Home / Romansa / Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Mantan Istri Tuan CEO yang Berkuasa: Chapter 141 - Chapter 150

265 Chapters

141. Studio Foto

Tok! Tok! Tok!“Nona Gauri?” panggil Amelia sambil membuka pintu kamar Gauri.Hari sudah pagi, bahkan Ezra sudah berangkat sejak beberapa menit lalu. Namun, Gauri belum juga keluar dari kamarnya.Gauri mengerang pelan. Matanya terpejam. Dia masih mengenakan piyama dan terkulai lemas di tempat tidurnya.Seluruh tubuh Gauri basah oleh keringat dingin. Wajahnya pun pucat, lengkap dengan bibir yang mengering.“Nona?” Amelia memanggil lagi sambil menempelkan punggung tangannya dengan dahi Gauri.Kedua bola mata Amelia melebar. Dia segera menarik tangannya.Suhu tubuh Gauri sangat panas. Jantung Amelia spontan berdetak cepat.“Tunggu sebentar, Nona. Nona demam. Saya akan kompres Nona dan memanggil dokter,” ujar Amelia berinisiatif.Namun, saat Amelia ingin pergi, tangan panas Gauri menahannya.“Suruh yang lain saja. Kamu harus tetap berangkat ke kantor. Tolong jangan bantah saya, saya tidak punya ban
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

142. Posisi Tidak Aman

“Kamu bisa melakukan seperti yang saya lakukan, Lily,” tukas Gauri sambil menurunkan kakinya dan menjauh dari Adam.Gauri kembali ke belakang kamera. Sementara Lily mengambil alih tempat Gauri dan berpose bersama Adam.Pose Lily masih sangat kaku. Para kru hanya bisa menggeleng melihat hasil foto mereka. Sesekali pengarah gaya masih harus membantu Lily.“Nona cantik sekali! Apakah Nona seorang model?” tanya salah satu kru foto menatap kagum Gauri yang dipersilakan duduk di sofa tunggu dalam studio.“Oh bukan,” jawab Gauri tersenyum manis. “Kalau begitu, apakah Nona ingin menjadi model?” tanya kru tersebut. “Kebetulan kami sedang mencari model untuk majalah dewasa. Saya sangat kagum dengan pose Nona tadi dan karakter wajah Nona sangat cocok dengan kriteria yang sedang kami cari.”Gauri mengangkat kedua alisnya.‘Apakah tadi aku sebagus itu?!’ batin Gauri.“Majalah dewasa?” tanya Adam mendekat pada mereka. Pria i
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

143. Singa Tidur

Tiba-tiba Gauri mendapatkan kembali kesadarannya dan membuka mata. Sinar ruangan yang remang-remang spontan menusuk matanya. Gauri menyipitkan mata dan mengerjapkan mata beberapa kali. Langit ruangan berwarna putih adalah hal yang pertama dia lihat. Aroma obat-obatan pun mulai tercium. Saat Gauri menoleh ke kiri, dia melihat jarum infus menempel di tangan kirinya. Gauri menghela napas. “Aku di rumah sakit?” tanya Gauri pelan sambil menahan sakit di kepalanya. Wanita cantik itu menoleh ke sisi kanan. Gauri hampir saja tersentak dan menarik tangannya saat melihat seseorang tidur di sisi ranjang. Namun, dengan cepat Gauri mengenali sosok tersebut. “Mas Adam?” Adam duduk di sebuah kursi. Punggung pria itu membungkuk dan kepalanya bertumpu pada lengannya yang menggenggam erat jari Gauri. Gauri mencoba mengingat hal yang terjadi sebelum dia pingsan. W
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

144. Tengah Malam

Jakarta tidak punya daerah terpencil, kecuali Adam membawa Gauri ke luar kota. “Jam berapa sekarang?” Gauri melihat seluruh dinding di kamarnya. “Mengapa tidak ada jam sama sekali di sini?!” Adam menggenggam kedua tangan Gauri. Pria itu berhasil mendapatkan kembali fokus Gauri. “Pukul 11 malam,” jawab Adam. “Mengapa kamu sangat gelisah, Gauri?” Gauri melebarkan kedua bola matanya. Dalam kepala Gauri, dia tidak pingsan selama itu. Namun, pukul 11 malam berarti Gauri sudah tidak sadarkan diri selama lebih dari sembilan jam. Sembilan jam adalah waktu yang sangat panjang untuk Adam membawanya ke luar kota. Gauri mendesah sambil menyugar rambut panjangnya yang kusut. “Aku harus pulang!” tukas Gauri sambil membuka selimut dan membuangnya asal ke sisi ranjang. Akhir-akhir ini Ezra memang lebih jinak dari biasanya, tetapi itu bukan sifat asli pria itu.
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

145. Pria Egois

Adam menarik tangan Gauri dan melangkah lebar menuju tempat parkir, sementara tangannya yang bebas membawa tas kecil yang berisi hasil pemeriksaan dan obat-obatan Gauri. Angin malam menerpa leher Gauri dan membuatnya tidak nyaman. Apalagi sepanjang perjalanan mereka keluar dari kamar rawat inap menuju tempat parkir, tidak ada manusia lain, selain mereka berdua. Rumah sakit di ibu kota biasanya juga sepi saat tengah malam, tetapi penerangannya memadai. Berbeda dengan rumah sakit ini, yang penerangan di koridornya sangat minim. “Jangan berjalan di depanku!” seru Gauri menarik kemeja Adam dengan tangannya yang lain. Adam menghentikan langkah dan menoleh pada Gauri. Pria itu mengernyitkan dahi. “Berjalanlah di sampingku, aku takut.” Gauri menambahkan, menghindari tatapan Adam. “Kakimu lebih pendek dariku. Aku tidak akan bisa berjalan di sampingmu,” tukas Adam sambil me
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

