Home / Romansa / Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia: Chapter 161 - Chapter 170

195 Chapters

Bab 161

Alessio melangkah santai menuju ruang kerjanya, dengan Jackson berjalan setia di belakangnya. Pria itu bahkan bersiul-siul ria, mungkin karena suasana hatinya sedang sangat baik.Saat melewati salah satu lorong di vila, seorang pelayan datang dari arah berlawanan, membawa nampan kecil berisi obat untuk Salvatore. Pelayan itu berhenti sejenak, menundukkan kepala memberi salam, lalu segera berlalu.Awalnya, Alessio tidak terlalu memperhatikannya hanya meliriknya sekilas. Dia hanya melanjutkan langkahnya seperti biasa, tetapi beberapa detik kemudian, alisnya sedikit berkerut.Ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Langkahnya terhenti sejenak. Matanya sedikit menyipit, seperti mencoba mengingat sesuatu. Dia seperti tidak asing untuk Alessio, tapi dimana dia pernah melihatnya?"Siapa pelayan itu?" tanyanya tiba-tiba, tanpa menoleh ke belakang.Jackson, yang sejak tadi mengikuti, segera menjawab dengan nada tenang. "Namanya Suan Smith. Dia baru saja kembali dari Amerika. Kabarnya, dia sempat
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 162

Pagi itu, sinar matahari keemasan menyapu permukaan laut yang tenang. Deburan ombak terdengar berirama, menabrak tebing karang di kejauhan. Udara pagi terasa segar, sedikit asin, menyatu dengan aroma khas lautan.Salvatore duduk di kursi rodanya, mengenakan kemeja longgar dengan lengan tergulung hingga siku. Dia memejamkan mata sejenak, membiarkan angin laut menerpa wajahnya.Namun, bukan sinar matahari yang menghangatkannya hari ini. Pikirannya mengelana jauh. Ucapan Suan semalam masih terus mengusik benaknya."Anda hanya perlu menjaga diri saja selama di sini. Setelah saya selesai, maka saya siap membawa anda pergi dari sini. Tidak peduli bagaimana keadaan anda."Apa maksudnya? Kenapa orang itu terdengar seolah dia tahu sesuatu yang Salvatore tidak tahu? Apa yang sebenarnya terjadi?Sejak awal, ada yang tidak beres. Setiap kali dia bertanya pada Alessio atau Amara tentang masa lalunya, jawaban mereka selalu berbelit-belit.Dan jika dia ingin pergi dari sini, mereka selalu punya alas
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 163

Valeria duduk di kursi belakang mobil, memandang laut yang terhampar luas di sisi jalan. Ombak bergulung dengan ritme tenang, seakan menyambut kedatangannya di Waikiki.Angin pantai bertiup lembut, menyelusup melalui jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma garam yang khas. Hawa ini... begitu familiar.Dia memejamkan mata sesaat. Lalu, ingatan itu kembali.Dia bisa melihat dirinya berjalan di tepi pantai, pasir lembut menyentuh kakinya. Dan di sampingnya, seorang pria berjalan dengan langkah santai— Salvatore.Saat itu, dia belum mengenalnya dengan baik. Hanya seorang pria aneh yang selalu muncul entah dari mana, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan."Kenapa kau selalu muncul tiba-tiba?" suara dirinya di masa lalu terdengar di kepalanya.Salvatore hanya tersenyum kecil. Bukan senyum ramah, tapi senyum yang mengandung misteri."Mungkin aku hanya suka melihat ekspresimu saat kau bingung."Valeria membuka matanya, menghela napas panjang. Kenangan itu... terasa terlalu nyata.
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 164

