Share

Bab 143

Author: Lee Sizunii
last update Last Updated: 2025-02-07 00:10:00
Saat Valeria masih menggenggam tangan Salvatore yang dingin, suara langkah cepat terdengar dari luar. Pintu kamar inap terbuka dengan kasar, dan di ambang pintu berdiri seseorang yang tak ingin Valeria lihat saat ini—Amara.

Valeria menoleh dengan ekspresi kaget, tapi sebelum dia sempat mengatakan apapun, Amara langsung menghampirinya dengan tatapan penuh amarah.

"Dasar wanita jalang!" Amara hendak menjambak rambut Valeria tapi Morgan segera menghadangnya.

Matanya penuh amarah dan air mata. Sepertinya Amara baru saja menggila.

"Nona, ini adalah rumah sakit. Aku akan memanggil keamanan jika kau tidak bisa mengendalikan diri," ancam Morgan.

"Diam kau! Minggir! Aku ingin memberikan pelajaran pada wanita itu karena telah melukai Salvatoreku," teriak Amara.

Dia meronta-ronta dan Morgan mendorongnya perlahan ke arah pintu agar menjauhi Valeria. Valeria sendiri juga terlihat sangat tidak peduli dengan keadaan Amara di sana.

"Lepas! Ini semua salahmu, Valeria!" Suara Amara melengking, nyaris hi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 144

    Saat Morgan menggendong tubuh lemah Valeria kembali ke kamar inapnya, wajah pria itu dipenuhi kekhawatiran. Valeria terlalu memaksakan diri, padahal kondisinya masih sangat buruk. Luka di kakinya belum sepenuhnya mengering, dan dia masih kehilangan banyak darah.Begitu mereka tiba di kamar, seorang perawat segera menghampiri. "Dia butuh istirahat total," kata perawat itu tegas.Morgan hanya mengangguk, meletakkan Valeria perlahan di atas ranjang, memastikan tubuhnya nyaman. Valeria masih terengah-engah, dadanya naik turun dengan cepat, efek dari emosi dan rasa sakit yang bercampur menjadi satu. Namun, setelah disuntikkan obat penenang ringan, napasnya mulai melambat. Matanya yang semula penuh kegelisahan kini perlahan tertutup.Morgan duduk di kursi samping ranjang, menatap Valeria dengan ekspresi penuh perhatian selagi perawat memasang kembali infus di tangan Valeria. Dia tidak berniat meninggalkan Valeria sendirian. Keluarga Valeria belum tiba, dan hanya dia yang bisa memastikan wan

    Last Updated : 2025-02-07
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 145

    Begitu tiba di rumah sakit, Lorenzo, Elena, Roberto, dan Giulia langsung bergegas masuk ke dalam dengan wajah penuh kekhawatiran. Mereka disambut pemandangan yang membuat hati mereka mencelos—Valeria tampak begitu berantakan, wajahnya pucat seperti kehilangan semua darah dalam tubuhnya, matanya sembab, dan tubuhnya terlihat begitu lemah di atas kursi roda.Di sampingnya, Morgan berdiri tegap, berbicara dengan beberapa anak buah Salvatore yang masih sibuk mencari keberadaan pria itu. Suasana di lorong rumah sakit terasa tegang, udara seakan dipenuhi dengan kecemasan yang berat."Valeria!" Elena segera berjongkok di samping putrinya, matanya membasah melihat kondisi Valeria yang begitu menyedihkan.Namun, Valeria hanya tersenyum kecil, mencoba menenangkan ibunya meskipun air mata masih menggantung di pelupuk matanya. "Aku baik-baik saja, Mom."Lorenzo menatap putrinya dengan ekspresi penuh kekhawatiran, sementara Roberto dan Giulia saling bertukar pandang dengan raut serius. "Baik-baik

    Last Updated : 2025-02-07
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 146

    Satu minggu telah berlalu, dan Salvatore masih belum ditemukan. Di dalam ruangan yang diterangi cahaya temaram, Valeria duduk di kursi roda dengan wajah pucat dan mata yang sembab karena kurang tidur. Di hadapannya, beberapa layar memperlihatkan rekaman CCTV yang dikumpulkan oleh anak buah Salvatore. Tangannya yang lemah menggenggam remote kontrol, terus memutar ulang setiap detik dari rekaman yang ia tonton.Di sampingnya, Morgan menghela napas berat. "Valeria, sudah cukup," ucapnya terdengar penuh kekhawatiran, "kau baru saja keluar dari rumah sakit, kau harus beristirahat."Valeria menggeleng lemah tanpa menoleh ke arah Morgan. Matanya masih terpaku pada layar, mencari sekecil apa pun petunjuk tentang keberadaan Salvatore."Aku tidak bisa berhenti, Morgan." Suaranya serak, "Semakin lama aku diam, semakin besar kemungkinan Salvatore berada dalam bahaya."Morgan mengusap wajahnya dengan frustrasi. Dia tahu keras kepala Valeria, tapi wanita itu sudah berada di batas fisiknya."Salvato

