Home / Romansa / Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa: Chapter 151 - Chapter 160

260 Chapters

151. Terbungkam

Gauri tertidur di bahu Adam. Entah berapa lama, tetapi ketika Gauri bangun keesokan paginya, Adam sudah tidak ada di sampingnya. Nyeri perut yang menyerang Gauri semalam juga sudah lebih baik. Wanita itu perlahan duduk dan memindai seluruh area kamar. Pemandangan pantai di sisinya begitu mengundang perhatian. Itu membuat energi Gauri cepat pulih. “Mas Adam?” panggil Gauri sambil melangkah ke kamar mandi. Gauri mendorong pintu kamar mandi. Kosong. Adam tidak ada di kamarnya. Melihat cuaca pagi yang sangat hangat, Gauri berpikir mungkin saja Adam sedang olahraga pagi. Atau bahkan, pria itu kembali mencoba masak untuk sarapan. Senyum tipis terulas dari bibir Gauri, mengingat wajah kesal Adam semalam karena masakannya gosong. Gauri tidak sabar melihat wajah pria itu lagi, jadi dia segera mandi dan membersihkan diri. Setelah itu Gauri melangkah keluar kamar. Dapur adalah tujuan utaman
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

152. Peluru Berbahaya

“Cepat!” seru Ezra sambil mendorong Gauri dari belakang.Gauri hampir saja terjatuh karena tersandung batu hias yang ada di halaman depan vila jika dia tidak berkonsentrasi.Pria itu mencengkeram tangannya dengan sangat kuat dan Gauri merasa perih di pergelangan tangan.Wanita itu menggigit kuat bibirnya supaya tidak berteriak. Hal itu hanya akan membuat Ezra berada di atas angin.“Masuk!” seru Ezra lagi ketika mereka sampai di sisi pintu mobil bagian penumpang.Gauri bergeming. Itu membuat Ezra mengernyitkan dahi marah.“Saya tidak ingin satu mobil denganmu lagi,” sahut Gauri dengan datar walaupun suaranya sedikit gemetar.Momen terakhir mereka saat berada di satu mobil yang sama masih terekam jelas di kepala Gauri. Saat itu Ezra tidak lebih emosi dari sekarang dan sudah hampir membunuh mereka berdua.Gauri tidak ingin menjadi tumbal kemarahan Ezra yang meledak lagi. Yang kali ini, pria itu bisa saja langsung m
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

153. Selagi Masih Ada Waktu Berdua

Gauri perlahan menarik napas, memastikan bahwa peluru itu bukan berasal dari pistol Adam. Dia masih hidup. ‘Jika aku masih hidup, apakah peluru itu berasal dari pistol Ezra yang mengarah pada Mas Adam?’ batin Gauri panik. Wanita cantik itu membuka mata. Sosok pertama yang Gauri lihat adalah Ezra. Pria itu masih berdiri tegak dengan napas terengah-engah dan tatapan tajam. “Apa yang kamu lakukan, Adam?” tanya Ezra. Gauri menoleh pada Adam. Dia mengembuskan napas lega ketika melihat Adam juga masih berdiri tegak. Arah pistol Adam tidak lagi mengarah padanya. Adam menodong pistolnya agak miring ke kanan bawah. Ketika Gauri mengikuti arah pistol Adam, ternyata pria itu menargetkan ban mobil Ezra. Kini salah satu ban mobil Ezra pecah. Gauri tidak yakin Ezra bisa menggunakan mobil itu dalam waktu singkat. Dor! Adam menembak lagi ban
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

