Home / Romansa / Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia: Chapter 181 - Chapter 190

195 Chapters

Bab 181

Alessio terdiam, matanya membelalak. Pria yang berdiri di hadapannya, menodongkan pistol tepat di antara kedua matanya, bukanlah Suan. Itu Antonio.Antonio yang selama ini terkenal menjadi kaki tangan Salvatore. Antonio yang selalu setia kepada Salvatore—bahkan lebih dari siapapun.Alessio tidak menyangka Antonio akan sampai seperti ini hanya untuk Salvatore. Hal ini membuat Alessio semakin sakit di dalam hatinya.Tubuh Alessio mendadak gemetar. Dia terguncang."Kau ...." Suaranya tercekat, napasnya memburu. "Antonio?!"Antonio tidak menjawab. Tatapan matanya tajam dan dingin. Seperti seekor serigala yang siap mencabik-cabik mangsanya.Dia menyamar dengan mengubah warna kulitnya dan kumis yang sengaja dipanjangkan. Antonio benar-benar totalitas dengan semua rencana menyelamatkan Salvatore yang dia pikirkan sendiri.Namun, Alessio langsung diliputi kemarahan. Darahnya mendidih.Rasa sakit akibat tendangan Salvatore di perutnya tidak seberapa dibandingkan dengan luka yang kini mengoyak
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 182

Angin malam berhembus kencang di dermaga tempat kapal pesawat milik Il Leone d'Ombra bersiap lepas landas. Lampu-lampu kecil berpendar di sepanjang landasan, menciptakan bayangan panjang dari setiap orang yang berdiri di sana.Di antara mereka, Valeria berdiri tegak, wajahnya penuh tekad. "Aku ikut."Firgo, yang sedang mengatur pasukan untuk misi ini, menghela napas panjang, menekan emosinya yang hampir meledak. Dia menoleh ke arah Valeria dengan wajah bersungut-sungut."Valeria, ini bukan perjalanan biasa," katanya dengan suara rendah namun tegas. "Ini misi penyelamatan yang bisa berakhir dengan baku tembak. Kau sedang hamil! Bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu?"Namun, Valeria tidak goyah. Matanya yang tajam menatap langsung ke arah Firgo."Aku tidak peduli. Aku harus menemui Salvatore."Firgo menggertakkan giginya. Dia benar-benar kesal.Membawa wanita hamil dalam misi penuh risiko bukanlah ide yang masuk akal. Apalagi Valeria bukan seorang prajurit. Dia hanya seorang wanita yan
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 183

Asap hitam mengepul ke langit, membentuk gumpalan pekat yang menandakan kehancuran total vila. Valeria berdiri terpaku, dadanya naik turun dengan napas yang tidak beraturan. Salvatore… pikirnya. Jantungnya berdebar semakin kencang, mencengkeram hatinya dengan ketakutan dan harapan yang bercampur menjadi satu.Firgo mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada pasukan Il Leone d'Ombra untuk terus maju. Mereka menyusup perlahan ke dalam hutan yang mengelilingi vila, berhati-hati di antara rerimbunan pohon dan semak-semak. Aroma asap yang menyengat menusuk hidung mereka, bercampur dengan bau kayu yang terbakar.Valeria menguatkan hatinya dan melangkah bersama mereka, meski tubuhnya dipenuhi kegelisahan yang tak tertahankan. Bagaimana jika Salvatore terluka? Bagaimana jika dia…? Dia menggelengkan kepala, menepis pikiran buruk itu. Tidak. Dia tidak boleh berpikir seperti itu. Dia harus percaya bahwa Salvatore masih hidup.Saat langkahnya semakin mendekati area vila yang kini nyaris rata de
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 184

