Home / Rumah Tangga / Jerat Dendam CEO Kejam / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Jerat Dendam CEO Kejam: Chapter 91 - Chapter 100

117 Chapters

Bab 91. Terpaksa Talak

Tak ada hal yang lebih menyakitkan bagi Ivy saat ini selain melihat Noah dan Clara di tempat yang sama. Mereka berdua terlihat sedang mengobrol serius di ruang tengah hingga kedatangan Ivy menginterupsi.“Ivy! Kau dari mana saja?” Noah berdiri dan mendekati Ivy, tetapi Ivy lebih memilih berbelok menuju kamar.“Hanya cari angin segar,” balasnya.“Kau pergi dari pagi dan baru kembali saat matahari hampir terbenam. Tak mungkin hanya jalan-jalan cari angin segar saja.”Ivy menahan napas saat Noah sengaja menghadang jalannya dan berdiri tegap di depan pintu kamar hingga Ivy tak bisa masuk.“Memangnya kenapa kalau aku pergi seharian? Ini sudah bukan urusanmu, Noah,” celetuk Ivy.Noah berdecak tak suka. Sejak kejadian di garasi waktu itu, Ivy jadi makin dingin padanya.“Kau masih urusanku. Kau istriku,” ucap Noah dengan menekan kata terakhir.“Sebentar lagi tidak. Kita akan bercerai. Ingat itu.”Ivy berusaha mendorong tubuh Noah agar minggir, tetapi Noah tak bergerak sesenti pun. Ivy bahkan
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 92. Menghindar

Ivy mencoret-coret di kertasnya dengan raut frustrasi. Ia sudah menulis lebih dari sepuluh rekomendasi tempat tinggal yang akan menjadi rumahnya setelah bercerai dengan Noah, tetapi tak ada yang benar-benar membuatnya tertarik.“Aku tak bisa tinggal di kota ini, nanti Noah pasti menemukanku,” gumam Ivy.Ivy juga sudah mencari-cari tempat di pelosok pedesaan, tetapi ia takut akses tenaga medisnya sulit sedangkan ia dalam posisi mengandung.“Apa aku ke luar Jawa saja? Atau keluar negeri sekalian?”Jari-jemari Ivy kembali bergerak cepat di atas papan ketik untuk mengakses informasi tentang beberapa negara.“Kalau memang harus di luar negeri, aku harus menemukan negara yang kemungkinannya kecil Noah berpikir aku di sana.”Ivy terus berbicara dengan dirinya sendiri selama membaca beberapa informasi di lama web yang sedang ia buka. Ia begitu tenggelam dengan analisis dan buku catatannya hingga tak sadar melewatkan makan siang.Perutnya terasa terlilit saat ia melihat kalau jam sudah menunju
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 93: Ancaman Putih

“Aku tak akan menandatanganinya.”Ivy menatap kertas perceraian yang sudah sudah disobek-sobek di atas meja kerja Noah. Ia hanya menghela napas panjang. Sudah hafal jika Noah akan melakukannya.“Aku butuh kerja samamu,” ucap Ivy sembari menyodorkan kertas perceraian lain yang sudah ia bawa.Ini adalah berkas kelima yang ia berikan kepada Noah. Sudah beberapa hari ini, Noah masih tak memberikan surat perceraian yang sudah bertanda tangan, bahkan sengaja menyobeknya.“Ivy!”Noah meraih kertas itu dan kembali menyobeknya menjadi potongan-potongan kecil. Kemudian, ia membuangnya ke tempat sampah.“Sudah kukatakan aku tak mau menceraikanmu!” seru Noah.“Kenapa?” Ivy bertanya keheranan. “Kenapa kau tak bisa melepaskanku saat sudah ada penggantiku? Bukannya kau bahagia dengan Clara?”Noah mengacak rambutnya frustrasi. Ia berjalan memutar dari meja kerjanya agar bisa berhadapan langsung dengan Ivy, tetapi Ivy segera mengambil langkah mundur.Sikap Ivy sukses membuat Noah terdiam. Hatinya bahk
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 94: Pelukan Terakhir

