Home / Romansa / Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia: Chapter 171 - Chapter 180

195 Chapters

Bab 171

Setelah dua minggu menikmati hawa tropis Hawaii, Valeria akhirnya kembali ke Milan. Langit kota itu tampak kelabu, berbeda jauh dengan cerahnya matahari yang selalu menyinari pantai Waikiki. Udara dingin menyambutnya saat dia melangkah keluar dari bandara, tapi dia tetap terlihat tenang. Tidak ada perubahan besar dalam ekspresinya, hanya saja auranya terlihat lebih segar.Morgan dan Anna berjalan di belakangnya sambil bercanda satu sama lain. Anna masih membawa nuansa Hawaii dalam dirinya—terlihat dari gaun berwarna cerah yang dia kenakan, sandal santai di kakinya, dan cara bicaranya yang lebih lepas daripada biasanya. Sedangkan Morgan, tetaplah Morgan. Pria itu tampak rapi seperti biasa, mengenakan jas hitam yang kontras dengan suasana santai yang Anna pancarkan.Saat mereka tiba di rumah keluarga Morreti, suasana langsung berubah menjadi lebih hangat. Elena, Lorenzo, Roberto, dan Giulia sudah menunggu di ruang makan. Mereka tampak bersemangat menyambut kepulangan Valeria dan teman-t
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 172

Di tengah keheningan malam, suara sirene ambulans memecah kesunyian di depan rumah sakit. Lampu merah biru berkedip-kedip liar, memberikan kesan darurat yang tak terbantahkan.Beberapa tenaga medis bergegas keluar dari kendaraan dengan tandu yang membawa seorang wanita dalam keadaan kritis. Sofia, wajahnya penuh luka lebam dan darah yang mengering, terbaring dengan nafas lemah di atas tandu. Tubuhnya dipenuhi perban sementara dokter berlari masuk ke dalam ruang gawat darurat, meneriakkan perintah kepada perawat yang segera menyiapkan ruang operasi.Di luar ruang operasi, Isabella duduk dengan wajah pucat, kedua tangannya menggenggam erat jemari Julian. Wanita itu tampak bergetar, matanya merah dan penuh kekhawatiran. Dia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa putrinya harus melalui penderitaan ini.Julian sendiri duduk dengan ekspresi tegang, tangannya dikepalkan di atas lututnya. Dia menundukkan kepala, pikirannya bercampur aduk.Mereka baru saja mendapatkan kabar dari penjara jik
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 173

Hari itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya, Valeria mengendarai mobilnya menuju markas. Matahari sore mulai condong ke barat, mewarnai langit dengan semburat jingga yang indah, tetapi tak mampu menghilangkan kekosongan yang bersemayam di dalam hatinya.Begitu tiba di markas, Valeria turun dari mobil dengan langkah tegas. Dia mengenakan mantel panjang berwarna hitam yang sedikit berkibar tertiup angin sore. Semua anak buah di sana sudah terbiasa dengan kedatangannya, sehingga tak ada yang berani menghalangi langkahnya saat dia menuju ruangan Salvatore.Dante, salah satu anak buah Salvatore yang paling setia, berdiri di depan pintu ruangan. Begitu melihat Valeria mendekat, dia hanya mengangguk kecil dan langsung membukakan pintu tanpa perlu bertanya."Tidak ada perkembangan?" tanya Valeria sambil melangkah masuk.Dante menggeleng. "Belum ada pergerakan mencurigakan dari Alessio. Orang-orang kita masih mencari petunjuk, tetapi hasilnya nihil."Valeria menghela napas panjang. Kecewa dan
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 174