Antonio berusaha mendorong kursi roda Salvatore dengan cepat, matanya menyapu sekeliling mencari celah untuk kabur. Namun, baru beberapa langkah mereka melangkah keluar dari vila yang sudah hancur sebagian akibat ledakan, belasan hingga puluhan anak buah Alessio muncul dari berbagai sudut. Mereka mengepung Antonio dan Salvatore, membentuk lingkaran yang rapat dengan senjata tajam di tangan.Sial, Antonio benar-benar tak menyangka Alessio sudah mengantisipasi kemungkinan ini. Seharusnya dia memperhitungkan hal ini sejak awal. Namun, sekarang bukan waktunya untuk menyesal. Dia harus fokus melindungi Salvatore.Salvatore yang masih lemah di kursi roda melihat sekeliling dengan napas tertahan. Tangannya mencengkeram pegangan kursi, rasa frustrasi dan kemarahan bercampur jadi satu. Dia tahu dirinya adalah beban saat ini, dan itu membuatnya semakin muak."Antonio ..., kita terkepung," gumamnya, suaranya serak.Antonio berdiri tegak di depan Salvatore, tubuhnya sedikit membungkuk dalam posis
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 185

Firgo dan pasukannya tiba dengan cepat, langsung mengarahkan senjata mereka ke arah Alessio dan anak buahnya yang semakin banyak berdatangan dari segala penjuru. Situasi berubah dalam hitungan detik—senjata diacungkan, napas tertahan, dan ketegangan melingkupi udara yang terasa semakin berat.Di tengah medan yang kacau ini, seseorang dari anak buah Alessio telah menawan Salvatore, menekannya ke tanah dengan pistol diarahkan ke kepalanya. Salvatore yang sudah babak belur tidak bisa banyak melawan, tetapi matanya masih menyala dengan amarah dan ketidakrelaan.Tak jauh darinya, Antonio yang juga tersungkur di tanah, masih dalam kondisi terluka, hanya bisa menatap situasi dengan rahang mengatup rapat. Dia tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya—Alessio, yang seharusnya sudah mati setelah tembakan di dadanya, masih berdiri tegak dengan darah segar yang merembes dari luka tembaknya. Sepertinya dia memaksakan diri untuk terus bergerak, tekadnya untuk memiliki Salvatore lebih kuat dari ras
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 186

Morgan keluar dari mobilnya dengan tergesa-gesa, langkahnya cepat menghantam aspal saat ia berjalan menuju pintu markas. Wajahnya penuh dengan ketegangan, napasnya memburu karena perasaan cemas yang tak bisa ia kendalikan.Sejak tadi malam, ia melihat Valeria keluar rumah, dan firasat buruk langsung mencengkeram hatinya. Kini, dia di sini, dan yang ada di pikirannya hanya satu hal—Valeria.Begitu dia masuk ke dalam markas, matanya langsung mencari sosok Valeria, tetapi yang ia lihat hanyalah Dante yang tengah berdiri di dekat meja dengan ekspresi serius. Morgan mendekatinya, suaranya berat dan penuh tekanan saat bertanya, "di mana Valeria?"Dante menatapnya sebentar, lalu menghela napas. "Nyonya Valeria tidak ada di sini.""Tidak ada di sini? Apa maksudmu?""Dia sudah pergi dengan pasukan beberapa jam yang lalu," lanjut Dante yang sudah menduga jika Morgan mencari Valeria.Morgan terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata itu. Namun, ketika pemahamannya datang, dadanya langsung teras
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 187

Di dalam pesawat pribadi yang terbang di atas Samudra Pasifik, suasana terasa tegang. Lampu-lampu kabin berpendar samar, menciptakan bayangan-bayangan panjang di wajah-wajah yang kelelahan dan terluka.Di salah satu kursi, Valeria terbaring lemah dengan napas tersengal. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi dahinya, dan matanya sesekali terpejam menahan rasa sakit. Wanita itu sudah setengah kehilangan kesadarannya. Darah masih merembes dari perban darurat yang melilit perutnya, bukti dari luka yang Alessio tinggalkan.Salvatore duduk di sampingnya, menggenggam erat tangannya yang juga berlumuran darah. Jari-jarinya sedikit gemetar, bukan karena rasa takut, melainkan karena sesuatu yang mengusik pikirannya.Dia masih belum sepenuhnya memahami kenapa melihat Valeria seperti ini membuat hatinya terasa seakan diremas. Sebuah perasaan yang familiar, namun asing pada saat yang bersamaan.Antonio, yang duduk tak jauh dari mereka, tampak lelah dengan luka di lengannya yang terus mengalirk
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 188

