Home / Rumah Tangga / Jerat Dendam CEO Kejam / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Jerat Dendam CEO Kejam: Chapter 101 - Chapter 110

117 Chapters

Bab 101. Lepas

Setelah keluar dari mobil, Ivy baru sadar kalau nuansa di sekitarnya terasa berbeda. Ia bisa merasakan kesejukan dari angin segar yang datang dari garasi yang masih terbuka lebar.“Kita ada di mana? Bukannya kau bilang akan ke hotel?” tanya Ivy.“Di vilaku. Di Bandung. Aku pikir Ayahmu akan mudah melacak keberadaanmu jika tinggal di salah satu hotelku di Jakarta,” balas Ezra.Ivy mendengarkan penjelasannya dengan hening. Ezra pun berdehem dan kembali membuka suara.“Kau tahu sendiri kan kalau perusahaanku masih di bawah kuasa ayahmu. Aku yakin jika dia bisa melacakmu dengan mudah,” lanjutnya kemudian.Ezra menanti reaksi Ivy dengan harap-harap cemas. Ia takut Ivy merasa risih dan tak nyaman dengan keputusan sepihaknya.“Aku ingin memberitahumu saat masuk mobil, tapi kau… kau langsung menangis dan tidur… jadi aku—”“Aku mengerti.”Penjelasan Ezra yang gagap akhirnya terpotong oleh ucapan Ivy. Ia merasa lega karena Ivy tak salah paham padanya.“Terima kasih atas semua bantuanmu, Ezra,”
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 102. Perhatian Penuh Cinta

Setelah terbang dalam lamunan yang cukup lama, akhirnya Ivy memilih untuk keluar kamar. Ia berniat membantu Ezra menyiapkan makanan daripada duduk diam.Sekeluarnya dari kamar, Ivy sudah disambut dengan aroma masakan yang sangat harum dan gurih. Ia belum tahu letak dapur, tetapi aroma itu berhasil membimbingnya menemukan dapur yang ternyata terletak di belakang rumah. Dapur itu menyatu dengan taman yang asri sehingga Ivy merasa semakin bahagia melihatnya. Ezra yang sibuk di depan wajan masih belum menyadari keberadaannya karena berdiri memunggungi Ivy.“Kau memasak apa?”“Astaga!”Ezra berteriak kaget. Ia hampir saja menumpahkan wajan yang sedang dipegang karena terlalu terkejut. Beruntung tangannya masih memegang gagang panci kuat-kuat.“Kau mengejutkanku, Ivy!” seloroh Ezra.Ivy tertawa. “Maaf! Maaf! Aku tak berniat mengejutkanmu! Aku tadi hanya ingin tahu kau sedang sibuk memasak apa.”“Tak apa. Aku memang gampang terkejut,” balas Ezra.Ezra kembali fokus pada makanannya dan melet
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 103. Penyesalan Tiada Akhir

Noah memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong. Tak terhitung sudah berapa lama ia berdiri seperti orang bodoh di sana. Mungkin sudah satu jam… atau bisa jadi tiga jam lebih. Ia tetap di sana sejak melihat kepergian mobil Ezra yang membawa Ivy; kekasih hatinya, mantan… istrinya. Lidah Noah kelu saat ingin mengucapkan kata ‘mantan’. Ia jadi membenci kata itu dan mengutuk siapapun orang yang sudah menciptakan kata itu. Seharusnya kata itu tak pernah ada sehingga hubungannya dan Ivy tak menjadi asing seperti ini.“Ivy.”Sudah tak terhitung berapa kali pula bibirnya terus merapalkan nama Ivy. Ia sudah kepalang rindu pada Ivy meski belum sehari mereka berpisah. Noah tak bisa membayangkan seberapa besar penderitaan yang harus ia lalui setiap harinya karena merindukan Ivy. Kini, ia hanya bisa bertemu Ivy di pengadilan. Setelah itu, apa ia masih bisa berkesempatan bertemu Ivy?“Noah. Kau harus makan.”Napas Noah jadi memburu saat mendengar suara itu. Tanpa menoleh pun ia tahu kalau C
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 104. Penegasan 