    Last Updated : 2025-02-08
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 147

    Valeria duduk di tepi jendela kamar, tatapannya kosong menembus langit sore yang mulai memerah. Tangannya perlahan mengusap perutnya yang masih rata, merasakan kehangatan yang kini tumbuh di dalam dirinya."Salvatore …," bisiknya lirih.Janin yang tumbuh di dalam perutnya, Valeria bisa menduga itu adalah hasil dengan hubungannya terakhir kali dengan Salvatore. Entah ini membuatnya bahagia atau sedih.Seandainya pria itu ada di sini, tentu ini akan menjadi kabar yang membahagiakan. Mereka akan merayakan kehamilan ini bersama, Salvatore pasti akan melindungi dirinya dan bayi mereka dengan segala cara.Tapi kenyataannya… Salvatore menghilang.Selama seminggu terakhir, Valeria telah mencari ke berbagai tempat. Ia sudah mendatangi mansion Salvatore, berharap pria itu kembali ke rumah mereka—tapi yang ia temui hanyalah rumah kosong yang sunyi.Ia juga telah pergi ke markas Salvatore, tempat semua rencana dan strategi bisnisnya dijalankan. Morgan membantunya, tetapi tidak ada jejak Salvatore

    Last Updated : 2025-02-08
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 148

    Hari itu, langit tampak mendung saat Valeria tiba di markas Salvatore. Meski tubuhnya masih lemah dan perutnya mulai terasa lebih sensitif karena kehamilannya, tekadnya tak tergoyahkan.Morgan menuntun Valeria keluar dari mobil. Begitu turun dari mobil, semua anak buah Salvatore yang masih setia kepadanya segera menyambut."Nyonya Marino." Salah satu pria berbadan tegap membungkuk hormat.Mereka tidak lagi menyebutnya dengan nama gadisnya—karena Valeria kini adalah istri sah dari Salvatore Marino. Dengan status itu, ia juga otomatis menjadi pemilik markas ini, menggantikan Salvatore yang masih menghilang."Kami siap menerima perintah Anda," lanjut pria itu."Apa ini tidak masalah?" bisik Morgan merasa khawatir karena Valeria seperti masuk ke sarang pembunuh.Valeria mengangguk, menepuk punggung Morgan untuk meyakinkan pria itu. Lalu bergantian menatap semua orang di sana dengan tatapan tajam dan penuh wibawa."Terima kasih," jawabnya dengan suara tenang, tapi berisi. "Mulai hari ini,

    Last Updated : 2025-02-09
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 149

    Pagi itu, sinar matahari menembus jendela besar ruang makan keluarga Moretti. Valeria baru saja keluar dari lift, menuju ke ruang makan.Aroma kopi dan roti panggang mengisi ruangan, tapi suasana di meja makan terasa tegang. Lorenzo nampak tak seperti biasanya, terlihat ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan putrinya itu.Valeria duduk di kursinya dengan ekspresi kosong. Di depannya, Lorenzo dan Elena saling bertukar pandang, menyadari perubahan drastis pada putri mereka selama beberapa hari ini.Valeria menyendok makanannya tanpa benar-benar menikmatinya. Sikapnya dingin. Tatapannya tajam, pikirannya jelas tidak ada di sini.Lorenzo akhirnya membuka suara. "Valeria," panggilnya, suaranya tegas. "Aku ingin kau mendengarkan dengan baik."Valeria tetap diam, matanya masih fokus pada makanan di piringnya. Dia seperti kehilangan jiwanya karena hampir dua bulan ini tidak bisa menemukan petunjuk apapun tentang keberadaan Salvatore."Kau harus berhenti mencarinya. Serahkan urusan ini kep

    Last Updated : 2025-02-09
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 150

