Home / Rumah Tangga / Jerat Dendam CEO Kejam / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Jerat Dendam CEO Kejam: Chapter 111 - Chapter 120

153 Chapters

Bab 111. Tunduk Kepada Musuh

Setelah terdiam cukup lama memandangi data Clara, tiba-tiba saja Noah teringat pesan Ezra yang meminta agar ia memastikan kehamilan Clara setelah melaksanakan tugas pertamanyaIa pun segera menghubungi Ezra lagi untuk memberitahu penemuannya yang penting ini. Ia yakin Ezra tak akan kalah terkejut saat mengetahui siapa penjahat yang berusaha mencelakai Ivy.“Halo, Ezra?” Noah memanggil Ezra dengan menggebu-gebu saat panggilan itu akhirnya terhubung.“Halo? Ya? Kenapa?”Suara Ezra terdengar lebih lirih dari sebelumnya, bahkan terkesan sedang berbisik-bisik karena takut ketahuan.“Kau dimana?” tanya Noah pada akhirnya.Di seberang telepon, Ezra melirik ke arah Ivy yang sedang terlelap di ranjang rumah sakit. Ia pun berdiri karena tak ingin suaranya mengganggu waktu istirahat Ivy.“Sedang di rumah,” balas Ezra, memilih berbohong karena ia tak mau Noah tahu kalau Ivy dirawat di rumah sakit. Noah pasti memaksa datang jika saja dia tahu.“Kau sudah mengantar Ivy kembali ke hotel? Apa dia ba
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 112. Raja dan Ratu Akting

“Noah, bagaimana hasil sidang pertamanya?”Noah baru membuka pintu rumah dan dihadapkan dengan Clara yang bertanya dengan tak tahu malu. Sebisa mungkin Noah menekan emosinya untuk tak menampar perempuan itu dan terus melangkah menaiki tangga menuju kamar. “Kau dan Ivy tetap bercerai, kan? Mediasinya tak berjalan lancar, kan?” tanya Clara. Clara terus mengikuti langkah Noah hingga di puncak tangga. Ia bahkan menahan lengan Noah yang akan berjalan masuk ke dalam kamarnya.“Noah, kenapa kau tak menjawabku? Aku menunggu seharian di sini dengan gugup,” ucap Clara.“Menunggu seharian di rumah dengan gugup?” ulang Noah dengan rahang mengeras.Tatapan mematikan dari Noah membuat pegangan Clara di lengannya terlepas. Clara berjalan mundur secara spontan dan menahan napasnya. “Kenapa dia menatapku seperti itu? Apa dia sudah tahu?” pikir Clara. Ketakutan mendominasi perasaan Clara, tetapi ia berusaha menyembunyikannya sebaik mungkin. “Iya! Aku menunggumu! Jadi, bagaimana hasilnya?” Clara t
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 113. Jalan Buntu

Ruang makan itu masih dipenuhi dengan dentingan sendok, garpu, dan piring. Noah dan Clara masih terlihat menikmati makanannya.“Aku senang sekali kau menyukai masakanku. Kapan-kapan akan kumasakkan lagi ya?” ucap Clara dengan senang hati.“Ya, boleh. Aku menantikan maskaanmu,” jawab Noah.Clara membalas dengan senyuman yang kian lebar. Ia meraih piring lauk dan kembali meletakkan beberapa daging di piring nasi Noah. “Makanlah yang banyak!”“Hm. Terima kasih.”Noah berusaha keras untuk menelan makanan itu. Tenggorokannya terus tercekat tiap ia menelan daging itu. Setelah menghabiskan makanannya, ia pun menyiapkan diri untuk berbicara mengenai tes kehamilan pada Clara.“Apa besok kau ada acara?” tanya Noah. Bola mata Clara makin berbinar mendengarnya. “Tidak! Tidak ada! Kenapa? Apa kau akan mengajakku berkencan?” tanyanya kemudian.Sudut bibir Noah terasa kaku karena harus terus terangkat, tetapi ia tetap mempertahankan senyumannya agar Clara terus menatapnya penuh cinta.“Bagaimana
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 114. Bukan Aliansi

