Semua Bab Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia: Bab 141 - Bab 150

195 Bab

Bab 141

Saat Salvatore dan Valeria keluar dari gereja, sorak-sorai para tamu masih menggema. Bunga-bunga putih dilemparkan ke udara, memenuhi jalan setapak yang mereka lewati. Di depan gereja, sebuah mobil mewah berwarna hitam mengilap sudah menunggu—mobil yang dipilih sendiri oleh Salvatore untuk hari istimewa ini.Alih-alih membiarkan sopir yang mengemudi, Salvatore mengambil sendiri alih kemudi. Dia membuka pintu untuk Valeria, yang masuk dengan hati penuh kebahagiaan, lalu menutupnya dengan lembut sebelum berjalan ke sisi pengemudi.Saat Salvatore masuk ke dalam mobil, dia menoleh ke Valeria yang duduk di sebelahnya, gaun putihnya menjuntai anggun di kursi. "Siap, Mrs. Marino?" tanyanya dengan senyum penuh arti.Valeria tertawa kecil, menatapnya dengan tatapan penuh cinta. "Lebih dari siap."Tanpa menunggu lebih lama, Salvatore menyalakan mesin dan mulai melajukan mobil mereka menuju hotel tempat resepsi akan diadakan. Jalanan di depan mereka terasa seperti awal dari perjalanan baru, perj
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 142

Valeria terbangun dengan napas tersengal, dadanya terasa berat, dan suara bising memenuhi telinganya. Matanya yang masih buram menangkap pemandangan langit-langit rumah sakit, lampu-lampu menyilaukan yang bergerak cepat di atasnya.Dia sadar dia sedang dibawa ke ruang gawat darurat. Tubuhnya terasa sakit di mana-mana, tapi yang pertama kali dia cari adalah Salvatore.Saat matanya bergerak ke samping, dia melihat sosok Salvatore terbaring di brankar lain, tak jauh darinya. Wajahnya penuh luka, darah mengalir dari pelipisnya, dan yang paling membuat aleria terkejut-ada bekas terbakar di baju Salvatore."Sa .... Salvatore ...." Suaranya nyaris takterdengar.Namun, dia tidak bisa memastikan apakah Salvatore sadar atau tidak. Para petugas medis berlarian, panik, berteriak satu samalain."Lukanya parah! Segera bawa ke ICU!""Luka bakar di lengan kiri butuh perawatan segera!""Pasien wanita kehilangan banyak darah!""Darah tipe O negatif! Cepat!"Pikiran Valeria kacau. Dia ingin tahu apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 143

Saat Valeria masih menggenggam tangan Salvatore yang dingin, suara langkah cepat terdengar dari luar. Pintu kamar inap terbuka dengan kasar, dan di ambang pintu berdiri seseorang yang tak ingin Valeria lihat saat ini—Amara.Valeria menoleh dengan ekspresi kaget, tapi sebelum dia sempat mengatakan apapun, Amara langsung menghampirinya dengan tatapan penuh amarah."Dasar wanita jalang!" Amara hendak menjambak rambut Valeria tapi Morgan segera menghadangnya.Matanya penuh amarah dan air mata. Sepertinya Amara baru saja menggila."Nona, ini adalah rumah sakit. Aku akan memanggil keamanan jika kau tidak bisa mengendalikan diri," ancam Morgan."Diam kau! Minggir! Aku ingin memberikan pelajaran pada wanita itu karena telah melukai Salvatoreku," teriak Amara.Dia meronta-ronta dan Morgan mendorongnya perlahan ke arah pintu agar menjauhi Valeria. Valeria sendiri juga terlihat sangat tidak peduli dengan keadaan Amara di sana."Lepas! Ini semua salahmu, Valeria!" Suara Amara melengking, nyaris hi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 144