“Kau gugup?”Ivy yang sejak tadi mengarahkan wajahnya ke luar jendela, langsung menoleh pada Ezra yang sedang menyetir di sebelahnya. Kepalanya memberi anggukan kecil dengan senyuman canggung.“Ya… cukup gugup,” balasnya. Sudah tiga minggu lamanya sejak ia mendaftarkan gugatan cerai ke pengadilan Agama. Artinya, sudah selama itu pula ia sudah hengkang dari rumah dan tak bertemu Noah.“Wajar. Setiap orang pasti merasa gugup saat menghadapi hal-hal besar dalam hidupnya,” ucap Ezra, berniat menenangkan Ivy.Ivy mengangguk mengerti. Ia kembali memalingkan wajahnya keluar jendela dan memperhatikan setiap pemandangan di luar sana. Pepohonan yang nampak berlarian, rumah-rumah penduduk, juga motor dan mobil yang saling berdesakan di jalan raya menjadi hal yang menyenangkan untuk dilihat. Ia berharap semua rasa gelisahnya menghilang dengan mengamati keadaan di luar.“Aku putar musik ya.”“Hm.”Ezra yang mengerti perasaan Ivy mulai menghidupkan musik untuk menemani perjalanan panjang mereka.
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 105. Sidang Perceraian

Jantung Ivy rasanya akan meledak saat bersitatap dengan Noah. Ujung jarinya sudah sedingin es batu saat mereka akhirnya berada di ruangan yang sama setelah tiga minggu terpisah.“Bagaimana kabarmu?” tanya Noah dengan suara seraknya.Ivy hanya memberi sedikit senyuman. “Baik.”Rasa gugup ini membuat Ivy tak bisa berkata banyak. Meskipun ia juga ingin menanyakan kabar Noah dan ingin mengatakan banyak hal, bibirnya telah terkunci rapat.Pada akhirnya, ia hanya bisa menatap Noah dan memperhatikan tiap lekuk wajah yang selama ini dirindukan. Lebam-lebam di wajah Noah sudah menghilang. Hanya saja, Noah masih terlihat lesu, bahkan Ivy bisa yakin kalau dia kehilangan banyak berat badan.Ivy ingin bertanya, “Kenapa kau kurus sekali?” atau “Kenapa wajahmu makin tirus?”Tetapi tenggorokannya terlalu tercekat untuk sekadar mengeluarkan satu kata. Ia tetap diam sampai sidang perceraian pertama itu dimulai.Sidang itu berlangsung cukup lama. Hakim menunjuk mediator hebat yang mampu membuatku dan No
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 106. Kotak Susu Misterius

Satu minggu sebelum sidang pertama “Kau masih di sini?” Noah menatap Clara dengan penuh kebencian secara terang-terangan. Ia baru pulang dari lembur dan melihat wajah Clara saat pertama kali masuk ke rumah adalah sebuah kesengsaraan. Clara yang baru mengambil minum di kulkas hanya mendengus. Jam sudah menunjuk pukul dua dini hari, tetapi ia terbangun karena rasa haus. Ia pun tak tahu kalau Noah akan pulang selarut ini.“Aku berhak di sini. Ini sebagai bentuk tanggung jawabmu,” balas Clara. Noah mendengus. Ia sangat lelah dan mengantuk, tetapi banyak pekerjaan yang masih harus dikerjakan malam ini juga. “Tanggung jawab apa? Aku yakin kau memang sengaja menjebakku waktu itu,” geram Noah. “Menjebakmu? Memangnya kau punya buktinya?” tantang Clara. Noah menghela napas panjang. Berdebat dengan perempuan ular ini memang sangat melelahkan. Padahal, ia ke dapur untuk membuat kopi dan langsung ke ruang kerjanya, tetapi malah harus bertemu dengan Clara yang masih tak punya malu tetap ting
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 107. Keturunan Penjahat

Hari Persidangan PertamaNoah terbangun dengan helaan napas lelah. Ia baru saja membuka matanya di pagi hari, tetapi ia sudah sangat kelelahan walau belum melakukan apa-apa.Hari ini adalah sidang perceraian pertamanya dengan Ivy. Setelah tiga minggu tak berjumpa, akhirnya ia bisa bertemu Ivy lagi.Ia sangat bahagia dan berdebar menantikan pertemuan itu. Tetapi, ia juga tak sanggup untuk menatap wajahnya nanti saat ia sudah menjadi ayah dari bayi perempuan lain.Sejak mengetahui kehamilan Clara, ia lebih banyak murung dan tak banyak bicara. Mulutnya terbuka hanya saat sedang meeting bersama klien dan karyawannya. Selebihnya, ia tetap membisu meskipun kepada Clara.Sudah beberapa kali Clara merajuk protes akan sikapnya, tetapi ia tetap tak berubah. Pasalnya, kenyataan kalau Clara hamil masih terlalu sulit untuk ia terima. Kehamilan Clara seolah menjadi petaka karena itu artinya ia akan terjebak dengan perempuan ular itu untuk selamanya.“Aku sudah tak memiliki muka untuk bertemu dengan
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 108. Laki-laki Yang Menangis