"Ugh!" Salvatore merintih kesakitan di atas ranjangnya.Malam ini, langit mengamuk. Hujan deras mengguyur vila dengan derasnya, menciptakan suara gemuruh yang menggema di seluruh penjuru.Petir menyambar tajam, menerangi kegelapan sesaat sebelum kembali ditelan malam. Angin kencang berdesir, menghantam jendela dengan suara mencekam.Di dalam kamar yang remang-remang, Salvatore meraung kesakitan. Keringat dingin membasahi tubuhnya.Tangannya mencengkeram seprai dengan erat, jari-jarinya menggenggam kain seolah mencoba bertahan dari rasa sakit yang melumpuhkan. Kepalanya seakan dihantam palu berulang kali, denyut yang menyiksa itu membuatnya ingin berteriak lebih keras, tapi suaranya tercekat di tenggorokan.Tubuhnya bergetar hebat. Dia mencoba bangkit, tapi kedua kakinya yang lumpuh tak memberinya kesempatan untuk melarikan diri dari penderitaan ini.Dia hanya bisa terbaring, merasakan rasa sakit itu menyerang tanpa ampun. Napasnya tersengal-sengal, matanya berkabut, dan pikirannya dip
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 175

Valeria kembali ke markas—lagi. Rutinitas ini dimulai tanpa ia sadari. Awalnya hanya sesekali, tetapi kini hampir setiap hari. Dia bosan di rumah, dan lebih dari itu, dia merindukan Salvatore.Di sini, di ruangan milik pria itu, dia bisa merasa sedikit lebih dekat dengannya. Seperti biasa, Valeria duduk di kursi besar Salvatore, tangannya bermain di atas meja kayu yang kokoh.Tak ada yang benar-benar berubah di ruangan ini. Bau khas yang biasa memenuhi tempat ini masih sama—aroma kayu, wangi tembakau samar yang tertinggal, serta kesan kuat yang ditinggalkan pemiliknya.Hari ini, dia tak melakukan apa-apa selain menatap jendela besar di sampingnya.Hujan semalam membuat kota tampak lebih dingin. Langit masih kelabu, dan suasana di luar terasa tenang. Namun, bagi Valeria, keheningan ini justru membuatnya ingin mencari sesuatu untuk diisi.Pintu diketuk pelan, lalu terbuka. Dante masuk dengan sebuah nampan di tangannya, membawa secangkir teh hangat."Teh, Nyonya Valeria."Valeria menole
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 176

Pagi itu, suasana di ruang makan terasa berbeda dari biasanya. Cahaya matahari masuk melalui jendela besar, menerangi meja makan panjang yang dipenuhi hidangan sarapan.Salvatore duduk di ujung meja, wajahnya seperti biasa—dingin dan sulit ditebak. Tangannya perlahan mengaduk kopi hitam di cangkir porselen, sementara matanya tetap tertuju pada meja tanpa banyak bicara.Di seberangnya, Amara tampak lebih tenang dari biasanya. Tidak ada tingkah centilnya, tidak ada suara manjanya yang biasa. Kali ini, dia hanya duduk dengan sopan, menatap piringnya sebelum sesekali melirik ke arah Salvatore.Namun, ada satu hal lain yang jelas terlihat—sesekali, tatapan Amara melayang ke arah Alessio yang duduk di sampingnya. Tatapan penuh ketakutan.Alessio sendiri tampak biasa saja. Pria itu menikmati sarapannya tanpa banyak bicara, seperti seseorang yang sama sekali tidak peduli dengan suasana tegang di ruangan itu.Amara menarik napas pelan sebelum akhirnya berbicara. "Bagaimana keadaanmu, Salvatore
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 177

Siang itu, langit mendung menggantung di atas vila megah tempat Salvatore dikurung. Udara terasa lembab setelah hujan turun beberapa saat yang lalu, dan suara dedaunan kelapa bergemerisik diterpa angin.Salvatore duduk di halaman belakang, mencari tempat tersembunyi di balik pohon kelapa yang rimbun. Ia tahu, setiap sudut vila ini dipantau oleh kamera pengawas, tetapi di sinilah satu-satunya titik buta.Sambil menghela napas dalam, ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi roda. Rasa sakit masih bersarang di tubuhnya, terutama di kakinya yang belum sepenuhnya pulih.Dari kejauhan, Jackson berdiri dengan posisi siaga, memperhatikan keadaan sekitar. Salvatore menatapnya sebentar sebelum memberikan perintah singkat."Panggil Suan. Aku mau minum obat."Jackson mengangguk cepat dan segera pergi.Tak butuh waktu lama, Suan datang dengan langkah hati-hati. Ia membawa obat di tangannya, tetapi ekspresinya tidak hanya sekadar seorang perawat yang datang untuk merawat pasien.Saat duduk di
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 178