Salvatore terbaring di tempat tidurnya, menatap kosong ke arah lampu redup di sudut ruangan. Obat yang baru saja diminumnya mulai bekerja, tapi pikirannya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab.Dia menarik napas dalam, mengingat kembali potongan-potongan informasi yang berhasil dia kumpulkan diam-diam selama beberapa hari terakhir.Pertama, vila ini berada jauh dari keramaian, hanya dikelilingi lautan luas. Kedua, setiap kali dia ingin keluar atau menanyakan sesuatu yang lebih dalam, Alessio selalu punya alasan untuk menahannya. Ketiga, Suan.Kata-kata pria itu kembali terngiang di kepalanya."Saya berjanji, Anda akan mengingat semuanya dalam waktu dekat."Salvatore mengernyit. Apa maksudnya? Apa benar dia kehilangan sesuatu yang penting? Dan… apakah Alessio memang sengaja mengurungnya di vila ini?Dia memejamkan mata, tapi pikirannya terus berputar. Rasa curiga mulai tumbuh semakin besar.Namun, semakin dia mencoba berpikir, kelopak matanya terasa semakin berat. Pengaruh
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 165

Matahari bersinar terik di langit Waikiki, memantulkan sinarnya di permukaan air laut yang berkilauan. Suara deburan ombak bercampur dengan gelak tawa turis yang berseliweran di sepanjang jalanan. Pasangan-pasangan terlihat bergandengan tangan, anak-anak berlarian, dan para pedagang menjajakan berbagai macam suvenir khas Hawaii.Namun, di tengah hiruk pikuk itu, Salvatore hanya duduk diam di kursi rodanya. Matanya tajam mengamati keadaan sekitar, seolah mencari sesuatu. Tapi apa yang dia cari pun dia sendiri tidak tahu pasti.Sejak meninggalkan vila tadi, dia bersikeras ingin keluar dan melihat keramaian. Alessio tidak punya pilihan lain selain menurutinya, karena Salvatore benar-benar tak mau berbicara dengannya sejak kejadian malam itu. Keheningan Salvatore adalah bentuk hukuman terbesar bagi Alessio.Di sampingnya, Jackson berdiri dengan waspada. Beberapa orang Alessio tak jauh dari mereka, menyamar sebagai turis biasa.Salvatore tahu mereka ada di sana. Mengawasinya, menjaganya, a
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 166

Salvatore terbaring lemas di ranjang kamar vila, tubuhnya gemetar hebat seiring dengan rasa sakit yang mencengkeram kepalanya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, dan napasnya terdengar berat.Jackson berdiri di samping ranjang, menatap Salvatore dengan wajah penuh ketegangan. Dia tahu Salvatore tidak baik-baik saja, tapi membawa pria itu ke rumah sakit bukanlah pilihan. Itu perintah Alessio—Salvatore tidak boleh di bawa ke rumah sakit agar tidak meninggalkan jejak apapun.Saat Alessio mendengar kabar bahwa Salvatore mengalami serangan sakit kepala hebat, dia langsung bergegas masuk ke kamar. Tanpa ragu, dia meraih tangan Salvatore dan menggenggamnya erat."Salvatore, tahan sebentar. Dokter dalam perjalanan." Alessio berbicara lembut, namun nada suaranya penuh kecemasan.Salvatore tidak merespons. Wajahnya memucat, matanya terpejam erat, seolah sedang bertarung dengan sesuatu yang hanya bisa dia rasakan sendiri.Tubuhnya menggigil, seperti sedang tersiksa oleh sesuatu yang tidak k
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 167

Salvatore terjebak dalam kegelapan. Namun, perlahan, bayangan samar mulai terbentuk.Di hadapannya, seorang wanita berdiri. Dia tersenyum manis, terlalu cantik untuk menjadi nyata.Rambut panjangnya tergerai lembut, matanya bersinar dengan kehangatan yang entah mengapa terasa begitu familiar. Salvatore ingin menyebut namanya. Siapa dia?Namun, tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Wanita itu hanya menatapnya penuh kasih, seolah mereka memiliki banyak kenangan bersama.Lalu, mimpi itu berganti. Kini, Salvatore berdiri di tengah-tengah sebuah pesta.Di hadapannya, wanita yang sama berdiri dengan gaun hitam anggun. Hatinya berdebar. Tangannya menggenggam kotak kecil.Dia membukanya perlahan, menampakkan cincin berlian yang berkilauan di bawah cahaya lampu-lampu mewah."Maukah kau menikah denganku?" suaranya bergetar dengan emosi.Dia bersimpuh di hadapan wanita itu, menyematkan cincin di jari manisnya. Wanita itu tersenyum bahagia, lalu menariknya ke dalam pelukan. Ciuman mendarat d
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 168

