Home / Rumah Tangga / Jerat Dendam CEO Kejam / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Jerat Dendam CEO Kejam: Chapter 131 - Chapter 140

153 Chapters

Bab 131. Langkah Awal Penyelamatan

Sepanjang perjalanan menuju kediaman Evan, Noah lebih banyak diam semenjak mengetahui identitas Ivy yang tersembunyi. Ia masih tak menyangka kalau istrinya sudah menyembunyikan rahasia besar itu darinya.“Lalu kenapa kau tahu kalau Ivy juga peretas? Apa kalian sudah lama berteman?” tanya Noah, melanjutkan interogasinya kepada Ezra.“Kami memang berteman lama sebagai sesama peretas, tetapi sama-sama tak tahu identitas asli kami,” jawab Ezra.“Lalu sejak kapan kalian tahu?” tanya Noah. Ketertarikan Noah untuk mengulik informasi tentang hubungan Ezra dan Ivy semakin tinggi. Ia tidak menyangka kalau mereka ternyata lebih dekat daripada yang ia duga.“Mungkin beberapa saat setelah aku bertemu Ivy. Yang jelas, saat itu aku sudah berbuat licik dengan mengancam Ivy akan mengungkap identitasnya padamu,” ucap Ezra.“Apa?” Noah menyahut dengan kesal. “Berani-beraninya kau mengancam Ivy!” serunya dengan kesal.“Aku menggunakan cara itu karena aku sangat tertarik kepadanya. Aku sangat menyukai I
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 132. Tanpa Jejak

“Kau mendapatkan kartu identitas sebagai polisi itu dari mana?” Noah bertanya dengan bingung ketika mereka berhasil menerobos ke pekarangan rumah Evan dengan mudah. Ezra hanya tersenyum tipis.“Aku membuatnya untuk jaga-jaga,” balasnya.“Jadi itu hanya cetakan palsu?” sahut Noah dengan melongo.Ezra mengangguk. “Tentu saja. Tak mungkin aku sungguhan polisi.”“Kau… benar-benar licik sekali,” tukas Noah. Untuk kesekian kalinya, ia terkejut dengan segala rencana dan akal bulus Ezra.“Itu namanya jenius, bukan licik,” koreksi Ezra. Lagi-lagi Ezra tersenyum sombong dan mengetuk-ngetuk pelipis kanannya saat menatap Noah.“Kau hanya perlu menggunakan otakmu dengan baik,” ucap Ezra.Wajah Ezra yang berlagak sombong sungguh membuat Noah naik pitam. Ia sangat ingin memukulnya, tetapi mereka harus bergerak cepat untuk masuk ke dalam rumah Evan.“Ayo masuk,” ucap Noah sembari mendorong pintu utama rumah Evan.“Ya.”Ketika pintu itu terbuka lebar, hanya sunyi yang menyambut Noah dan Ezra. Merek
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 133. Harapan Tepat Waktu

Noah berdiri seperti orang linglung di ruang kamar Ivy. Pandangannya sudah kosong dan kepalanya penuh dengan pikiran-pikiran buruk. Ivy menghilang. Ivy pergi. Hanya kalimat itu yang terus terngiang-ngiang di benaknya.“Ivy! Kau di mana?” tanya Noah dengan suara putus asa.Di dalam kamar itu, Noah tak bisa lagi menahan air matanya. Ia jatuh terduduk di lantai dengan tangisan putus asa. Mulutnya terus memanggil-manggil nama Ivy dengan lesu.“Ivy!!!!” “Dia tak akan menjawabmu karena dia memang tidak ada di sini!” Clara berseru dari luar kamar.Noah sudah tak memiliki tenaga lagi untuk berteriak kepada Clara. Sebagian nyawanya seolah sudah menghilang bersama raibnya tanda-tanda kehadiran Ivy.Ezra sendiri berusaha tetap was-was. Ia memang panik melihat Noah yang sudah sangat lemah. Belum lagi Clara yang masih mengompori dengan terus berteriak bahwa usahanya sia-sia untuk mencari Ivy di rumah ini.“Ivy memang tak di sini,” pikir Ezra.Ezra bisa menyimpulkan hal itu karena Clara terliha
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 134. Bertarung Dengan Waktu

