Home / Rumah Tangga / Jerat Dendam CEO Kejam / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Jerat Dendam CEO Kejam: Chapter 121 - Chapter 130

153 Chapters

Bab 121. Kejatuhan Clara

“Nanti malam jadi bertemu, kan?”Ezra tersenyum saat mendapatkan satu pesan baru dari Clara. Tangannya dengan cepat memberikan balasan.“Tentu saja. Kita bertemu di bar jam delapan malam.”Tanpa menunggu waktu lama, ponsel Ezra kembali bergetar. Satu pesan masuk lagi dari Clara.“Baiklah. Sampai jumpa nanti.”Ezra menyimpan ponselnya ke atas nakas setelah memberikan stiker tanda OK ke kolom pembicaraan. Sudah dua hari ini ia saling mengirim pesan secara aktif dengan Clara. Ia memang sudah memikirkan rencana ini jauh-jauh hari. Oleh karena itu, ia sangat senang saat permainannya akhirnya dimulai. Ezra masih ingat bagaimana rencana ini dimulai. Ketika di rumah sakit, Noah hanya fokus kepadanya dan Ivy sehingga mengabaikan keberadaan Clara. Ia bisa melihat seberapa kesalnya Clara saat melihat Noah hanya melihat Ivy. Clara bahkan memanas-manasi keadaan hingga Noah memukulnya habis-habisan. Tetapi, ia sengaja tak membalas karena ingin menarik atensi Clara. Usahanya dimulai saat Clara i
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 122. Puncak Amarah

Clara terbangun dengan rasa sakit yang teramat sangat di kepalanya. Ia bahkan tak sanggup mengangkat tubuhnya dari kasur karena pusing dan ngilu yang menjalar di seluruh tubuh.“Ah, sepertinya aku terlalu banyak minum,” gumam Clara. Ketika Clara membuka matanya, ia terkejut saat berada di ruang kamarnya. “Kenapa aku di sini? Bukannya aku bersama Ezra?” tanyanya dengan panik. Clara sontak terbangun dan menatap sekeliling kamarnya dengan bingung. Ia ingat kalau semalam bertemu dengan Ezra dan bermain dengan lelaki itu, tetapi ia tak tahu bagaimana caranya ia berakhir di rumahnya. “Apa Ezra mengantarku pulang?” duganya. Di tengah kebingungannya, pintu kamar tiba-tiba dibuka dengan keras dan menampakkan wajah ayahnya. Seketika ia menegang saat berhadapan dengan sang ayah, apalagi melihat wajah ayahnya yang nampak marah.“Kau sudah bangun? Dasar kurang ajar! Bisa-bisanya kau kabur dan pulang dalam keadaan mabuk!” murka Evan.Clara menunduk takut, tetapi ia tetap memberanikan diri untu
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 123. Cinta Yang Besar

Berbanding terbalik dengan keadaan Clara, Ivy dan Noah terbangun dengan senyum sumrigah yang menghiasi wajah. Mereka sudah terjaga sejak sepuluh menit yang lalu, tetapi tak ada yang berniat bangkit dari tempat tidur.“Aku tak percaya kau sudah berada di pelukanku lagi,” gumam Noah sambil mencium puncak kepala Ivy. Aroma shampoo Ivy yang segar dan manis membuat pagi Noah makin bahagia. Ivy pun mendongakkan kepalanya hingga wajah mereka berhadapan. “Tetapi aku masih terkejut dengan cara Ezra mencari bukti,” sahut Ivy. Noah terkekeh. “Dia memang gila. Aku juga tidak tahu kalau caranya akan se-ekstrim itu.”Semalam ketika Noah dan Ivy masih berbincang bersama sembari menonton film di ruang keluarga, tiba-tiba Noah mendapatkan pesan baru dari Ezra berupa rekaman. Noah dan Ivy saling pandang selama beberapa saat sebelum mendengarkannya. Ketika rekaman itu diputar dan dipenuhi dengan desahan, Noah dan Ivy melongo lebar. Noah hampir mematikan rekaman itu dan ingin memaki-maki Ezra, tetapi
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 124. Perasaan Janggal