Ivy terbangun dengan rasa pusing yang luar biasa. Belum lagi mual yang sudah mengaduk-aduk perutnya. Ia sudah membaca-baca beberapa pengalaman dari ibu hamil, tetapi ia tetap terkejut dengan penderitaan yang ia alami karena kehamilan ini. Akan tetapi, ia juga merasa bersyukur karena diberi kesempatan untuk merasakan hal ini. Dikaruniai oleh buah hati dan menjaganya dengan sepenuh cinta adalah hal paling indah di dunia. Hanya saja, ia masih menyayangkan karena merayakan kehadiran janinnya seorang diri. “Seandainya semua baik-baik saja apa Noah akan bahagia saat mendengar kehamilanku?” gumam Ivy. Helaan napas berat memenuhi ruang kamarnya. Ia berusaha menekan habis kesedihannya. Hari masih terlalu pagi untuk tenggelam dalam rintihan sendu. Ketika Ivy membuka selimut dan turun dari dari tempat tidur, ponsel yang terletak di atas nakas berdering keras. Ia segera meraihnya dan menemukan nama Ezra terpampar di layar.“Halo? Kenapa, Ra?” Ivy bertanya dengan suara serak khas bangun tidur.
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 95. Menghancurkan Senyuman

Ivy membereskan pakaiannya ke dalam koper dengan menahan air mata. Ia harus tetap terlihat tegas agar Noah tak menyadari kalau ia juga terluka atas perceraian mereka.“Apa perlu pergi sekarang? Kita bahkan belum sidang resmi di pengadilan,” ucap Noah.Sudah lima belas menit lamanya Noah berdiri di belakang Ivy yang terus sibuk dengan pakaiannya. Setelah pelukan terakhir mereka terlepas, Ivy langsung masuk dan membuka lemari untuk bergegas pergi.“Kenapa harus menunda lagi? Kita sudah bukan suami-istri, kan?” balas Ivy dengan tak berani menatap Noah. Ivy terus sibuk dengan merapikan pakaian-pakaiannya ke dalam koper. Ia ingin semuanya cepat berakhir. Jika semuanya berakhir, mungkin ia bisa bernapas lebih lega. “Ivy, kumohon. Tinggallah di sini dulu.” Noah menahan tangan Ivy yang masih memasukkan baju ke dalam koper. Ivy tersentak, tetapi menepis tangan Noah dnegan cepat.“Aku harus pergi,” putusnya, tanpa keraguan sedikit pun.“Apa kau semuak itu padaku hingga tak ingin melihatku la
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 96. Tamu Tak Diundang

Saat Ivy selesai membereskan semua pakaiannya ke dalam koper dan bersiap pergi dari rumah, Noah masih saja tak beranjak dari tempatnya berdiri.Noah masih tetap di sebelahnya, berdiri linglung dengan tatapan kosongnya. Noah sudah seperti patung jika saja dadanya terlihat tak bergerak naik turun, mengeluarkan helaan napas berat.“Minggir, Noah,” pinta Ivy.Noah maish tak menjawab. Ia tetap berdiri tegak sehingga Ivy hanya menghela napas lelah. Kemudian, Ivy mengambil langkah ke sebelah kanan untuk melewati Noah tetapi Noah tetap menghadang langkahnya.Ivy berjalan ke kiri dan Noah juga melakukan hal yang sama hingga beberapa kali. Ivy pun menyerah dan menatap Noah dengan kesal.“Minggir, Noah! Aku mau pergi,” ucap Ivy dengan suara tinggi“Tak bisakah kita rundingkan lagi keputusan ini, Ivy? Aku sungguh tak bisa berpisah darimu.”Noah sudah menahan air matanya sejak tadi, tetapi ia sudah tak sanggup lagi. Ia tak bisa melepaskan Ivy pergi begitu saja.“Noah, kau sudah menandatangani sura
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 97. Perangkap Setan Licik

“Kudengar kalian bercerai. Kenapa masih menggenggamnya seperti itu?” tanya Evan dengan suara beratnya.Ivy yang sembunyi di balik punggung Noah semakin menundukkan kepalanya. Ia tak sanggup untuk menatap ayahnya barang sedetik dan Noah bisa merasakan ketakutan Ivy dengan jelas.“Itu tak benar,” jawab Noah. Noah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi benteng yang bisa menahan serangan Evan kepada Ivy.Clara melotot tak suka. “Aku tahu kalian sudah menandatangani surat cerai!”Noah melirik sekilas kepada Clara. Sudah pasti Clara sudah membocorkan semuanya kepada Evan dan membubuhi dengan hasutan setannya untuk memperkeruh keadaan.“Itu tidak benar!” elak Noah.Noah kembali memperkuat ucapannya dengan lebih berteriak. Hal itu berhasil mematik amarah Clara dan Evan hingga membuatnya makin geram. Ivy sendiri hanya bisa membisu karena terlalu takut untuk mengeluarkan suaranya di depan sang Ayah. “Ayah! Dia sudah mengotoriku! Bukannya dia harus menikahiku? Bagaimana kalau aku hamil?” C
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 98. Lelaki Spesial