Begitu roda pesawat menyentuh landasan Jepang, Salvatore segera bangkit dari kursinya. Dia tak peduli pada tubuhnya yang masih lemah, langkahnya langsung mengikuti para anak buah yang membawa Valeria ke luar pesawat dengan tandu.Udara malam Jepang yang dingin menusuk kulit, tetapi keringat dingin tetap mengalir di pelipisnya. Mereka semua bergerak cepat menuju kendaraan yang sudah disiapkan. Firgo sudah lebih dulu mengatur segalanya—termasuk mencari rumah sakit yang aman, tempat dokter-dokternya bisa dibayar untuk menutup mulut.Di perjalanan menuju rumah sakit, Salvatore duduk diam di samping Valeria. Matanya terus mengamati wajah wanita itu. Wajah yang seharusnya asing, tetapi justru terasa familiar. Wajah yang entah mengapa, menjadi yang pertama muncul dalam pikirannya saat dia mulai sadar dari kegelapan ingatannya yang hilang.Jika dia istriku… berarti aku sangat mencintainya, bukan?Tapi kenapa? Kenapa dia tidak bisa mengingatnya?Salvatore menggigit bibir bawahnya, frustrasi de
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 189

Malam di Milan terasa dingin. Julian berjalan keluar dari rumah sakit dengan langkah tenang, tetapi pikirannya kacau. Ibunya masih di dalam, menjaga Sofia—adiknya yang telah menghancurkan hidupnya. Sang ayah, Giovani, bahkan tak peduli lagi dengan keluarga mereka sejak nama besar Ricci runtuh.Saat Julian hendak berjalan ke mobilnya, suara familiar menghentikan langkahnya."Julian?"Dia mendesah pelan, lalu menoleh. Margareta berdiri tak jauh darinya, mengenakan mantel mahal yang dulu mungkin ia beli dari uang Julian sendiri. Wajah wanita itu masih sama—cantik, angkuh, penuh percaya diri. Tapi Julian tak lagi melihatnya seperti dulu."Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya datar.Margareta tersenyum, mendekatinya dengan langkah gemulai. "Aku kebetulan lewat. Lalu aku melihatmu ..., jadi aku ingin menyapa."Julian mengangkat alis. "Kebetulan lewat di rumah sakit, malam-malam begini?" Nada suaranya terdengar sarkastik.Margareta tertawa kecil. "Aku ingin tahu ..., bagaimana keadaanmu s
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 190

Valeria membuka matanya perlahan. Cahaya lampu kamar rawat terasa menyilaukan, tetapi bukan itu yang membuatnya tercekat. Di sampingnya, Salvatore duduk dengan ekspresi penuh kekhawatiran. Tatapan pria itu tajam, tetapi terselip kegelisahan yang sulit disembunyikan."Salvatore ...." Suara Valeria serak, hampir berbisik. "Bagaimana dengan bayiku?"Begitu mendengar suaranya, Salvatore langsung menggenggam tangannya erat. "Kau sudah sadar? Dia ..., baik-baik saja."Valeria menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Rasa sakit di perutnya masih terasa, tetapi lebih dari itu, ada perasaan lain yang membuat dadanya sesak—haru, rindu, dan kelegaan yang begitu mendalam.Salvatore ada di sini.Tangannya gemetar saat dia mengangkatnya, menyentuh pipi pria itu dengan lembut. "Aku ..., aku pikir aku tak akan pernah melihatmu lagi." Suaranya pecah dalam isakan kecil.Salvatore mengeraskan rahangnya, menahan emosinya sendiri. "Aku di sini. Aku ..., tidak akan ke mana-mana."Air mata Valeria ak
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more
PREV
1
...
151617181920
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status