Jika ada yang bertanya kepada Ivy apa arti bahagia, maka Ivy akan menjawab, “Saat-saat yang dilalui bersama orang tercinta dan orang itu adalah suaminya.”Selama tiga minggu terakhir, Ivy tak henti-hentinya tersenyum. Ia tersenyum kepada semua orang untuk menunjukkan betapa bahagianya ia. Saat Ivy dan Noah jalan-jalan, ia terlihat bagaikan bunga yang mekar di musim semi. Tautan tangan Noah yang terus terjaga ketika berjalan membuat Ivy merasa begitu disayangi dan dijaga. Apalagi ia pernah mendapatkan pengalaman buruk di tempat ini, tempat di mana ia hampir tertabrak.Ivy masih merinding jika mengingat kejadian itu. Beruntung Noah dengan sergap menariknya sehingga kecelakaan itu tak terjadi.“Kau lihat wajah hakim tadi? Dia terlihat tak kalah bahagia saat kita resmi membatalkan gugatan cerai,” celetuk Noah. Ivy yang sempat terbang dalam lamunan, ikut tersenyum dan mengangguk. Mereka memang baru saja menghadiri sidang pencabutan gugatan. Perlu waktu tiga minggu untuk mendapatkan jadwa
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 125.  Pertemuan Berbahaya

Ivy dan Noah menghabiskan seluruh hidangan di meja dalam hitungan menit. Senyum yang terukir di bibir keduanya makin melebar, terutama Ivy.Ivy mengelus-elus perutnya yang begah karena terlalu kenyang. Perut Ivy yang mulai membesar pun jadi makin terlihat.“Aku sangat kenyang sampai-sampai rasanya perutku akan meledak!” seru Ivy. Noah melotot kepadanya. “Jangan berbicara hal yang menyeramkan! Kalau perutmu meledak bagaimana keadaan anak kita?” “Aku kan hanya sedang berumpama saja karena perutku yang terlalu kenyang,” tukas Ivy.“Tetap saja. Tidak boleh mengatakan hal itu!” tegas Noah. Ivy sebenarnya heran dengan sikap Noah, tetapi ia memilih menurut dan mengucap, “Maaf. Aku tak akan mengulanginya lagi.”“Bagus.”Noah mengelus puncak kepala Ivy sebelum berdiri untuk membayar tagihan. Ivy pun merapikan pakaiannya dan segera beranjak setelah Noah kembali dari meja kasir. Mereka kembali bergandengan tangan menuju tempat parkir yang mulai penuh dan sesak karena sudah ada banyak kendara
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 126. Seperti Orang Gila

“Kau ada di mana?”Ketika Noah mengangkat panggilan telepon, pertanyaan Ezra sudah menyambutnya. Keningnya sedikit berkerut karena merasakan terik matahari yang sangat panas. Untung ia berdiri di bawah pohon yang cukup rindang.“Aku masih di rumah makan. Tadi Ivy minta makan jadi kami mampir dulu setelah dari pengadilan agama,” balas Noah dengan sejelas mungkin. “Ada apa?” tanyanya kemudian.“Kita harus bertemu secepatnya untuk melanjutkan diskusi tentang pembatalan akuisisi itu. Aku sudah menghubungi pengacara terbaik yang direkomendasikan temanku,” balas Ezra. Noah mengangguk mengerti. “Baiklah. Setelah ini aku akan ke tempatmu.”“Ya, aku tunggu.”Selain mengurus pembatalan gugatan cerai, Noah memang disibukkan dengan rencana pembatalan akuisisi. Pada awalnya, ia bingung karena Ivy ternyata berperan cukup besar dalam penyusunan strategi itu. Ezra bahkan mengatakan kalau sebagian besar data didapatkan oleh Ivy. “Bagaimana kau melakukannya?” Noah bertanya keheranan, tetapi Ivy han
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 127. Di Bawah Penyiksaan

Tak terhitung sudah berapa kali Ivy jatuh pingsan. Sepanjang ingatannya, ia hanya terus dipukuli tanpa ampun. Ivy ingat kalau kasurnya bahkan sudah merah karena darah yang mengalir dari tubuhnya. Beberapa kali ka terbangun dan mencium aroma anyir.Akan tetapi, kali ini terasa berbeda. Ivy tak mendapati ia tengah berada di kamarnya lagi. Kasur yang semula sudah penuh darah sudah tak ada.“Ini dimana?” Ivy bisa mendengar suaranya sendiri yang lirih dan serak. Tempat ini sangat gelap, juga lembap dan penuh debu hingga membuatnya terbatuk.Ketika Ivy ingin menutup mulutnya karena terus terbatuk, ia baru sadar kalau tangannya sudah dirantai. Dengan panik ia menggerakkan seluruh tubuhnya, tetapi ia tak bisa melakukan apa-apa.Kedua tangannya sudah dirantai dan kakinya pun dipasung. Ivy mulai menggeliat panik.“Tidak… tidak….” Air mata Ivy mulai berjatuhan karena menyadari kondisinya yang makin tak terselamatkan. Selama jni, tangannya terus melingkar di perut untuk melindungi janinnya.Ki
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 128. Kastil Merah