146. Satu Tahun

Gauri tidak bisa tidur walaupun sudah berusaha memejamkan matanya. Jantung Gauri masih berdetak kencang dan tingkat kewaspadaannya sedang berada di level tertinggi. Akhirnya Gauri memilih untuk duduk bersandar di atas ranjang sambil meluruskan kakinya. Karena Adam masih menyita ponselnya, Gauri terpaksa menghabiskan waktu dengan membaca sebuah buku yang tersedia di nakas. Suara air pancuran yang sedang Adam gunakan terdengar ke indra pendengaran Gauri. Pria tampan itu sedang mandi. Tidak lama kemudian, Adam keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk di pinggangnya. Sementara tubuh bagian atas pria itu … berotot, licin, dan menyilaukan. Gauri menelan ludah. “Kamu suka apa yang kamu lihat, Gauri?” tanya Adam sambil menyipitkan matanya, menggoda. Adam tampak percaya diri. Gauri bisa mengerti, mengingat betapa sempurnanya tubuh Adam yang seperti Dewa
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

147. Misi Rahasia

“Aku bisa saja melakukan itu, Gauri, tapi paling tidak bukan tempat ini yang akan menjadi persembunyian kita,” ujar Adam sambil menyendok suapan pertamanya.Gauri memperhatikan Adam yang mulai menikmati menu sarapan. Aroma nasi uduk yang ada di depannya memang sangat merangsang sinyal lapar.“Lalu, di mana?” tanya Gauri. “Rusia? Swiss?”Wanita cantik itu mulai menyuap sarapannya. Ini bukan sarapan favoritnya, tetapi Gauri patut mengacungi jempol pada chef yang membuat menu ini.“Jika ingin sembunyi, lebih baik pilih tempat yang tidak akan orang lain pikirkan,” jawab Adam.Gauri mengangguk mengerti. Mereka terdiam beberapa lama, sampai Adam bicara lagi.“Antara daerah pegunungan atau kepulauan di Eropa. Kamu pilih yang mana?” tanya Adam dengan serius, seolah mereka akan benar-benar menyembunyikan diri selama satu tahun.Gauri melebarkan matanya dan menggeleng. Wanita cantik itu menyelesaikan makanan dalam mulutnya terlebi
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

148. Terlalu Cepat

Gauri mendesah dan memalingkan wajahnya. Dia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.“Mengapa kamu sangat menginginkan rekaman CCTV itu, Mas?” tanya Gauri tanpa menatap Adam.“Amora harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Selama dia masih berkeliaran bebas di luar sana, bukan tidak mungkin dia akan kembali datang untuk melukai kamu,” jawab Adam tegas.“Aku dengar dari Mama, dia datang ke pesta pertunanganmu. Rasanya tidak mungkin jika kamu yang mengundangnya.” Adam menambahkan.Gauri kembali menatap Adam yang tidak berhenti memandanginya sejak tadi.“Amora punya seorang putri yang masih kecil. Aku tidak akan tega memisahkan mereka.” Gauri bersuara. “Aku sehat dan bisa melanjutkan hidup, itu saja sudah cukup untukku.”“Dia memang datang ke pesta pertunanganku. Ezra yang memancingnya untuk memprovokasi traumaku,” lanjut Gauri tersenyum tipis.Adam mendengkus. Dia menyugar rambutnya ke belakang.“Digunakan da
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

149. Mengambil Alih

“Padahal aku sudah membuatnya sesuai tutorial!” seru Adam kesal. “Aku akan membangunkan chef saja.Tunggu sebentar.” Adam sangat ahli dalam menaklukan klien, investor, bahkan wanita. Namun, di depan berbagai bahan masakan, pria itu merasa usahanya dikhianati. Udang asam manis yang seharusnya tersaji cantik kini justru didominasi dengan warna hitam pekat dan bentuk yang tidak bisa dikenali. Gauri tersenyum, menahan tawa. Dia segera menggenggam tangan Adam yang hampir pergi dari sisinya. “Biar aku saja,” tawar Gauri dengan tulus. Wanita itu perlahan bangkit dari duduknya dan melangkah ke dapur. Adam mengikutinya dari belakang. “Kamu serius? Tidak lelah?” “Aku sudah istirahat dengan cukup,” jawab Gauri sambil membuka lemari pendingin untuk melihat bahan masakan yang tersedia di sana. Sementara Adam hanya memperhati
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

150. Terbawa Suasana

Adam menghela napas. Alih-alih langsung menjawab pertanyaan Gauri, pria itu memilih untuk menyelesaikan mengobati luka Gauri terlebih dahulu.Gauri dengan sabar menunggu.“Tidak. Aku bahkan tidak tahu kamu sampai terkilir,” jawab Adam pada akhirnya. Dia sengaja menutup kebenaran karena tidak ingin Gauri berpikir macam-macam.Anehnya, Gauri merasa kecewa. Dia sudah terlanjur berharap, tetapi kenyataan tidak sesuai dengan pikirannya.Lagipula, apa yang Gauri harapkan dari sikap Adam dahulu saat masih menjadi suaminya? Selimut kesalahpahaman mereka masih sangat tebal.Gauri memperhatikan Adam yang sedang merapikan obat-obatan, perban, plester, dan sebagainya. Pria itu masih belum balas menatapnya.“Ingin menonton film?” tanya Adam kembali mendekati Gauri.“Boleh,” jawab Gauri singkat. Tampak tidak tertarik karena masih bergumul dengan perasaan kecewa yang dia ciptakan sendiri.“Ayo!” ajak Adam sambil melangkah mend
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status