca
“Oh! Ingin mengungkapkan jati diriku?” Jay mengulang kabar itu menggunakan tone suara tanya.Kedua alisnya terangkat tinggi-tinggi hingga kemudian muncul senyum di wajah tampannya.Namun, di mata Baskara, senyum yang dilihatnya saat ini justru mengerikan bagaikan senyum iblis.“Menarik!” Jay seraya anggukkan kepalanya beberapa kali. “Dari mana kamu mengetahuinya?”Tentu saja dia harus meneliti lebih dulu sumbernya.“Saya mendapatkannya dari anggota yang masih aktif, yang dihubungi dia ketika dia berkeluh kesah karena tidak bisa masuk kembali ke PhantomClaw karena Anda pecat.”Baskara kemudian memberikan tablet di tangannya agar Jay melihat sendiri hasil percakapan melalui chat dua orang itu.“Hm, sepertinya aku terlalu lunak padanya, cuma kasi pemecatan dan uang ratusan juta untuknya tutup mulut dan melanjutkan hidup baru. Kurasa nggak perlu lagi berbaik hati pada siapa aja yang nggak layak di PhantomClaw.”Kemudian, Jay menyandarkan punggungnya ke kursi besarnya sambil melebarkan sen
“Bodoh!” Jay berteriak.Hanya perlu melambaikan tangannya yang bermuatan energi kanuragan, gunting di tangan Ale terlontar jauh.Kemudian, Jay bergerak secepat gundala ke arah Ale dan mengusap kedua tangan dan kedua kaki Ale.“Aaarghh!” Ale berteriak ketika Jay meremukkan tulang tangan dan kakinya dalam kurun waktu tak sampai satu menit.Para anggota PhantomClaw yang menyaksikan tindakan Jay, merasakan jantungnya berdebar kencang dengan keringat dingin mulai muncul. Takut dan segan berpadu di sanubari mereka.“Aku bersumpah nggak akan mengkhianati Bos,” bisik salah satu dari mereka setelah menelan saliva.Bisikan orang itu segera mendapatkan persetujuan dari banyak orang di dekatnya.“Sekarang, keluarkan pisau kalian masing-masing!” teriak Jay pada semua anak buahnya di lapangan.Semua anggota PhantomClaw sudah paham apa yang harus mereka lakukan.Sementara, Ale sudah banjir keringat dan terkapar tak berdaya di rumput pendek lapangan markas PhantomClaw. “Guys, kumohon ….” Dia menggele
Ratu Kota Jatayu menoleh ke arah Jay, matanya bersinar di balik topeng peraknya.Mereka saling pandang sejenak sebelum dia menaikkan tawarannya lagi. "Dua ratus juta."Jay tak ingin kalah. "Dua ratus lima puluh juta," jawabnya, masih dengan senyum di wajahnya.Bidding War antara Jay dan Ratu Kota Jatayu menarik perhatian seluruh ruangan. Keduanya tampak saling menantang dalam diam, seolah ada permainan tersembunyi di antara mereka.Ketika harga barang tersebut mencapai angka tiga ratus juta, Ratu Kota Jatayu tampak ragu sejenak, lalu melirik ke arah Jay yang masih tersenyum percaya diri. Dia mengangkat papan kayu bernomor di tangannya, "Tiga ratus lima puluh juta."Jay tersenyum lebih lebar. "Empat ratus juta," tawarnya dengan nada tenang, seolah menunggu reaksi dari Ratu Kota Jatayu.Ratu Kota Jatayu menoleh lagi ke arah Jay, kali ini senyumnya tipis tapi jelas terlihat dari balik topeng. "Empat ratus lima puluh juta," ujarnya, dengan nada yang menantang.Jay mengangguk kecil, mengak
“Semoga Ratu tidak keberatan atas kalung ruby-nya.” Jay mengawali basa-basinya. “Saya berterima kasih untuk kemurahan hati Anda.”Dia hanya ingin bisa mengobrol dengan Ratu Kota Jatayu yang memikat perhatiannya.Ratu Kota Jatayu menoleh padanya dengan gerakan anggun dan tersenyum untuk berkata, “Tidak masalah. Anda juga sungguh bermurah hati pada meja kayu kuno. Saya akan katakan pada ayah saya mengenai kebaikan Anda.”Jay merespon dengan senyuman tanpa melepaskan tatapannya dari wajah tertutup topeng milik Ratu Kota Jatayu.“Saya dengar Anda konsultan bisnis yang handal.” Jay menarik topik itu. “Saya harap nantinya bisa mendapatkan nasehat bisnis dari Anda.”Suara tawa kecil yang menawan dari Ratu Kota Jatayu mengawali sebagai respon untuk Jay sebelum dia menjawab, “Kurasa Tuan Jay tidak membutuhkan nasehat bisnis apapun dari saya. Anda jauh lebih ahli dari saya. Pertumbuhan hingga ke unicorn dalam waktu singkat adalah buktinya.”Menanggapi ucapan itu, Jay tertawa kecil.“Hanya sebua
“Aku bersedia!” Demikian jawaban dari Syakila ketika Ghea menyambungkan pertanyaan Jay padanya. Gadis 26 tahun itu begitu yakin atas apa yang dia ucapkan. “Atur aja kapan dan kami siap, Kak Ghea!”Pancaran mata yang memuat kepercayaan dirinya terlihat jelas ketika Syakila membalas tatapan Ghea.Karena sudah begitu, maka Jay meminta humasnya dibantu Ghea untuk menyiapkan pertemuan Syakila dengan para ilmuwan senior.“Pak Atin, minta Baskara menyelidiki latar belakang, kehidupan, dan kebiasaan para profesor yang memprotes Syakila.” Jay bertitah.Atin mengangguk dan pamit dari ruangan sang bos.Kontroversi penemuan Syakila semakin bergulir bagaikan bola panas. Publik terpecah menjadi dua kubu.“Kalau emang itu temuan yang baik untuk membuat bumi terselamatkan dari kehancuran, kenapa nggak?” tulis salah satu warganet.“Heh, mereka itu siapa, sih? Cuma bocah kecil, kan? Sedangkan para profesor yang udah sekolah tinggi aja bilang kalo itu mustahil, kok malah pada ngeyel?” Warganet lain memb