    Di dalam mobil, Valeria duduk dengan wajah pucat, matanya sayu, tapi sorotnya tetap tajam. Tangannya bertumpu di paha, sedikit gemetar karena kelelahan. Perutnya terasa sedikit mual, tapi pikirannya terlalu sibuk untuk peduli.Morgan, yang mengemudikan mobil dengan fokus, sesekali melirik Valeria melalui kaca spion. Dia melihat bagaimana Valeria terlihat semakin lemah.Akhirnya, dia membuka suara. "Valeria, kau harus kembali ke rumah." Suaranya tegas tapi tetap lembut.Valeria hanya diam, tatapannya tetap fokus ke layar ponsel yang memutar rekaman CCTV. Dia baru saja mendapatkan laporan dari anak buah Salvatore tentang apa yang mereka temukan.Morgan melanjutkan, "kau terlihat sangat lemah. Aku bisa mengurus ini, kau istirahat saja."Tanpa mengalihkan tatapannya, Valeria menjawab dengan nada datar. "Tidak."Morgan menghela napas. Dia tahu Valeria keras kepala, tapi ini sudah keterlaluan."Kau tidak bisa terus seperti ini," desaknya. "Jika kau terus memaksakan diri, bukan hanya kau yan

    Last Updated : 2025-02-09
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 151

    Hujan turun perlahan, membasahi jalanan kota yang mulai gelap. Lampu-lampu kota bersinar redup, mencerminkan suasana hati Valeria yang kacau.Tanpa sadar, mobil yang dia kemudikan berhenti di depan Filarete Tower. Jari-jarinya masih mencengkeram setir dengan erat, tetapi pikirannya melayang jauh. Dadanya terasa sesak, hatinya penuh dengan kehampaan yang menyesakkan.Tangan Valeria berlumur darah. Jejak perlawanan dari perawat yang tadi dia siksa demi mendapatkan jawaban. Bajunya pun kotor, bercampur antara darah dan air hujan yang mulai merembes dari jendela mobil yang sedikit terbuka.Dengan langkah berat, Valeria turun dari mobil. Tumit sepatunya beradu dengan trotoar yang basah, menghasilkan suara yang bergema di antara kesunyian malam.Matanya menatap gedung menjulang tinggi di hadapannya. Filarete Tower, bangunan yang pernah menjadi saksi bisu pertemuannya dengan Salvatore. Tempat di mana awal Valeria mulai mengagumi pria itu.Namun sekarang… Salvatore menghilang, dan Valeria mer

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 195

    Matahari siang di Milan menyinari jendela kamar rumah sakit, menciptakan bayangan lembut di lantai keramik putih. Sofia duduk di tepi ranjangnya, jemarinya gemetar saat merapikan pakaian ke dalam koper kecil. Tubuhnya sudah membaik, dan sesuai keputusan pengadilan, hari ini dia harus kembali ke penjara.Isabella, ibunya, dengan sabar membantu melipat baju dan memasukkannya ke dalam koper. Namun, keheningan di antara mereka terasa berat.Tak ada lagi percakapan ringan atau tawa seperti dulu. Hanya suara gesekan kain dan resleting koper yang mengisi ruangan.Pintu kamar terbuka perlahan. Julian, muncul di ambang pintu dengan ekspresi datar. "Mom, dokter memanggilmu," katanya singkat.Isabella menoleh, sejenak ragu. "Julian, tolong bantu adikmu berkemas, ya? Mommy akan segera kembali."Tanpa menunggu jawaban, Isabella melangkah keluar, meninggalkan Julian dan Sofia berdua.Julian mengambil alih koper, tangannya dengan terampil memasukkan barang-barang Sofia tanpa suara. Gerakannya efisie

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 194

    Musim semi di Jepang selalu memancarkan pesona tersendiri. Bunga sakura yang bermekaran, angin sepoi-sepoi yang membawa harum bunga, dan sinar matahari yang hangat menyelimuti halaman rumah sakit.Valeria duduk di kursi roda, menikmati pemandangan itu dengan senyum tipis di wajahnya. Firgo mendorong kursi rodanya perlahan, memastikan Valeria merasa nyaman."Indah, ya?" gumam Valeria, matanya tak lepas dari kelopak bunga sakura yang beterbangan tertiup angin."Memang," jawab Firgo. "Seindah keberanianmu malam itu. Kau tahu, aku masih tidak habis pikir kenapa kau begitu nekat."Valeria menoleh, keningnya sedikit berkerut. "Kau marah padaku?""Bukan marah." Firgo menghela napas. "Lebih ke jengkel. Kau tidak memikirkan keselamatanmu sendiri dan itu membuat panik seluruh pasukan saat melihatmu berlari ke arah Tuan Salvatore dan menodong pria yang menyerangnya dengan pistol. Tapi ..., aku salut. Kau benar-benar berbeda dari kebanyakan wanita."Valeria tersenyum. "Aku hanya melakukan apa yan