Napas Ivy selalu berat sejak penyiksaan itu terjadi. Akan tetapi, ia bisa mengela napas lega saat tongkat yang semula sudah diangkat tinggi oleh ayahnya, kembali turun.Kelegaan semakin menyeruak di dadanya ketika Evan sudah melempar tongkat itu ke samping. Evan sudah membuang senjatanya, bukankah itu sebuah kabar baik?“Ayah sudah membuang tongkat bisbol itu. Apa penyiksaan ini akan berakhir? Apa Ayah tersentuh karena aku hamil?”Ivy menduga-duga dalam benaknya. Ia berharap apa yang dipikirkan memang benar. Ia sangat berharap bahwa ayahnya luluh karena kehamilannya.“Iya, Ayah. Aku hamil… aku hamil cucumu. Cucu pertamamu,” ucap Ivy. Evan mengangguk-angguk. Ia memilih jongkok untuk menatap Ivy lebih jelas. Posisi wajah yang sejajar membuat Ivy bisa menatap ayahnya dengan jelas.Pada awalnya, Ivy merasa lega ketika Evan membuang tongkat bisbol itu. Ia mengira Evan sudah luluh dan tak akan menyiksanya lagi. Akan tetapi, ia tahu kalau pemikirannya salah.Ketika Ivy melihat wajah Evan ya
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 129. Firasat Kehilangan

“Kau harus tetap sadar, Noah! Kita akan menemukan Ivy!”Ezra terus-menerus menggoyang tubuh Noah yang membeku. Ezra sudah sampai di rumah makan itu selama tiga puluh menit, tetapi Noah tak kunjung menunjukkan tanda-tanda kewarasan. Akal sehat Noah seolah-olah sudah hilang. Ia terus memanggil-manggil Ivy dengan menangis hingga ia sukses menjadi tontonan banyak orang. Akhirnya, Ezra membawa ke mobilnya dengan bantuan petugas keamanan.“Sialan! Sadarlah, Noah!” bentak Ezra dengan memberi tamparan ke pipi kanan Noah. Noah akhirnya berjengit, lalu menatap Ezra. “Ezra, aku merasakan firasat buruk,” sahut Noah dengan tatapan kosongnya. “Aku merasa akan kehilangan Ivy untuk selamanya,” lanjutnya dengan lirih.Ezra memukul dashboard mobil dengan kesal. Ia sangat marah karena Noah tak bisa diajak kerja sama, tetapi di lain sisi ia pun paham dengan perasaannya. Jauh di dalam benaknya, ia pun juga merasakan hal yang sama.“Lalu apa kau akan tetap diam seperti orang bodoh di sini? Kau akan mera
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 130. Kehebatan Tersembunyi

“Katamu kau menghubungi seorang profesional yang bisa melacak keberadaan Ivy, kan?” tanya Ezra kemudian. “Ya,” jawab Noah dengan mengangguk cepat. “Sebaiknya kuhubungi lagi saja untuk melacak keberadaan Clara,” lanjutnya. Ezra mendengus. “Akan membutuhkan waktu lama,” celetuknya.“Lalu bagaimana? Kita tak memiliki pilihan lain,” sahut Noah. “Masih ada,” balas Ezra dengan tegas. Noah memandangnya dengan bingung, sedangkan Ezra menoleh dan melemparkan senyuman penuh percaya diri. “Masih ada aku. Aku bisa melacaknya dalam hitungan detik,” tukas Ezra. “Kau?” Noah menunjuk Ezra dengan wajah tak percaya sehingga membuat Ezra mendengus kesal. Mobil yang semula melaju cepat akhirnya mulai berkurang kecepatannya. Ezra memilih membelokkan mobilnya ke sebuah gang sepi dan menghentikan mobilnya. Noah yang melihat hal itu jadi makin keheranan.“Kenapa berhenti? Bukannya kita harus ke rumah Evan secepatnya?” tanyanya dengan sedikit kesal karena keputusan Ezra yang memilih berhenti. “Sebent
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more
PREV
1
...
111213141516
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status