154. Rona Village

“Tidak ada luka serius atau pendarahan internal yang terjadi padaku, Gauri. Sudah aku bilang sejak awal kalau kamu hanya khawatir berlebihan,” tukas Adam saat mereka berada di dalam mobil menuju Jakarta. Setelah menunggu beberapa lama di rumah sakit, hasil kesehatan keseluruhan Adam keluar. Tidak ada yang serius kecuali luka-luka luar yang ada di wajah dan area punggung tangannya. Kini mereka sudah kembali melakukan perjalanan bersama. Jalanan cukup lancar, mengingat tempat ini jauh dari area perkantoran. “Ezra tidak semahir itu dalam memukul. Aku hanya … belum fokus sepenuhnya dan baru bangun dari tidur.” Adam menambahkan. Gauri hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Wanita cantik itu kembali memandangi jalanan di sampingnya. Kalimat yang Adam ucapkan di rumah sakit sangat membuat Gauri khawatir. Mendadak Gauri tidak ingin cepat sampai di Jakarta, tetapi dia sadar bahwa menghindar buk
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

155. Jangan Sampai Salah Langkah

Walaupun dadanya sakit dan sesak, Gauri kembali menegakkan punggung dan tersenyum sinis pada Thomas. Air mata menggenang di pelupuk matanya. “Kamu keterlaluan!” teriak Thomas pada Gauri sambil menunjuk wajahnya. “Adam!” Thomas beralih pada Adam. “Bagaimana kamu ingin menyelesaikan masalah ini? Kamu baru saja membawa pergi tunangan pria lain sekaligus CEO perusahaan besar?!” “Hanya itu yang Kakek pedulikan?” tanya Gauri mengernyitkan dahi dan mengepalkan kedua telapak tangannya. “Gauri ….” Adam menggeleng, mengingatkan supaya Gauri tidak balas berteriak pada Thomas. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada hubungan kakek dan cucu itu. “Apakah kalian berdua sadar dengan apa yang kalian lakukan?!” Thomas berteriak lagi. “Terutama kamu, Gauri, kamu pergi di waktu krusial perusahaan! Cepat pergi dari sini dan lihat apa yang terjadi di kantormu!” Suara Thomas menggelegar bag
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

156. Sampai ke Akar

Sementara itu di Rona Village setelah Gauri pergi, Thomas tidak bicara sama sekali sampai cucunya menghilang di balik pintu utama. “Kamu tidak marah pada saya, Adam?” tanya Thomas kemudian. Adam menoleh dan menatap pria tua itu dengan datar. “Kamu seorang CEO perusahaan terbesar kedua di Indonesia yang terkenal dingin pada siapa saja, tetapi kamu baru saja menerima tamparan dari seorang kakek tua!” lanjut Thomas menyipitkan mata. “Saya akan melakukan hal yang lebih dari ini jika berada di posisi Pak Tomas,” jawab Adam datar. “Anak muda yang pintar bicara dan suka menggurui orang yang lebih berpengalaman.” sarkas Thomas sambil terkekeh. “Apa kamu pikir saya hanya akan melakukan itu, Adam?” Thomas terus menatap tajam Adam. “Apa kamu tahu dengan sikap Gauri yang seperti itu, dia sama saja bersedia jika saya membunuhmu?” Adam mengepalkan tangan. Namun, dia tidak ingin menunjukan perasaan itu di wajahnya.
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

157. Tidak Akan Lama Lagi

“Lily, Gauri adalah cucu Pak Thomas. Dia berhak tahu apa yang terjadi pada kakeknya,” tukas Adam sambil mengernyitkan dahi.Lily mendesah dan memejamkan mata. Dia memang tidak ingin Gauri datang dan mengganggu momen mereka berdua lagi. Namun, wanita itu punya alasan lain.“Mas Adam.” Lily perlahan membuka mata. Kini sorot matanya lebih lembut.Adam mengangkat kedua alisnya.“Ini permintaan Tuan Thomas,” lanjut Lily menatap lurus mata Adam.Pria itu mengernyit semakin dalam sambil menggeleng. “Apa?”Untuk beberapa saat Lily hanya diam. Dia sedang menimbang sesuatu.Apakah Lily harus menggunakan kartunya sekarang atau dia masih bisa menyimpannya lebih lama untuk keuntungan yang lebih besar?Lily menoleh pada Thomas yang belum sadar. Monitor yang ada di sebelah Thomas menunjukan detak jantung pria tua itu mulai normal.“Tuan Thomas sudah lama mengidap kanker usus,” ucap Lily menjelaskan dengan hati-hati. Dia akhirnya memutuskan untuk menggunakan kartunya sekarang.Adam membeku. “Kanker u
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