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 193

    Antonio berdiri di samping brankar tidurnya, tubuhnya yang masih dipenuhi perban bergerak perlahan saat dia mengganti pakaian rumah sakit dengan setelan kasual. Luka-luka di tubuhnya masih terlihat jelas, namun dia sepertinya tidak terganggu dengan itu. Pintu kamar rawat terbuka perlahan, dan Salvatore masuk dengan langkah hati-hati."Kau sudah mau pergi?" tanya Salvatore dengan nada khawatir.Antonio tersenyum tipis. "Aku sudah terlalu lama di sini. Ada banyak hal yang harus kuurus."Salvatore berjalan mendekat, meski kakinya masih gemetar, ia mencoba menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. "Biar aku yang bantu. Apa yang bisa kulakukan?""Tidak perlu." Antonio menggeleng pelan, memasukkan kemejanya ke dalam celana. "Kau percayalah padaku. Aku akan mengurus semuanya. Saat ini, yang perlu kau lakukan adalah fokus pada kesembuhanmu."Salvatore menghela napas. "Tapi—""Jangan khawatir." Antonio menepuk bahu Salvatore, "kita sudah sejauh ini. Kau hanya perlu pulih dulu. Biar aku yang jaga se

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 192

    Sinar matahari sore menembus jendela rumah sakit, memberikan kilau hangat di ruangan putih yang biasanya terasa dingin. Salvatore mendorong pintu perlahan, mencoba tidak membuat suara yang mengganggu. Matanya langsung tertuju pada Valeria, yang masih terbaring di ranjangnya dengan wajah pucat namun tersenyum manis begitu melihatnya."Hei," sapa Salvatore dengan lembut.Valeria langsung menoleh ke arahnya dan tersenyum ceria. Senyuman itu—senyuman yang sejak dulu selalu membuatnya merasa tenang, Salvatore mengingat rasa itu. Namun senyuman itu kini justru membuat dadanya berdegup lebih kencang.Valeria membalas sapaan itu dengan suara pelan. "Kau kembali.""Ya, bagaimana keadaanmu? Merasa lebih baik?"Valeria mengangguk pelan. "Hm, lebih baik daripada kemarin."Salvatore mengangkat kantong belanja di tangannya. "Aku membawakanmu makanan dan buah-buahan. Juga susu vanilla, seperti yang kau inginkan."Tatapan Valeria berbinar. "Susu vanilla? Kau ingat?"Salvatore tersipu, meletakkan bara

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 191

    Firgo mengetuk pintu kamar rawat inap Valeria sebelum masuk. Wajahnya tenang, tetapi matanya menyiratkan kekhawatiran. Dia menyerahkan telepon genggamnya kepada Valeria. "Morgan ingin bicara."Valeria mengangkat alis, "Oh, sepertinya akan ada sesi ceramah gratis."Begitu telepon menempel di telinganya, suara Morgan langsung terdengar—keras dan penuh emosi."Valeria! Apa yang kau pikirkan?! Pergi tanpa bilang apa-apa, ikut operasi berbahaya dalam keadaan hamil pula! Kau tahu betapa gilanya aku mencari-cari kabar tentangmu?!"Valeria menarik napas panjang, memegang telepon dengan satu tangan, sementara tangan lainnya dengan lembut mengelus perutnya yang masih terasa perih. "Aku baik-baik saja, Morgan. Kau tidak perlu berteriak begitu.""Jangan bilang aku tidak perlu berteriak! Kau pikir ini lelucon? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?! Dan bayi itu?!" Di ujung sana Morgan sedang mondar-mandir di lobi markas Il Leone d'Ombra.Senyum kecil menghiasi wajah Valeria. "Bayi ini baik-baik s