“Ivy! Kau baik-baik saja?” Noah bertanya panik saat melihat Ivy terus merengutkan garis-garis wajahnya dengan gurat kesakitan.“Ivy! Ivy!”Ezra berteriak dengan napas menggebu-gebu setelah keluar dari mobil. Ia melihat kejadian barusan dan sangat terkejut saat mobil hitam tadi hampir menabrak Ivy.“Ezra—” Ivy mencengkeram lengan Ezra saat lelaki itu mendekat. Melalui tatapan mata dan bagaimana Ivy menyentuh perutnya, sudah memberikan jawaban untuk Ezra; kandungan Ivy sedang terguncang.Noah sendiri langsung terdiam saat Ivy lebih memilih menyebut nama Ezra yang baru datang, daripada dirinya yang baru menyelamatkannya dari maut.“Minggir.” Ezra mendorong tubuh Noah yang masih di dekat Ivy, lalu menggendong Ivy dengan tanggap. Ivy yang terlanjur lemas hanya bisa menyandarkan kepalanya di dada bidang Ezra.“Bertahanlah, Ivy,” bisik Ezra.Ivy mengangguk. Ia pun ingin bertahan. Ia juga berharap bayi di kandungannya turut bertahan.Setelah membaringkan tubuh Ivy di kursi penumpang belakan
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 109. Penyusunan Rencana Balasan

Ezra masih mendengar tangisan Noah dari seberang telepon yang tak kunjung reda. Ia pun merasa pusing melihat keadaan noah yang jadi seperti ini.“Aku dijebak, Ezra. Aku yakin aku sudah dijebak oleh Clara… tapi aku tak tahu bagaimana cara membuktikannya,” ucap Noah di tengah isakannya. Kepala Ezra rasanya ditimpuk oleh batu besar. Ia merasa empati dengan keadaan Noah, tetapi juga kesal jika mengingat betapa menyebalkannya Noah selama ini.“Apalagi, Clara sekarang hamil. Aku seperti sedang di ujung jurang kematian,” lanjut Noah. Tangisannya makin menggema hingga Ezra harus menjauhkan ponselnya dari telinga demi kesehatan gendang telinganya. Situasi Noah memang sangat rumit. Mendengar Noah menangis saja sudah cukup mengejutkannya, ditambah kabar kehamilan Clara. Ia jadi berpikir, bagaimana keadaan Noah jika dia tahu kalau Ivy juga tengah mengandung anaknya?“Sudah berapa lama kandungan Clara?” tanya Ezra pada akhirnya. “Aku tidak tahu.”Akan tetapi, jawaban Noah membuatnya tercengang
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 110. Perempuan Berbisa

Noah sudah menggenggam nomor plat mobil yang berusaha menabrak Ivy. Ia juga sudah memiliki salinan rekaman CCTV sebagai pegangan bukti yang cukup kuat apabila si penabrak tak mau mengakui kesalahannya.Sayangnya, setelah melakukan pelacakan, mobil itu rupanya bukan milik pribadi perseorangan melainkan mobil sewaan. Jadi di sinilah ia sekarang, berdiri di depan Rental Mobil Jaya dengan penuh harapan.“Kau akan tertangkap sebentar lagi, Brengsek,” desis Noah selagi kakinya mengambil langkah cepat untuk memasuki tempat penyewaan mobil itu. “Selamat sore. Ada yang bisa saya bantu? Bapak mau rental mobil yang apa dan berapa lama?”Seorang pegawai perempuan dengan rambut hitam panjang menyapa Noah saat Noah memasuki lobi. Senyumnya terulas lebar untuk memberikan pelayanan terbaik. “Aku ingin bertanya siapa orang yang menyewa mobil ini pagi hari tadi,” ucap Noah sambil menyerahkan foto mobil yang terparkir di pengadilan agama. Senyum di bibir pegawai perempuan itu menjadi kaku. Dia melih
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status