Saat Morgan menggendong tubuh lemah Valeria kembali ke kamar inapnya, wajah pria itu dipenuhi kekhawatiran. Valeria terlalu memaksakan diri, padahal kondisinya masih sangat buruk. Luka di kakinya belum sepenuhnya mengering, dan dia masih kehilangan banyak darah.Begitu mereka tiba di kamar, seorang perawat segera menghampiri. "Dia butuh istirahat total," kata perawat itu tegas.Morgan hanya mengangguk, meletakkan Valeria perlahan di atas ranjang, memastikan tubuhnya nyaman. Valeria masih terengah-engah, dadanya naik turun dengan cepat, efek dari emosi dan rasa sakit yang bercampur menjadi satu. Namun, setelah disuntikkan obat penenang ringan, napasnya mulai melambat. Matanya yang semula penuh kegelisahan kini perlahan tertutup.Morgan duduk di kursi samping ranjang, menatap Valeria dengan ekspresi penuh perhatian selagi perawat memasang kembali infus di tangan Valeria. Dia tidak berniat meninggalkan Valeria sendirian. Keluarga Valeria belum tiba, dan hanya dia yang bisa memastikan wan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 145

Begitu tiba di rumah sakit, Lorenzo, Elena, Roberto, dan Giulia langsung bergegas masuk ke dalam dengan wajah penuh kekhawatiran. Mereka disambut pemandangan yang membuat hati mereka mencelos—Valeria tampak begitu berantakan, wajahnya pucat seperti kehilangan semua darah dalam tubuhnya, matanya sembab, dan tubuhnya terlihat begitu lemah di atas kursi roda.Di sampingnya, Morgan berdiri tegap, berbicara dengan beberapa anak buah Salvatore yang masih sibuk mencari keberadaan pria itu. Suasana di lorong rumah sakit terasa tegang, udara seakan dipenuhi dengan kecemasan yang berat."Valeria!" Elena segera berjongkok di samping putrinya, matanya membasah melihat kondisi Valeria yang begitu menyedihkan.Namun, Valeria hanya tersenyum kecil, mencoba menenangkan ibunya meskipun air mata masih menggantung di pelupuk matanya. "Aku baik-baik saja, Mom."Lorenzo menatap putrinya dengan ekspresi penuh kekhawatiran, sementara Roberto dan Giulia saling bertukar pandang dengan raut serius. "Baik-baik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 146

Satu minggu telah berlalu, dan Salvatore masih belum ditemukan. Di dalam ruangan yang diterangi cahaya temaram, Valeria duduk di kursi roda dengan wajah pucat dan mata yang sembab karena kurang tidur. Di hadapannya, beberapa layar memperlihatkan rekaman CCTV yang dikumpulkan oleh anak buah Salvatore. Tangannya yang lemah menggenggam remote kontrol, terus memutar ulang setiap detik dari rekaman yang ia tonton.Di sampingnya, Morgan menghela napas berat. "Valeria, sudah cukup," ucapnya terdengar penuh kekhawatiran, "kau baru saja keluar dari rumah sakit, kau harus beristirahat."Valeria menggeleng lemah tanpa menoleh ke arah Morgan. Matanya masih terpaku pada layar, mencari sekecil apa pun petunjuk tentang keberadaan Salvatore."Aku tidak bisa berhenti, Morgan." Suaranya serak, "Semakin lama aku diam, semakin besar kemungkinan Salvatore berada dalam bahaya."Morgan mengusap wajahnya dengan frustrasi. Dia tahu keras kepala Valeria, tapi wanita itu sudah berada di batas fisiknya."Salvato
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 147

Valeria duduk di tepi jendela kamar, tatapannya kosong menembus langit sore yang mulai memerah. Tangannya perlahan mengusap perutnya yang masih rata, merasakan kehangatan yang kini tumbuh di dalam dirinya."Salvatore …," bisiknya lirih.Janin yang tumbuh di dalam perutnya, Valeria bisa menduga itu adalah hasil dengan hubungannya terakhir kali dengan Salvatore. Entah ini membuatnya bahagia atau sedih.Seandainya pria itu ada di sini, tentu ini akan menjadi kabar yang membahagiakan. Mereka akan merayakan kehamilan ini bersama, Salvatore pasti akan melindungi dirinya dan bayi mereka dengan segala cara.Tapi kenyataannya… Salvatore menghilang.Selama seminggu terakhir, Valeria telah mencari ke berbagai tempat. Ia sudah mendatangi mansion Salvatore, berharap pria itu kembali ke rumah mereka—tapi yang ia temui hanyalah rumah kosong yang sunyi.Ia juga telah pergi ke markas Salvatore, tempat semua rencana dan strategi bisnisnya dijalankan. Morgan membantunya, tetapi tidak ada jejak Salvatore
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 148