Ruangan yang gelap dan apek itu hanya dipenuhi dengan aroma anyir. Pandangan Ivy sudah buram karena air mata dan rasa sakit di kepalanya yang berdentum kian besar seolah-olah kepalanya akan pecah. Tubuhnya sudah sempurna lemas dan tak bisa bergerak lagi. Sekadar bergidik ngeri dan menggeliat sakit pun tak sanggup. Ivy yakin kalau kakinya sudah lumpuh karena ia tak bisa menggerakkan jari-jari kakinya. Kini, ia menduga kalau tangannya pun tak lama lagi akan kehilangan fungsinya karena Evan terus memukuli tangannya tanpa henti. “Tangan ini yang sudah menjadi petaka untukku. Tanganmu harus dilumpuhkan juga,” tegas Evan. Ketika Ivy memejamkan matanya untuk menahan sakit dari hantaman besi itu ke tangannya, sayup-sayup ia mendengar suara langkah kaki yang mendengar. Ivy sempat mengira itu hanya halusinasinya, tetapi tubuh Evan yang menegang membuatnya yakin kalau memang ada orang yang mendekat. “Sialan! Siapa itu?” desis Evan dengan geram. Suara langkah kaki itu kian mendekat. Dari su
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 135. Monster dan Iblis

Sesampainya di rumah sakit, baik Noah ataupun Ezra sama-sama hanya duduk diam dengan pandangan kosong. Mereka sudah berada di depan ruang operasi selama tiga puluh menit dengan diliputi keheningan.Hanya deru napas berat yang terdengar di lorong itu. Dalam benak Noah mulai menayangkan setiap memorinya dengan Ivy. Hingga tak sadar kalau satu per satu air matanya jatuh di pipinya. Namun, Noah tak berniat untuk menghapus air matanya. Seluruh tenaga Noah seolah ikut hilang bersama ketidakberdayaan Ivy di ruang operasi. Ia bahkan membiarkan tubuhnya masih dipenuhi dengan darah milik Ivy dan mengabaikan tatapan beberapa orang yang terkejut melihatnya. Di tengah lamunannya, Noah tersentak saat perempuan tua yang semula ikut bersamanya mengambil duduk di sampingnya. Pikiran Noah yang kacau balau bahkan membuatnya hampir melupakan eksistensi perempuan itu.“Ini.”Perempuan dengan rambut beruban yang digelung itu mendekat dengan menjulurkan sapu tangan basah. Rupanya ia baru dari kamar mandi
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 136. Cerita Nyonya Besar

Suasana di lorong rumah sakit itu masih penuh kehampaan. Pandangan Noah kembali kosong dan hanya menatap ke arah ruang operasi, sedangkan Ezra masih mengobrol dengan Bibi Puja. “Saya memang bekerja sangat lama di sana dan sejak di rumah itu, saya tak pernah merasakan ketenangan,” ucap Bibi Puja. “Lalu kenapa Anda tak pergi dari sana? Bukankah ada banyak pekerjaan? Kenapa memaksa diri Anda bekerja dengan penuh tekanan di bawah kekejaman Evan,” tanya Ezra sembari memandang Bibi Puja dengan bingung. Noah sendiri hanya diam karena kesedihan yang masih menguasainya.“Karena saya sudah berjanji kepada mendiang Nyonya Besar untuk melindungi putri-putrinya,” jawab Bibi Puja.Pandangan Bibi Puja mulai menerawang ke saat-saat semasa hidup mendiang Dahlia, atau Nyonya Besarnya. Rasanya baru kemarin ia bertemu dengan perempuan cantik itu. Perempuan yang sudah menyelamatkan kehidupannya. “Nyonya besar adalah orang yang sangat baik hati. Dia membantu saya dengan memberikan tempat tinggal dan pek
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 137. Kasih Sayang Ibu

“Kami sangat menyesal karena tidak bisa menyelamatkan kandungan pasien dan kondisi pasien juga di ujung tanduk. Pasien kehilangan banyak darah dan mengalami kritis,” ucap dokter itu dengan raut menyesal. Kedua kaki Noah rasanya lemas. Ia kembali menangis tersedu-sedu mendengar kabar itu. Kali ini, Bibi Puja yang menjadi sandarannya dan memeluknya erat-erat. “Nona Ivy akan bertahan, Tuan. Percayalah kepada Nona Ivy,” ucap Bibi Puja selama berkali-kali. Bibi Puja bagaikan seorang ibu yang tiba-tiba datang di antara mereka. Noah dan Ivy yang sama-sama kehilangan sosok ibu, tiba-tiba mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang besar dari Bibi Puja. Perempuan renta itu membantu menjaga Ivy, membilas tubuh Ivy dengan air hangat setiap pagi dan sore, juga memasakkan bekal untuk Noah yang terus menjaga Ivy di rumah sakit. “Bibi, Anda tak perlu repot-repot,” ujar Noah ketika Bibi Puja kembali memberikan bekal untuk sarapan di hari ketiga Ivy dirawat intensif. “Saya tidak merasa kerepotan
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 138. Di Antara Surga dan Dunia