Valeria duduk di kursi pantai, memandangi ombak yang bergulung dengan mata kosong. Pikirannya masih tertuju pada telepon kemarin. Sesuatu sedang terjadi di markas, tapi tanpa informasi lebih lanjut, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu.Anna, yang sedari tadi mengamati sahabatnya itu, menghela napas keras. "Aku sudah muak melihat wajah melasmu, Val!" serunya sambil menjatuhkan diri ke kursi sebelah. "Kita sudah di Hawaii, di Waikiki! Liburan, Val! Bisa nggak, sih, kita berhenti berpikir tentang Milan, pekerjaan, dan semua hal membosankan itu?"Valeria hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap laut. Dia seperti tidak dengar apa kata Anna barusan.Anna mendengus. "Aku nggak akan membiarkanmu merusak liburan ini!" ujarnya dengan mata berbinar penuh tekad.Morgan, yang duduk tidak jauh dari mereka, menutup bukunya dan menatap Anna dengan curiga. "Apa lagi yang kau rencanakan?" tanyanya dengan nada datar.Anna menyeringai. "Kau akan lihat."Satu jam kemudian...Anna menyeret Val
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 169

Salvatore duduk di atas kursi rodanya, matanya memandang lurus ke arah lautan luas yang membentang di depan vila. Angin berembus pelan, membawa aroma asin khas laut dan suara deburan ombak yang menenangkan.Namun, ketenangan itu tidak berarti apa-apa baginya. Pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan yang belum menemukan jawaban. Dia harus berbicara dengan Suan.Dia tahu, Alessio memasang CCTV di dalam kamarnya. Itu sebabnya dia memilih halaman belakang vila yang jauh dari pengawasan kamera. Di tempat ini, dia bisa berbicara tanpa takut diawasi. Setidaknya, itulah yang dia harapkan.Tak lama, Suan datang membawa nampan kecil berisi obat-obatan. "Waktunya minum obat, Tuan Salvatore," ucap Suan dengan nada datar seperti biasa.Namun, sebelum Salvatore bisa menjawab, Jackson sudah lebih dulu muncul dan berdiri di dekat mereka. Salvatore menahan rasa frustrasinya. Dia ingin berbicara dengan Suan, tapi kehadiran Jackson membuatnya tidak leluasa."Aku tidak suka diperlakukan seperti pasie
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 170

Malam merayap pelan di luar jendela vila, menyelimuti langit dengan kegelapan pekat yang hanya diterangi sinar bulan samar. Di dalam kamar Salvatore yang remang, suara langkah kaki terdengar halus mendekati ranjangnya. Itu adalah Suan, seperti biasa, datang membawa obat untuknya.Salvatore menatap pria itu tanpa ekspresi, tapi ada kilatan waspada di matanya. Dia sudah terbiasa dengan rutinitas ini. Suan akan datang, menyerahkan obatnya, dan di sela-sela itu, dia akan menyelipkan selembar kertas kecil berisi informasi yang sangat Salvatore butuhkan.Suan tidak berbicara. Dia hanya meletakkan segelas air dan dua butir pil di atas meja samping tempat tidur. Gerak-geriknya sangat tenang, terlalu tenang. Namun, Salvatore tahu, di balik wajahnya yang selalu datar, ada sesuatu yang ingin disampaikan.Ketika Suan hendak menarik tangannya setelah meletakkan obat, jari-jarinya dengan cepat menyelipkan selembar kertas kecil di bawah gelas. Salvatore yang sudah terbiasa dengan metode ini sejak ha
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more
PREV
1
...
151617181920
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status