Hari itu, langit tampak mendung saat Valeria tiba di markas Salvatore. Meski tubuhnya masih lemah dan perutnya mulai terasa lebih sensitif karena kehamilannya, tekadnya tak tergoyahkan.Morgan menuntun Valeria keluar dari mobil. Begitu turun dari mobil, semua anak buah Salvatore yang masih setia kepadanya segera menyambut."Nyonya Marino." Salah satu pria berbadan tegap membungkuk hormat.Mereka tidak lagi menyebutnya dengan nama gadisnya—karena Valeria kini adalah istri sah dari Salvatore Marino. Dengan status itu, ia juga otomatis menjadi pemilik markas ini, menggantikan Salvatore yang masih menghilang."Kami siap menerima perintah Anda," lanjut pria itu."Apa ini tidak masalah?" bisik Morgan merasa khawatir karena Valeria seperti masuk ke sarang pembunuh.Valeria mengangguk, menepuk punggung Morgan untuk meyakinkan pria itu. Lalu bergantian menatap semua orang di sana dengan tatapan tajam dan penuh wibawa."Terima kasih," jawabnya dengan suara tenang, tapi berisi. "Mulai hari ini,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 149

Pagi itu, sinar matahari menembus jendela besar ruang makan keluarga Moretti. Valeria baru saja keluar dari lift, menuju ke ruang makan.Aroma kopi dan roti panggang mengisi ruangan, tapi suasana di meja makan terasa tegang. Lorenzo nampak tak seperti biasanya, terlihat ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan putrinya itu.Valeria duduk di kursinya dengan ekspresi kosong. Di depannya, Lorenzo dan Elena saling bertukar pandang, menyadari perubahan drastis pada putri mereka selama beberapa hari ini.Valeria menyendok makanannya tanpa benar-benar menikmatinya. Sikapnya dingin. Tatapannya tajam, pikirannya jelas tidak ada di sini.Lorenzo akhirnya membuka suara. "Valeria," panggilnya, suaranya tegas. "Aku ingin kau mendengarkan dengan baik."Valeria tetap diam, matanya masih fokus pada makanan di piringnya. Dia seperti kehilangan jiwanya karena hampir dua bulan ini tidak bisa menemukan petunjuk apapun tentang keberadaan Salvatore."Kau harus berhenti mencarinya. Serahkan urusan ini kep
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 150

Di dalam mobil, Valeria duduk dengan wajah pucat, matanya sayu, tapi sorotnya tetap tajam. Tangannya bertumpu di paha, sedikit gemetar karena kelelahan. Perutnya terasa sedikit mual, tapi pikirannya terlalu sibuk untuk peduli.Morgan, yang mengemudikan mobil dengan fokus, sesekali melirik Valeria melalui kaca spion. Dia melihat bagaimana Valeria terlihat semakin lemah.Akhirnya, dia membuka suara. "Valeria, kau harus kembali ke rumah." Suaranya tegas tapi tetap lembut.Valeria hanya diam, tatapannya tetap fokus ke layar ponsel yang memutar rekaman CCTV. Dia baru saja mendapatkan laporan dari anak buah Salvatore tentang apa yang mereka temukan.Morgan melanjutkan, "kau terlihat sangat lemah. Aku bisa mengurus ini, kau istirahat saja."Tanpa mengalihkan tatapannya, Valeria menjawab dengan nada datar. "Tidak."Morgan menghela napas. Dia tahu Valeria keras kepala, tapi ini sudah keterlaluan."Kau tidak bisa terus seperti ini," desaknya. "Jika kau terus memaksakan diri, bukan hanya kau yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
20
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status