Hujan turun deras ketika Valeria melaju kencang menuju markas Il Leone d’Ombra. Setiap tetesan air yang menghantam kaca mobilnya terasa seperti peringatan akan badai besar yang akan datang. Pesan dari Dante terus terngiang di pikirannya."Ada pergerakan aneh di markas. Bawahan setia Antonio mulai mengeluarkan surat perintah untuk bergerak."Valeria mengeraskan rahangnya. "Alessio ..., ini pasti berhubungan dengannya," desisnya penuh kecurigaan.Dia tidak bodoh. Sejak awal, dia tahu Alessio bukan sekadar ancaman biasa. Pria itu terlalu licik dan terlalu berbahaya.Sejak dia tahu mungkin Alessio ada hubungannya dengan hilangnya Salvatore, Valeria berniat mencari pria itu. Jika semua jalan ke arah Salvatore tidak ditemukan, maka setidaknya dia harus mencari Alessio, Antonio atau bahkan Amara, karena mereka mungkin memiliki sebuah petunjuk. Mereka bertiga menghilang hampir secara bersamaan dengan hilangnya Salvatore.Itu sebabnya akhir-akhir ini Valeria ikut memantau pergerakan Alessio de
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 179

Valeria duduk di kursi ruang kerja Salvatore, jantungnya berdebar tak karuan. Di tangannya, gulungan kertas yang diberikan Firgo terasa lebih berat daripada yang seharusnya. Seakan di dalamnya tersembunyi rahasia yang dapat mengubah segalanya.Tangan Valeria sedikit gemetar saat dia membuka lembar pertama.Tulisan tangan Antonio memenuhi halaman pertama, garis-garis tinta yang kuat dan tegas mencerminkan keteguhan pria itu.Mata Valeria mulai menelusuri tulisan-tulisan itu dengan penuh perhatian.—Hari pernikahan Salvatore.Antonio menulis bagaimana dia mengawal mereka dari kejauhan. Dia tidak pernah mempercayai keadaan sepenuhnya, terutama karena Alessio masih berkeliaran.Lalu, datanglah kejadian yang menghancurkan segalanya—kecelakaan itu.Salvatore tertabrak truk dengan kekuatan luar biasa.Jari-jari Valeria mencengkeram kertas lebih erat, bayangan hari itu kembali memenuhi pikirannya.Antonio mengejar sopir truk itu tanpa ragu. Dia tidak tinggal diam. Dia menangkap pria itu dan m
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 180

Malam itu, Salvatore tidak meminum obatnya. Tidak seperti malam-malam sebelumnya, kali ini dia ingin tetap sadar.Malam ini, dia akan pergi. Suan sudah menyiapkan segalanya. Pesawat pribadi, pasukan, rencana pelarian—semua telah diatur dengan sempurna.Salvatore berbaring di ranjangnya, menatap langit-langit. Jantungnya berdebar kencang. Bukan karena ketakutan, tapi karena antisipasi.Akhirnya, dia bisa keluar dari tempat terkutuk ini. Akhirnya, dia bisa bebas. Dia sudah muak dengan Alessio.Namun, di saat Salvatore mulai merasa sedikit tenang, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka.Cklek.Seseorang masuk. Salvatore menoleh dengan cepat.Dan di sana, berdiri seseorang yang paling tidak ingin dia lihat.Alessio.Matanya terlihat aneh.Gelap.Gila.Obsesi yang telah lama dia pendam terlihat jelas di sorot matanya.Salvatore menyipitkan mata, waspada. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dingin.Alessio melangkah mendekat, tatapannya tidak berkedip. Lalu, dengan suara yang tenang tapi ber
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more
PREV
1
...
151617181920
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status