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 190

    Valeria membuka matanya perlahan. Cahaya lampu kamar rawat terasa menyilaukan, tetapi bukan itu yang membuatnya tercekat. Di sampingnya, Salvatore duduk dengan ekspresi penuh kekhawatiran. Tatapan pria itu tajam, tetapi terselip kegelisahan yang sulit disembunyikan."Salvatore ...." Suara Valeria serak, hampir berbisik. "Bagaimana dengan bayiku?"Begitu mendengar suaranya, Salvatore langsung menggenggam tangannya erat. "Kau sudah sadar? Dia ..., baik-baik saja."Valeria menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Rasa sakit di perutnya masih terasa, tetapi lebih dari itu, ada perasaan lain yang membuat dadanya sesak—haru, rindu, dan kelegaan yang begitu mendalam.Salvatore ada di sini.Tangannya gemetar saat dia mengangkatnya, menyentuh pipi pria itu dengan lembut. "Aku ..., aku pikir aku tak akan pernah melihatmu lagi." Suaranya pecah dalam isakan kecil.Salvatore mengeraskan rahangnya, menahan emosinya sendiri. "Aku di sini. Aku ..., tidak akan ke mana-mana."Air mata Valeria ak

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 189

    Malam di Milan terasa dingin. Julian berjalan keluar dari rumah sakit dengan langkah tenang, tetapi pikirannya kacau. Ibunya masih di dalam, menjaga Sofia—adiknya yang telah menghancurkan hidupnya. Sang ayah, Giovani, bahkan tak peduli lagi dengan keluarga mereka sejak nama besar Ricci runtuh.Saat Julian hendak berjalan ke mobilnya, suara familiar menghentikan langkahnya."Julian?"Dia mendesah pelan, lalu menoleh. Margareta berdiri tak jauh darinya, mengenakan mantel mahal yang dulu mungkin ia beli dari uang Julian sendiri. Wajah wanita itu masih sama—cantik, angkuh, penuh percaya diri. Tapi Julian tak lagi melihatnya seperti dulu."Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya datar.Margareta tersenyum, mendekatinya dengan langkah gemulai. "Aku kebetulan lewat. Lalu aku melihatmu ..., jadi aku ingin menyapa."Julian mengangkat alis. "Kebetulan lewat di rumah sakit, malam-malam begini?" Nada suaranya terdengar sarkastik.Margareta tertawa kecil. "Aku ingin tahu ..., bagaimana keadaanmu s

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 188

    Begitu roda pesawat menyentuh landasan Jepang, Salvatore segera bangkit dari kursinya. Dia tak peduli pada tubuhnya yang masih lemah, langkahnya langsung mengikuti para anak buah yang membawa Valeria ke luar pesawat dengan tandu.Udara malam Jepang yang dingin menusuk kulit, tetapi keringat dingin tetap mengalir di pelipisnya. Mereka semua bergerak cepat menuju kendaraan yang sudah disiapkan. Firgo sudah lebih dulu mengatur segalanya—termasuk mencari rumah sakit yang aman, tempat dokter-dokternya bisa dibayar untuk menutup mulut.Di perjalanan menuju rumah sakit, Salvatore duduk diam di samping Valeria. Matanya terus mengamati wajah wanita itu. Wajah yang seharusnya asing, tetapi justru terasa familiar. Wajah yang entah mengapa, menjadi yang pertama muncul dalam pikirannya saat dia mulai sadar dari kegelapan ingatannya yang hilang.Jika dia istriku… berarti aku sangat mencintainya, bukan?Tapi kenapa? Kenapa dia tidak bisa mengingatnya?Salvatore menggigit bibir bawahnya, frustrasi de

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 187

    Di dalam pesawat pribadi yang terbang di atas Samudra Pasifik, suasana terasa tegang. Lampu-lampu kabin berpendar samar, menciptakan bayangan-bayangan panjang di wajah-wajah yang kelelahan dan terluka.Di salah satu kursi, Valeria terbaring lemah dengan napas tersengal. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi dahinya, dan matanya sesekali terpejam menahan rasa sakit. Wanita itu sudah setengah kehilangan kesadarannya. Darah masih merembes dari perban darurat yang melilit perutnya, bukti dari luka yang Alessio tinggalkan.Salvatore duduk di sampingnya, menggenggam erat tangannya yang juga berlumuran darah. Jari-jarinya sedikit gemetar, bukan karena rasa takut, melainkan karena sesuatu yang mengusik pikirannya.Dia masih belum sepenuhnya memahami kenapa melihat Valeria seperti ini membuat hatinya terasa seakan diremas. Sebuah perasaan yang familiar, namun asing pada saat yang bersamaan.Antonio, yang duduk tak jauh dari mereka, tampak lelah dengan luka di lengannya yang terus mengalirk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status