Ivy sadar kalau ia harus berhenti melangkah mendekati Evan, tetapi otaknya tak bisa memberi perintah pada kakinya. Tubuhnya berjalan dengan spontan hingga membuatnya makin ketakutan.“A–ayah…,” suaranya mencicit takut-takut.“Cepat kemari!”Evan langsung menarik Ivy dengan sekuatnya sampai-sampai Ivy hampir terjatuh. Hal itu membuat Noah makin marah dan tak rela Ivy kembali ke sisi Evan. Noah tahu bahwa Ivy akan kembali disiksa, apalagi setelah banyaknya yang terjadi. Bukan hal mustahil bagi Evan untuk membunuh Ivy. “Kau tak bisa membawanya pergi!” bentak Noah. Noah masih berusaha meraih Ivy, tetapi Evan sudah mengalungkan tangannya di bahu Ivy dan mengapitnya di lengan. Ivy bagaikan manekin menyedihkan di tangan ayahnya sendiri. “Mulai hari ini Ivy akan kembali padaku. Kalian akan bertemu di pengadilan saja,” tutur Evan secara mutlak. Noah menggeleng tak terima. “Tak bisa! Ivy tetap—”“Wow! Wow! Ada apa ini ramai sekali?”Untuk kesekian kalinya, ucapan Noah terpotong. Akan tetap
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 99. Bukan Lagi Miliknya

Ivy sudah berada di dalam mobil Ezra selama sepuluh menit. Selama itu, ia hanya menyendiri dan diam sambil mengatur pola napasnya agar kembali tenang. Ivy terus mengambil napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan dengan perlahan agar gemetar di tubuhnya reda. Sedangkan matanya terus terfokus kepada Noah dan Ezra yang berdiri di depan mobil.Mereka berdua nampak sangat serius. Tatapan mereka pun saling membunuh jika dilihat dari dalam mobil. Ivy tak tahu apa yang sedang mereka perdebatkan, tetapi ia yakin akan satu hal: mereka sedang membicarakannya. Dan itu bukan hal baik mengingat mereka selalu berakhir dengan adu jotos jika berdebat.“Semoga saja mereka tak memperumit masalah,” gumam Ivy. Akan tetapi, harapan Ivy tak pernah berhasil jika menyangkut Noah dan Ezra. Karena pada kenyataanya, mereka berdua masih berdebat alot di depan mobil. “Kenapa kau tahu aku dan Ivy bercerai?” seloroh Noah dengan kesal.“Ivy yang mengatakan langsung padaku,” balas Ezra. “Ivy? Kalian masih sering bert
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 100. Kebaikan Lelaki Lain

Ivy masih membisu saat Clara terus memberikan tatapan tajam padanya. Sedangkan Noah juga memandangnya dengan sendu.“Ayo, Noah.” Clara berusaha membantu Noah bangun, tetapi Noah menepis tangannya dengan kasar. Ia lebih memilih berdiri sendiri dengan sempoyongan. Hal itu membuat Ezra tersenyum penuh ejekan pada Clara.“Bawalah Ivy. Jaga dia,” ucap Noah. Noah memandang Ivy selama beberapa detik dalam kebisuan, lalu berbalik dan pergi menjauh. Ivy merasa setengah jiwanya ikut pergi bersama Noah. “Kenapa masih di sini saja? Pergi sana!” usir Clara dengan dengusan kesal.Sebenarnya, Ivy cukup terkejut dengan perubahan Clara. Pasalnya, Clara masih bersikap lemah lembut padanya beberapa hari terakhir, tetapi kini dia tak segan-segan untuk menunjukkan taringnya. “Ayo, Ivy.”Ezra mengawal Ivy untuk berjalan memasuki mobil. Ivy menurut tanpa banyak penolakan. Sesekali ia masih menoleh ke arah Noah yang punggungnya kian menjauh hingga masuk ke dalam rumah. “Pakai sabuk pengamanmu,” peringat
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status