Ivy merasa begitu tenang dan damai saat terbangun di tengah taman yang sangat indah. Di sekelilingnya dipenuhi dengan bunga yang memiliki beragam warna. Aroma bunga yang wangi itu membuat Ivy merasa sangat tenang. “Di mana ini?” tanyanya dengan kebingungan. Ketika Ivy mendongak, ia melihat langit tampak sangat dekat dan biru seolah-olah ia bisa menyentuh kumpulan awan yang berarak terbawa angin. Keindahan tempat ini membuat Ivy terus terkagum-kagum. Ia pun mulai berjalan mengelilingi taman dengan senyum lebar. Sesekali ia berlarian karena merasa dadanya sangat ringan dan hanya kebahagiaan yang terasa. “Mama!”Ivy tersentak saat mendengar suara anak kecil. Seorang anak perempuan dengan rambut panjang sedang melambai di depannya. Anak itu berdiri di dekat jembatan yang panjang dan indah. Anak perempuan itu berambut panjang dan hitam legam. Senyumannya sangat indah dan matanya pun berkilauan. Semuanya mengingatkannya akan Noah. Gadis kecil itu sangat mirip dengan Noah dan dia terus
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Bab 139. Percakapan Tengah Malam

Ezra baru memarkirkan mobilnya di depan rumah sakit saat mendapatkan panggilan dari Bibi Puja. Tadinya ia berencana ke kantor, tetapi ia hatinya merasa aneh karena tak melihat Ivy terlebih dahulu.“Nona Ivy sudah siuman, Tuan! Nona Ivy siuman!”Maka, ketika ia mendengarkan ucapan Bibi Puja yang dipenuhi haru dan isak tangis, ia tak berpikir dua kali untuk berlarian masuk ke rumah sakit. Di sepanjang lorong, ia hampir menabrak beberapa orang.Ketika memasuki ruangan Ivy, ia tak bisa menahan tangis harunya. Ivy yang tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya adalah hal yang paling indah yang pernah ia rasakan.“Minumlah.” Bibi Puja menyodorkan segelas air putih kepada Ezra yang sudah duduk di sofa. Beberapa petugas medis sudah keluar dari ruangan dengan memberi pesan untuk terus mengawasi pemulihan Ivy.“Kau seperti baru mengikuti lomba maraton,” celetuk Noah.Ezra mendengus. Ia mengabaikan cibiran Noah dan menghabiskan minuman itu dalam sekali tandas.“Sudah baikan?” tanya Ivy kemudia
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 140. Patung Hidup

Ivy yakin kalau ia sudah baik-baik saja. Ia bahkan tak menangis sejak siuman dari komanya. Akan tetapi, perasaannya mulai gusar saat ia mulai bisa keluar ruangan dan berkeliling menggunakan kursi roda. Di belakangnya, Noah senantiasa sabar mendorong kursi rodanya. Sesekali Noah juga melemparkan bahan obrolan ketika Ivy mulai melamun, seperti menunjuk langit, bunga, atau apapun yang berada di taman rumah sakit.“Anak-anak itu lucu sekali,” ucap Noah sambil menunjuk ke kumpulan anak yang sedang mengelilingi seorang kakek yang duduk di kursi roda. “Sepertinya mereka cucu kakek itu,” ujar Noah lebih lanjut.Ivy tak bisa membalas ucapan Noah sama sekali. Bibirnya terasa dikunci hingga ia kesulitan bersuara, sedangkan matanya masih fokus kepada empat anak itu yang kini sedang menyanyi dengan penuh riang. “Ivy?”Menyadari kalau Ivy tak membalas ucapannya sama sekali, Noah akhirnya berjalan ke depan kursi roda dan berjongkok agar bisa menatap wajah Ivy. Ia sempat terkejut saat melihat mat
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more
PREV
1
...
111213141516
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status