Kyla mengerutkan dahinya saat mendengar permintaan Clara yang sangat tak tahu diri. Hal ini membuat suasana hatinya jadi makin memburuk.“Kau harus membantuku,” pinta Clara dengan penuh tekanan. Kyla menyandarkan punggungnya ke kursi dengan lelah. Padahal, ia baru menyelesaikan operasi besar yang berlangsung selama tiga jam. Ia sangat lelah, lapar, haus, dan mengantuk, tetapi saat masuk ke ruang kerjanya malah harus menerima telepon bodoh seperti ini.“Kenapa aku harus membantumu? Aku tak berhutang apa-apa padamu,” desis Kyla.“Aku akan mengabulkan semua permintaanmu! Aku janji! Kau hanya perlu melakukan itu saja agar Noah percaya kalau aku hamil anaknya.”Kyla sudah berniat untuk mengakhiri panggilan itu secara sepihak karena terlalu malas berdebat dengan Clara. Namun, ucapan Clara barusan membuatnya cukup terkejut. Ia bahkan langsung duduk tegak di kursinya.“Apa maksudmu?” tanya Kyla dengan bingung.“Aku harus membuat Noah percaya kalau aku mengandung anaknya. Dengan begitu, dia a
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 115. Terbongkarnya Rahasia

Kyla meraih ponselnya dengan cepat dan menekan kontak Noah. Setelah beberapa nada hubung, akhirnya Noah mengangkat panggilannya.“Halo, Kyla? Ada apa?” tanya Noah.Dari suaranya, Kyla tahu kalau Noah cukup terkejut saat menerima panggilannya. Mereka memang bukan teman dekat, jadi mustahil menghubungi jika tak ada hal penting.“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu tentang Clara,” jawab Kyla dengan cepat.Di seberang sana, Noah yang sedang tenggelam dalam kertas-kertas pekerjaan langsung terdiam saat mendengar ucapan Kyla. Ia bahkan berdiri dari duduknya dengan raut wajah penasaran.“Katakan. Katakan apapun yang kau ketahui tentangnya,” ucap Noah dengan lebih tegas.Kyla menelan salivanya dengan susah payah. Suara Noah sangat berat dan menyeramkan hingga membuatnya tak berkutik.“Gawat! Noah marah,” batin Kyla.Kyla sangat gugup dan khawatir, tetapi ia sudah terlanjur menghubungi Noah dan tak bisa bersembunyi lagi.“Baru saja Clara menghubungiku untuk meminta dibuatkan surat keterangan h
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 116.  Berakhirnya Sandiwara

Keesokan harinya, Noah terbangun dengan semangat penuh. Setelah beberapa waktu seperti mayat hidup, baru kali ini ia menjadi lebih bersemangat.Semua ini dikarenakan ia tahu kalau kebusukan Clara akan terbongkar sepenuhnya. Ia bahkan sengaja bangun lebih awal dan menunggu Clara di ruang tengah sampai pukul delapan pagi.“Noah, kau tak berangkat kerja?” Clara bertanya dengan terkejut.Pasalnya, biasanya Noah sudah berangkat ke kantor pagi buta sehingga Clara tak mengira Noah masih berada di rumah. Padahal ia ingin menghindari Noah hari ini karena terlalu takut diajak ke dokter kandungan.“Aku sengaja mengambil cuti hari ini,” balas Noah. “Cuti? Kenapa?” Clara melebarkan matanya. Noah adalah orang yang gila kerja sehingga mengambil cuti adalah hal yang aneh untuknya.“Karena aku tak sabar melihat keadaan bayiku.”Noah mengulas senyum selebar mungkin. Ia menyukai bagaimana raut muka Clara menjadi tegang, tetapi masih berusaha tetap terlihat tenang. “Astaga… kau tak perlu sampai mengam
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 117. Pertemuan Mengejutkan

Noah menahan diri untuk tidak tertawa ketika mendengar pengakuan Clara. Ia tetap berlagak terkejut dan keheranan. Ia mengangkat satu alisnya. Rupanya alasan itu yang Clara gunakan untuk menutupi kebohongannya.“Keguguran? Bagaimana bisa?” tanya Noah, masih mengikuti permainan yang Clara buat.“Aku keguguran beberapa hari yang lalu karena jatuh di kamar mandi,” balas Clara dengan sendu. Matanya berkaca-kaca saat menatap Noah. Dan Noah harus mengakui kalau perempuan ini memang sangat layak mendapatkan penghargaan sebagai aktris terbaik sepanjang masa.“Kenapa kau tak bilang?” sahut Noah. Suaranya mulai lelah karena segala kebohongan Clara.“Karena aku takut kau akan meninggalkanku jika aku tak hamil….”Kali ini, Clara berkata dengan jujur. Ia mungkin berbohong tentang semuanya, termasuk kegugurannya. Namun, ia sungguh-sungguh saat mengatakan takut kehilangan Noh.“Aku memang akan meninggalkanmu,” ucap Noah dengan tegas.Clara melebarkan matanya. Ia pun meraih lengan Noah dan menggengg
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 118. Memulai Kembali