158. Kekosongan

“Sama sekali tidak ada kemajuan?” tanya Gauri pada Amelia saat mereka tiba di kantor setelah jam makan siang. Gauri baru saja mendapat laporan dari Amelia bahwa beberapa proyek tidak berjalan karena Ezra tidak kunjung memberi keputusan pada bawahannya. Ternyata selama Gauri pergi, pria itu juga tidak bekerja. Selain proyek, ada juga beberapa rapat yang terpaksa tertunda atau terpaksa tetap berjalan walaupun tanpa kehadiran Gauri dan Ezra. Namun, salah satu masalah yang paling fatal adalah pembatalan kerja sama dengan Kementerian Pembangunan yang nilai proyeknya mencapai 10 triliun. Itu adalah proyek dengan nilai terbesar di bulan berjalan. “Ya, Nona. Itu adalah keputusan krusial yang hanya bisa ditentukan oleh Tuan Ezra atau Nona Gauri,” jawab Amelia yang berdiri di depan meja kerja Gauri. “Kalau Ezra belum datang, bawa ke sini dokumennya. Biar saya pelajari dan hari ini juga saya aka
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

159. Pengakuan Adam

“Apakah ini rekaman CCTV dari giya tawang?” Gauri memperhatikan kotak penyimpanan itu dengan seksama. Kedua alisnya terangkat. Amelia mengangguk dengan yakin. “Iya, Nona. Saya sudah menelusuri rekaman CCTV itu. Rekaman itu menunjukkan bahwa Amora datang ke griya tawang sekitar pukul delapan malam. Setelah itu, dia keluar sekitar satu jam kemudian.” Gauri terdiam, dadanya berdegup keras. Ada ribuan pertanyaan bersarang di kepalanya, tetapi untuk saat ini hanya satu yang terasa paling mendesak. “Tidak ada yang tahu tentang rekaman ini selain saya, kamu, dan Mas Adam, bukan?” “Iya, Nona,” jawab Amelia. “Untuk berjaga-jaga, saya juga sudah menduplikasi dan menyimpannya sementara di perangkat pribadi saya. Tapi saya pikir akan lebih baik jika Nona menyimpannya di tempat yang lebih aman.” Gauri menutup mata sejenak, menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya. “Cari bank dengan brankas terbaik, Amelia. Pastikan hanya saya yang tahu kata sandi dan punya akses untuk menggantinya
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

160. Tidak Semudah yang Dipikirkan

“Amelia, kita harus ke rumah sakit sekarang!” Gauri menoleh tajam ke arah sopir pribadi yang duduk di depan, napasnya memburu setelah dia menyaksikan siaran langsung konferensi pers itu. “Saya ingin memastikan kondisi Kakek!” Amelia, yang duduk di samping sopir, tampak tertegun. Wajahnya sedikit pucat, tetapi dia mencoba menjaga ketenangannya. “Nona Gauri, apa Nona langsung percaya dengan ucapan Tuan Adam? Tuan Adam ... mungkin saja hanya asal bicara untuk mengalihkan topik.” “Kalian sudah tidak berada di pihak yang sama?” sindir Gauri. Bola mata Amelia bergerak liar. Dia tidak mungkin mengatakan tidak, tetapi untuk masalah ini Amelia harus berpihak pada Thomas. Gauri mengernyitkan dahi, mencoba melihat wajah Amelia. Namun, sekretarisnya itu terus memalingkan muka. “Kamu siap bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada Kakek, Amelia? Ini bukan hal yang bisa dianggap sepele. Kalau Kake
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
26
DMCA.com Protection Status