Suasana di rumah sakit itu menjadi kian mencekam. Orang-orang yang berlalu-lalang di lorong bahkan selalu menoleh ke arah mereka berempat dengan tatapan penuh keingintahuan yang besar. Seakan-akan mereka siap menebar gosip ke berbagai kalangan. “Dua petinggi perusahaan besar sedang bertengkar di rumah sakit!”“Katanya mereka saling tuduh selingkuh!”Kemungkinan, gosip itulah yang akan keluar dan menyebar dari satu mulut ke mulut yang lainnya. Tak perlu menunggu lama hingga gosip itu pada akhirnya akan tercium media dan kembali viral di berbagai sosial media.Noah sudah memikirkan segala kemungkinan buruk itu, tetapi ia tetap tak bisa menahan dirinya untuk bersikap tenang. Lagipula, siapa yang bisa tenang jika kau melihat istrimu keluar dari ruang pemeriksaan kehamilan dengan lelaki lain?“Noah, dengarkan aku. Ini semua tak seperti yang kau pikirkan,” ucap Ivy. Ivy berusaha meredakan ketegangan yang ada dengan menernagkan Noah. Akan tetapi, amarah Noah suda menjadi bara api yang berk
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 119. Pelukan Yang Dirindukan

Saat Ivy membuka mata, ia disambut dengan senyuman Noah. Ia cukup terkejut dan langsung memundurkan tubuhnya, tetapi Noah menahan kepalanya hingga ia tak berkutik.“Kenapa kau terkejut begitu? Seperti tak pernah tidur denganku saja,” keluh Noah dengan mencebikkan bibirnya. “Kita sudah lama tak tidur bersama. Aku jadi tak terbiasa melihat wajahmu saat bangun tidur,” balas Ivy. Wajah Noah makin keruh mendengar alasan Ivy. Lengannya pun makin merangkul Ivy agar tenggelam dalam pelukannya.“Kalau begitu biasakan lagi. Kau harus terbiasa menyambut wajahku tiap bangun tidur,” tukas Noah. Ivy mendengus. “Kita bahkan akan bercerai. Untuk apa aku melakukannya?”“Ivy!”Noah merajuk. Ivy tersenyum geli karena sekarang dia terlihat seperti anak kecil. Ah, sisi Noah yang seperti ini memang selalu menyenangkan untuk dilihat.“Buktikan dulu kalau kau memang tak bersalah, maka aku akan tetap di sini,” ucap Ivy pada akhirnya. Noah mengangguk. Tangannya kembali menarik Ivy yang sudah menjauh agar k
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 120. Strategi Ezra

Noah menekan bel rumah Ezra selama dua kali, tetapi tak pintu itu tak kunjung terbuka. Ia mulai berpikir, apakah Ezra memang tidak ada di rumah atau sengaja tak ingin menemuinya. “Kucoba sekali lagi,” gumam Noah. Ketika Noah ingin menekan bel sekali lagi, pintu rumah Ezra sudah terbuka lebih dulu. Ezra keluar dengan wajah yang penuh plester karena luka yang Noah berikan sewaktu di rumah sakit. “Kenapa kau di sini? Mau memukulku lagi?” tanya Ezra dengan kesal. Noah menggaruk tengkuknya salah tingkah, sekaligus merasa bersalah.“Aku datang ingin meminta maaf,” ucapnya. Ezra merotasikan bola matanya dengan malas, lalu membuka pintu rumahnya semakin lebar sebagai tanda bahwa ia menerima Noah masuk ke rumahnya. “Rumahmu ternyata lebih sepi,” komentar Noah. Ezra mengambil duduk di sofa dan menyandarkan kepalanya dengan malas di sofa. “Hm. Bibi yang bekerja membersihkan rumah memang tak menginap di sini. Dia pun datang hanya tiga kali dalam seminggu karena aku juga jarang di rumah, j
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
16
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status